Brian sedih karena Fatma tidak memberikan respon pada pesan yang dikirimnya. Besok aku harus kesana! batin Brian. Nabil telah selesai dan keluar dari kamar mandi, dia mendekati Fatma dan mengecup puncak kepala Fatma. Fatma terkejut saat dia merasa ada yang menyentuh puncak kepalanya.
" Astaghfirullahaladzim, Nabil! Apa yang kamu lakukan?" tanya Fatma segera berdiri dan menjauh dari Nabil. Dia kaget dan sangat kecewa dengan apa yang dilakukan Nabil padanya.
" Maaf! Aku khilaf! Aku mohon maafkan aku!" pinta Nabil sambil menundukkan kepalanya dan menangkup kedua tangannya di depan dada.
" Kenapa kamu melakukan itu, Bil? Kita bukan muhrim, apa kamu lupa jika kita belum sah?" kata Fatma sangat kecewa dan sakit hati.
" Tolong, Fatma! Maafkan aku! Aku..." ucap Nabil meneteskan airmata. Fatma terkejut melihat airmata Nabil yang menetes. Kenapa sikapmu seperti ini, Bil? Apa yang terjadi pada Nabil yang dulu? batin Fatma sedih.
" Sudahlah! Meminta ampunlah pada Allah SWT!" kata Fatma.
" Tolong, Fatma! Aku sangat mencintaimu! Aku hampir gila memikirkan Bosku menginginkanmu!" tutur Nabil bersandiwara.
" Sudahlah! Abi pasti sudah menunggumu!" kata Fatma.
" Sekali lagi maafkan aku! Aku pasti akan memperjuangkanmu!" kata Nabil tegas. Sial! Nyium kain aja marah-marah! Tunggu saja Fatma, kamu akan bertekuk lutut memohon untuk aku sentuh seperti wanita-wanita itu! batin Nabil. ( Dasar Nabil brengsek! Jadi gemez! )
Nabil kembali ke ruang tamu dan duduk ketempatnya tadi.
" Maaf lama, Bi! Nabil sakit perut!" kata Nabil bohong dan Fatma mendengar ucapan Nabil. Ya Allah! Apakah pilihanku sudah benar? Apakah dia adalah laki-laki yang Kau pilih untukku? Berikan petunjuk-Mu, Ya Allah! batin Fatma.
" Apa orang tuamu tahu akan rencanamu?" tanya Abi.
" Belum, Bi! Nabil akan memberitahu mereka nanti, karena Nabil baru selesai kerja!" jawab Nabil.
" Abi setuju-setuju saja! Yang penting kalian segera sah menjadi suami istri di mata Allah! Agar tidak timbul fitnah di masyarakat!" jawab Abi. Fatma yang mendengar merasa sedikit lega karena akhirya dia bisa bersatu dengan Nabil setelah sekian lama.
Keesokan harinya Ummi Fatma dan Rania pergi ke sebuah toko roti untuk memesan roti buat acara besok pagi. Toko tersebut sangat ramai, jadi mereka menitipkan dahulu roti tersebut dan akan diambil nanti malam. Fatma masih tetap mengajar pagi itu, dia merasa bahagia karena besok dia akan melakukan pernikahan dengan Nabil. Meskipun dalam hati kecilnya dia merasa tidak tenang, tapi dia menyerahkan semua pada Allah SWT.
" Zahrah!" sapa Santi.
" Ya?" sahut Fatma.
" Boleh aku bicara?" tanya Santi.
" Tentu saja!" jawab Fatma tersenyum.
" Ada apa? Katakan saja!" kata Fatma ramah.
" Tapi kamu jangan marah!" kata Santi.
" Kenapa aku harus marah?" jawab Fatma.
" Apa kamu masih menjalin hubungan dengan Nabil?" tanya Santi ragu. Fatma terkejut mendengar pertanyaan Santi, hatinya gelisah, dia takut akan apa yang akan disampaikan oleh Santi.
" Iya! Kenapa?" tanya Fatma.
" Mungkin aku yang salah mengenali, tapi semalam saat aku pulang dari apartement Bos kakakku, aku seperti melihat Nabil disana!" kata Santi.
" Apartement? Dia tidak memiliki apartement!" jawab Fatma.
" Mudah-mudahan memang mataku yang salah melihat!" kata Santi.
" Kamu melihat dia sedang apa?" tanya Fatma penasaran.
" Dia...dia bersama wanita dan mereka saling berpelukan bahkan...berciuman!" kata Santi. Deg! Apakah ini, Yaa Allah? Apa ini adalah pertanda darimu? batin Fatma.
" Semoga aku yang salah Zahirah!" kata Santi. Fatma tersenyum, hatinya semakin gelisah, besok adalah hari pernikahannya dia sudah tidak bisa mundur, Abi dan Umminya telah memberitahu keluarga besarnya. Ya Allah! Jika memang ini adalah rencana-Mu, hamba rela menjalani semua ini! batin Fatma.
