webnovel

Perasaan Apa Ini

" Assalamu'alaikum!" sapa orang itu.

" Brian?" ucap Fatma kaget. Hati Fatma langsung berbunga, Brian selalu bisa membuatnya senang dengan kejutan demi kejutan yang diberikannya.

" Apa salamku tidak dibalas?" tanya Brian.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma malu.

" Apa aku terlambat untuk makan malam?" tanya Brian.

" Tentu saja tidak!" jawab Fatma bahagia. Ingin rasanya dia berlari memeluk suaminya itu karena telah membuatnya senang hari ini.

" Apa kamu memiliki hobi baru?" tanya Brian.

" Hah?" reaksi Fatma heran.

" Kamu senang sekali berdiri di tangga saat aku disini!" kata Brain menggoda istrinya. Wajah Fatma kembali menjadi merah karena ucapan suaminya, dengan cepat dia turun dan berjalan mendekati meja makan. Brian menarik sebuah kursi dan menatap Fatma, Fatma langsung duduk di kursi tersebut seperti tadi saat makan siang.

" Nggak jadi meeting?" tanya Fatma pelan.

" Jadi! Tapi ada yang mengcancel, jadi aku cepet pulang!" jawab Brian. Kemudian mereka berdua makan dengan tenang dan sekali lagi Wardi sangat terkejut dengan tingkah Tuannya yang menurutnya sangat berubah. Setelah makan malam, Fatma menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya yang akan mandi, sementara Brian sedang duduk merokok di luar Balkon kamarnya. Brian masuk ke dalam dan melihat istrinya meletakkan pakaian ganti.

" Trima kasih!" ucap Brian.

" Sama-sama!" jawab Fatma, kemudian Brian masuk ke dalam kamar mandi. Fatma melihat ke arah pintu kamar mandi, apa malam ini dia akan meminta haknya? tanya abtin Fatma. Fatma berjalan keluar balkon dan melihat ke atas langit. Brian keluar dari kamar mandi dan tidak melihat istrinya di kamar, setelah memakai pakaian, dia berjalan keluar balkon dan melihat Fatma sedang melamun.

" Tidak baik melamun! Nanti ada syetan yang masuk!" ucap Brian lembut sambil memeluk Fatma dari belakang. Fatma kaget merasakan tangan Brian yang melingkar dipinggangnya, sejenak dia memejamkan matanya karena merasakan dadanya berdetak sangat kencang. Brian meletakkan kepalanya di ceruk leher istrinya.

" Apa aku boleh meminta hakku? Kebetulan ini hari kamis!" tanya Brian lembut dan terasa romantis di telinga Fatma.

" Kita shalat sunnah dulu?" tanya Fatma pelan. Brian terkejut mendengar pertanyaan Fatma.

" Iya!" jawab brian, segera mereka mengambil air wudhu dan shalat sunnah 2 raka'at di mushalla. Lalu mereka berjalan dengan perasaan deg-degan saat menuju ke dalam kamar.

" Aku mau ke kamar mandi sebentar!" kata Fatma setelah mereka sampai di dalam kamar.

" Iya!" jawab Brian. Fatma melangkah masuk ke kamar mandi sedangkan Brian duduk di atas ranjang. Fatma melakukan ritual sebelum tidur, kali ini ditambah dengan beberapa hal karena malam ini merupakan malam pertama baginya dan akan selalu diingatnya seumur hidupnya. Fatma meraih sebuah lingerie berwarna hitam, sebenarnya dia risih memakainya, tapi dia ingin memakai sesuatu yang disukai suaminya. Astaghfirullah! Pakaian apa ini? Kenapa semua transparan? Dan apa ini? kenapa bagian-bagian ini tidak tertutup? batin Fatma malu. Dia rasanya ingin melemparkan pakaian itu bahkan membakarnya, tapi dia ingat jika suaminya adalah pria modern yang pasti sangat menyukai keseksian. Jadi mau tidak mau Fatma harus melakukannya. Dengan gemetar, Fatma memakai lingerie tersebut dan menutupnya dengan jubah. Dia kemudian eluar dari kamar mandi dengan perasaan malu dan jantung yang berdetak kencang. Brian menatap istrinya tajam, dia melihat Fatma menutup erat jubahnya dan berjalan ke arah ranjang.

" Boleh aku...mulai?" tanya Brian ragu. Fatma menganggukkan kepalanya. Dengan hati yang berdebar-debar dan jantung yang berdetak kencang, Brian melepas khimar istrinya dengan perlahan. Rambut hitam pekat yang panjang sepunggung milik Fatma seketika terlihat. Brian tidak berhenti disitu, dia membuka jubah yang dipegang erat oleh Fatma.

