webnovel

Episode 1

Usia 18 tahun dan baru lulus SMA, Faeyza Farzan harus memiliki seorang kekasih tuntutan keluarga. Tapi hingga sekarang belum ada seorang pun yang dapat menarik perhatiannya, lagi pula ia merasa usianya juga masih sangat muda dan tidak perlu buru-buru punya pacar.

"Faeyza, Mama pokoknya akan menjodohkan kamu dengan anak teman Mama. Setidaknya kalian bisa pacaran dulu, seusia kamu, Mama itu sudah punya pacar lebih dari 7 kali."

Faeyza memutar bola matanya bosan, setiap kali pulang yang bahas hanya itu saja, tidak di kamar atau di tempat mana pun kalau sudah bertemu dengan Ibunya, yang dibahas adalah suruh cari pacar.

"Mama, ini masih pagi, kenapa Mama sudah ribut minta pacar. Sudah aku mau tidur lagi." Dia kembali menyamakan tubuhnya di atas bantal empuk kesukaannya.

Dhania, Ibu dari Faeyza melotot melihat tingkah anaknya. Sebagai seorang anak gadis pukul 8 masih menjadi bunga ranjang, sungguh sangat pemalas, pria mana yang bersedia bersama anaknya ini?

part 2

"Faeyza!"

Akibat teriakan menggelegar dari wanita 40 tahun itu, Faeyza terpaksa segera bangun dari tempat tidur dan bergegas meninggalkan rumah dengan misi mencari pacar.

"Wanita gila itu selalu saja bersikap seenaknya, mengganggu tidur ku yang enak. Sekarang aku harus keluar rumah untuk mencari pacar, tidak boleh pulang sebelum membawa seorang pria. Sekarang aku harus cari di mana seorang pacar coba?" sepanjang perjalanan dia terus mengomel tidak ada hentinya, Ulfi sang adik yang kebetulan harus terseret karena sang kakak langsung menariknya ikut harus mendengarkan omelan tidak bermutu itu.

"Kakak, sudahlah jangan bicara terus dari tadi. Telinga ku panas tahu," balasnya sambil mengemudikan mobil.

"Kamu enak tidak di suruh cari pacar, bukankah kita ini lahir di hari yang sama, kenapa kamu anteng adem ayem?" tanya Faeyza heran.

Ulfi tersenyum dalam hati, karena dia sudah punya kekasih yaitu anak dari Direktur Eksekutif perusahaan besar, jadi buat apa lagi harus cari pacar.

Ketika melihat ke luar jendela, tanpa sengaja Faeyza melihat seorang pria tampan rupawan duduk di dekat gerobak cilok seperti sedang menunggu pembeli.

'Tampan juga, bagus juga kalau ku jadikan pacar bayaran ku'

"Berhenti!"

Ckit...

Ulfi langsung mengerem mobilnya secara mendadak karena teriakan kakaknya itu, dia pikir ada sesuatu yang sangat mendesak hingga harus berteriak.

Faeyza segera membukak pintu mobilnya saat mobil itu sudah berhenti, dia berjalan angkuh menghampiri seorang pria yang dikira adalah penjual cilok tersebut.

Dengan menggenggam uang ratusan ribu sebanyak 10 lembar gadis itu berdiri di depan pria rupawan  bermata safir yang sedang duduk istirahat setelah melaksanakan sholat dhuha di dalam masjid.

"Jadilah pacar ku."

Zein Ekky Maulana, seorang pria dengan tinggi 191 berat 85 usia 30 tahun. Kulit putih susu, hidung mancung, iris safir berwarna biru mendongakkan kepala mendengar seorang gadis tiba-tiba datang dan meminta dirinya menjadi pacarnya.

"1 jam 1 juta," kata Faeyza lagi.

Zein semakin tidak mengerti apa yang dikatakan gadis itu."Kau ingin aku jadi pacar mu?" tanyanya seakan tidak percaya.

Faeyza mengangguk senang sambil menyodorkan uang 1 juta tersebut.

"Kau ingin membayar ku 1 juta per jam untuk itu?" tanya Zein lagi, dia masih tidak percaya ada seorang gadis yang begitu memandang rendah dirinya. Seorang owner ZEM, perusahaan besar berlevel King bahkan cabangnya ada di seluruh dunia dengan ribuan cabang hanya dihargai 1 juta per jam, sungguh gadis aneh.