Sementara itu di RS, mama Brian masih dalam keadaan koma dan membuat pria itu seperti kehilangan sebagian jiwanya.
" Bos!" sapa Danis. Brian menatap Danis.
" Kita ke ruang sana!" ajak Brian, lalu melangkahkan kakinya menuju ruang tunggu untuk keluarga pasien. Ruang itu sepi, karena memang khusus untuk pasien VVIP.
" Ada apa?" tanya Brian dengan wajah kusut.
" Bos! Maaf, sepertinya Bos harus pergi ke Aussie!" kata Danis.
" Apa? Kenapa?' tanya Brian kaget.
" Perusahaan kita yang disana menuntut menarik saham mereka!" kata Danis lagi.
" Apa? Apa ada yang tidak kamu beritahukan, Nis?" tanya Brian.
" Sebenarnya sejak kemarin saya sudah mencoba menahan mereka, tapi ternyata mereka lebih terpengaruh berita itu!" kata Danis. Danis berbisik kepada Brian karena disitu ada Nabil.
" Sial! Perintahkan Norman bersiap-siap, satu jam lagi aku akan kesana!" kata Brian.
" Nabil!" kata Brian.
" Ya. Bos!" sahut Nabil.
" Aku akan ke Aussie selama 2 hari, aku harap kamu bisa membantu Danis menangani perusahaan disini!" kata Brian.
" Siap, Bos!" kata Nabil.
" Satu lagi!" kata Brian.
" Ya?" sahut Nabil.
" Jika aku minta kamu melepas Zahirah! Apa kamu mau?" tanya Brian. Nabil hanya terdiam.
" Aku akan mengangkatmu menjadi pimpinan perusahaan disalah satu perusahaanku!" kata Brian. Nabil terbelalak mendengar ucapan Brian, dia kaget dan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
" Aku akan memberikanmu rumah juga dan hasil dari perusahaan yang kamu pimpin kita bagi dua!" kata Brian.
" Bos!?" kata Danis. Brian menatap Danis tajam, Danis menundukkan kepalanya, dia tidak berani berbicara jika Bosnya telah menatapnya seperti itu. Pikiran Nabil melayang kemana-mana, kehidupan yang mewah telah diangankannya.
" Aku tidak akan memintamu menandatangani apapun, karena aku percaya padamu!" kata Brian saat melihat Nabil hanya diam saja. Tapi aku besok akan menikah dengan Fatma, bagaimana? batin Nabil. Ah, biar saja! Yang penting aku telah menikmati dia! batin Nabil.
" Baik! Aku terima!" kata Nabil. Brian tersenyum, dia tahu jika Nabil tidak benar-benar mencintai Fatma, dia hanya mencintai dirinya sendiri saja.
" Danis ambil berkas pengangkatan pimpinan perusahaan dan sertifikat rumah! Aku tunggu disini!" kata Brian. Setelah menandatangani berkas-berkas untuk Nabil, Brian segera pamit pada keluarganya dan berangkat ke Aussie. Sedangkan Nabil merasa sangat puas dengan apa yang dicapainya sampai saat ini.
" Gina! Lo dimana?"
- " Dikamar sayang! Aku sangat merindukanmu!" -
" Temui gue nanti malam! Gue akan makan lo sampai habis!"
- " Lo bikin gue basah, Bil!" -
" Lo single dulu aja baby!"
Nabil menutup panggilannya dengan wajah puas sedangkan Gina menggeliat-geliat di atas ranjangnya akibat ucapan Nabil.
@ Assalamu'alaikum Ustadzah Zahirah
Fatma membaca sebuah pesan dari nomor lain lagi setelah selesai shalat azar dan menulis materi sekolah
@ Wa'alaikumsalam! Maaf ini dengan siapa?
balas Fatma
@ Maaf jika saya membuat Ustadzah tidak nyaman! Saya Harun, kakak Nurul!
baca Fatma. Astaghfirullah, Ustadz Harun! batin Fatma.
@ Maaf, Ustadz! Saya tidak tahu nomor Ustadz
balas Fatma kaget.
@ Tidak mengapa!
jawab Harun
@ Apa ada yang bisa saya bantu, Ustadz?
balas Fatma lagi.
@ Saya hanya ingin tahu kabar kamu
jawab Harun
@ Alhamdulillah berkat do'a orang tua dan orang yang menyayangi saya, saya baik dan sehat
balas Fatma
@ Alhamdulillah!
jawab Harun, sebenarnya Fatma merasa sedikit agak aneh dan risih, karena Ustadz Harun telah memiliki calon istri.
@ Apa Ustadz tidak shooting?
tulis Fatma
@ Tidak! Saya hanya fokus di yayasan saja
balas Harun
@ Maaf, Ustadz.. bukannya saya tidak menghormati Ustadz, tapi ini sudah malam saya mohon diri
tulis Fatma
@ Astaghfirullah! Maaf, iya! Assalamu'alaikum
balas Harun
@ Wa'alaikumsalam
balas Fatma