" Aku malu!" kata Fatma.

" Kenapa? Apa kamu masih tidak siap? Aku akan melakukannya dengan sangat lembut!" kata Brian.

" Tapi..."

" Kamu percaya padaku'kan?" rayu Brian. Fatma menganggukkan kepalanya dan melepas tangannya sehingga Brian bisa melepas jubah Fatma. Betapa terkejutnya Brian saat dilihatnya istrinya memakai lingerie, dia menelan salivanya saat melihat tubuh seksi Fatma. Dia tidak menyangka jika tubuh Fatma sedemikian berisinya, dadanya ternyata memiliki ukuran cukup besar. " Kamu sangat cantik, Za! Aku sangat mencintaimu!" kata Brian, Fatma hanya terdiam malu mendengar ucapan suaminya. Brian menaikkan dagu Fatma, Fatma seketika memejamkan matanya, lalu Brian mengecup lembut bibir Fatma untuk yang kedua kalinya. Kecupan itu lalu disambung dengan sesapan kecil di bibir Fatma, Fatma yang baru pertama kali berciuman, merasakan gelenyar aneh di tubuhnya. Saat Brian menyesap bibirnya, dia merasa seakan dunia berhenti bergerak dalam hitungan sepersekian detik. Brian mengexplore bibir Fatma dan melepas sejenak karena Fatma tak kunjung membalasnya.

" Apa kamu tidak ingin merasakan bibirku, Za?" tanya Brian lembut di telinga Fatma. Lalu Brian mengulangi apa yang dilakukannya dan kali ini Fatma membalasnya walau sedikit kaku. Masya Allah! Apakah seperti ini rasa mencium bibir seseorang? batin Fatma yang sekali lagi dia merasakan gelenyar aneh tersebut dan kali ini terasa nikmat baginya. Brian terus mengexplore bibir Fatma hingga Fatma merasa kehabisan nafas. Kening mereka beradu dengan nafas mereka yang sedikit tersengal. Lalu Brian membaringkan tubuh Fatma dan dia menikmati tiap inci bagian kepala Fatma hingga ke leher. Sebuah tanda kissmark diberikan oleh Brian di lehernya dan Fatma merasakan tubuhnya bagai disengat aliran listrik saat Brian melakukan semua itu. Desahan yang terasa ingin keluar sebisa mungkin ditahan oleh Fatma. Brian merasa sesuatu di bawah perlahan mengeras, saat dia bermain di leher Fatma. Tangannya beralih bermain di tubuh Fatma dan sontak membuat desahan lolos dari bibir Fatma yang berusaha dia tahan. Kembali sensasi yang baru dia rasakan membuat tubuhnya bergetar. Brian sudah tidak tahan dengan gejolak birahi yang menguasainya.

" Kamu siap, Za? Aku akan melakukannya!" bisik Brian lembut. Fatma yang masih terbuai perasaan baru, hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan mata terpejam. Brian membuka celananya dan terlihatlah jika miliknya telah benar-benar keras.

" Buka matamu, Za! Aku ingin kamu menatapku saat aku melakukannya!" bisik Brian lagi. Dengan perasaan sedikit malu, perlahan Fatma membuka kedua matanya dan menatap suami yang kini berada diatas tubuhnya. Subhannallahu! Apa dia adalah suamiku? Dia terlihat sangat tampan dan mempesona. Brian tersenyum melihat Fatma menatapnya dengan penuh kekaguman, dia bisa melihat dari matanya. Lalu Brian menarik selimut menutupi tubuh mereka, dengan membaca do'a dan meniupkannya di kepala Fatma, Brian perlahan dan penuh kelembutan melakukan jima' pada istrinya.

" Akhhh! Sakit, Yan!" rintih Fatma saat sesuatu berusaha masuk ke dalam tubuhnya.

" Iya, sayang! Tahan sedikit, ya! Kamu boleh melakukan apapun padaku!" kata Brian dengan perasaan khawatir karena melihat wajah Fatma yang kesakitan. Astaghfirullahu! Ini sangat sempit! batin Brian.

" Tapi sakit, Yan! Akhhh!" kata Fatma lagi hingga setetes airmata terlepas dari sudut matanya dan kuku tangannya mencengkeram punggung Brian hingga membuat bekas seperti cakaran di punggung Brian.

" Iya, sayang! Kamu tahan, ya!" ucap Brian yang masih berusaha masuk lagi ke tubuh istrinya.

" Yannnn!" teriak Fatma.