Faeyza kembali mengangguk."Benar, kau harus bersukur karena kau akan naik pangkat. Dari pada hanya menjadi penjual cilok, jadilah pacar ku."

Zein bangkit dari tempat duduknya."Nona muda, apakah kau ingin mengatakan bahwa pekerjaan menjual cilok itu adalah pekerjaan rendah?"

"Benar, aku yakin kalau gaji penjual cilok itu per bulan tidak sampai 3 juta," jawab Faeyza tersenyum remeh.

"Kalau begitu, maaf. Aku tidak terima jadi pacar mu, kau juga harus tahu nona, satu jam satu juta itu terlalu sedikit. Tapi... Jika kau memang ingin aku bersanding dengan mu, maka kita harus menikah," kata Zein menahan kejengkelannya melihat gadis itu menghina pekerjaan orang lain dan ingin menyewanya menjadi pacar per jam.

"Aku permisi, Assalamu'alaikum." Pria itu membalikkan tubuhnya dan meninggalkan gadis itu.

Faeyza tercengang, baru kali ini ada seorang manusia tidak mau digaji per jam, tapi malah ingin menikah.

"Kurang ajar! Sombong banget si jadi orang, hanya penjual cilok kampungan saja sudah berani menolak tawaran ku. Awas kamu, apapun yang terjadi aku pasti akan mendapatkan mu." Dia berteriak meluapkan kekesalannya lantaran Zein menolak tawaran darinya.

"Eh, ada cwek sinting."

"Iya benar, dia tidak tahu apa yang mas mas ganteng tadi itu boss di sini."

Suara bisik-bisik orang yang lewat membuat Faeyza semakin kesal, dia pun melotot tajam memberi peringatan pada orang-orang yang sudah berani membicarakan dirinya dari belakang.

"Dapat orang-orang miskin tidak berguna, bisanya hanya bisik-bisik," gerutunya sambil membalikkan badan berjalan menuju mobil dengan tampang jengkel setengah mati.

Gadis itu mengulurkan tangan membukak pintu mobil lalu menutupnya dengan sangat kencang hingga membuat Ulfi terkejut.

"Kak Faeyza, ada apa? Kenapa kau terlihat sangat kesal?" tanyanya heran.

"Aku bertemu cwok tidak tahu diri hari ini, dia itu hanya seorang penjual cilok. Aku menawarkan dia untuk menjadi pacar ku, aku juga memberinya uang 1 juta per jam. Tapi dia tidak mau, katanya kalau aku ingin bersanding dengannya, maka aku harus menikahi dia. Yang benar saja, aku ini anak dari seorang CEO perusahaan besar. Aku tidak mungkin menikah dengan penjual cilok." Faeyza terus marah-marah tidak terima dengan perlakuan Zein terhadapnya.

Ulfi bingung dengan saudaranya itu, semenjak saudaranya itu turun, mendekati seorang pria bahkan naik lagi ke dalam mobil, dirinya selalu memperhatikan dan tidak ada tukang cilok yang didekati, adanya Owner perusahaan ZEM dan itu atasan dari Ayah mereka. Jadi tukang cilok mana yang berani menolak kakaknya itu?

"Kakak, apakah yang kakak masud itu adalah pria kulit putih susu yang duduk di samping gerobak cilok?"

"Hm," jawab Faeyza masih jengkel setengah mati.

"Apakah pria itu memakai mantel panjang berwarna biru gelap dan di merahnya ada pun rantai berwarna putih?" tanya Ulfi lagi.

"Hm," jawab Faeyza semakin kesal.

'Ya Tuhan, kenapa kakak ku ini tidak bisa melihat kalau semua benda yang menempel di tubuh pria itu adalah barang mahal. Itu barang asli bukan imitasi, harganya juga miliaran, malah dibandingkan dengan pria yang biasanya mendekati dirinya dengan penampilan terlihat wah tapi semua barang imitasi' batin Ulfi ingin menangis melihat betapa saudaranya itu bodoh karena terlalu angkuh dan memandang semua orang itu rendah yang paling tinggi hanya dirinya.

Bab berikutnya