webnovel

Tawaran Tak Terduga

Di dalam ruang yang mewah dan berhias, Lady Amelia Pembroke duduk dengan tegar di seberang meja dari seorang pria yang duduk dengan angkuh. Mata Amelia berkilauan dengan keteguhan, meskipun hatinya berdebar-debar di balik mantelnya yang elegan.

"Kamu berada di ambang kehancuran, Amelia," kata pria itu dengan suara yang dingin namun penuh dengan otoritas. "Ayah Anda meninggalkan Anda dengan hutang yang tak terhitung jumlahnya, dan saya adalah satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Anda dari malapetaka finansial."

Amelia menahan napasnya, menatap pria itu dengan ketakutan yang tersembunyi di balik kedamaian wajahnya. Dia tahu apa yang akan diusulkan oleh pria itu, tetapi itu masih sulit dipercaya.

"Pernikahan," lanjut pria itu tanpa ampun. "Pernikahan kontrak antara Anda dan saya. Saya akan membayar semua hutang keluarga Anda dan memberi Anda nama yang terhormat. Namun, jangan berharap untuk menemukan cinta di antara kita. Ini adalah kesepakatan bisnis, semata-mata."

Amelia mengangkat dagunya dengan keangkuhan yang disengaja, menahan air mata yang ingin menetes. "Saya menerima tawaran Anda, Tuan muda William," jawabnya dengan suara yang gemetar. "Tapi ingatlah, ini adalah bisnis, bukan cinta."

Lord William Harrington menatap Lady Amelia Pembroke dengan pandangan dingin yang menyelidiki, seolah mencoba menembus kedalaman hatinya yang tersembunyi di balik lapisan kesombongan.

"Dengan senang hati, Amelia," ujarnya dengan nada sinis. "Namun, saya harap Anda mengerti bahwa saya tidak terlalu peduli dengan perasaan Anda. Bagi saya, Anda hanyalah sekadar alat untuk menyelesaikan masalah finansial keluarga Anda."

Amelia menahan getaran di dalam dirinya. "Saya menyadari itu, Tuan Muda William Lord Harrington," jawabnya dengan suara yang lembut namun penuh dengan ketegasan. "Tetapi saya menekankan bahwa saya tidak akan mentolerir perlakuan kasar atau penghinaan dari Anda."

William mengangkat alisnya dengan cemoohan. "Bagaimana lucu Anda, Amelia, berpikir bahwa Anda memiliki kekuatan untuk menuntut apa pun dari saya. Anda lupa bahwa Anda berada di posisi yang rentan. Dan ingatlah, di dalam pernikahan ini, saya adalah yang berkuasa."

Amelia menahan amarahnya, memaksa dirinya untuk tetap tenang meskipun hatinya terasa hancur. "Saya tahu peraturan permainannya, Tuan William," kata Amelia, berusaha menutupi rasa sakitnya di balik mantel keangkuhan. "Tetapi itu tidak berarti saya tidak akan mengingatkan Anda tentang batas-batas yang harus dijaga."

Dengan tatapan yang menyiratkan penolakan dan kehinaan, William hanya mengangguk singkat. "Sangat baik,Amelia. Saya harap Anda bisa memenuhi peran Anda dengan baik dalam pernikahan ini. Karena, percayalah, saya tidak akan ragu untuk membuang Anda jika Anda menjadi beban bagi saya."

Setelah William meninggalkan ruangan, Amelia duduk sendirian dalam kesendirian yang menyayat hati. Matanya memandang ke jendela, namun pikirannya melayang ke masa lalu yang jauh.

Dia teringat akan masa kecilnya yang penuh kebahagiaan di perkebunan keluarga, saat ayahnya masih hidup dan mereka memiliki segalanya. Namun, kematian ayahnya membawa mereka ke ambang kehancuran finansial, dan sekarang, Amelia terpaksa menjual dirinya dalam pernikahan kontrak demi menyelamatkan keluarganya.

Namun, di balik kesedihan yang dalam, ada bara keberanian yang menyala di dalam dirinya. Amelia bersumpah untuk tidak menyerah begitu saja pada nasib buruk yang menimpanya. Dia akan membuktikan bahwa dia lebih dari sekadar alat dalam permainan William.

Dengan hati yang penuh tekad, Amelia mengangkat dirinya dari kursi, mengatur mantelnya dengan anggun, dan meninggalkan ruangan dengan langkah yang mantap. Dia mungkin telah dihadapkan pada pernikahan yang tidak diinginkannya, tetapi dia tidak akan membiarkan itu menghancurkan semangat dan martabatnya.

***

Di dalam mobil mewahnya, William duduk dengan sikap yang teguh, dipandu oleh kegelapan malam yang mengelilingi mereka. Asisten pribadinya,Jenkins, duduk di sampingnya, menunggu instruksi lebih lanjut.

" Jenkins," William berkata dengan suara yang tenang namun tajam, "Saya ingin Anda menyelidiki lebih lanjut tentang Amelia Pembroke. Saya ingin tahu segala sesuatu tentangnya, dari latar belakang keluarganya hingga kebiasaan dan minatnya."

Jenkins mengangguk patuh. "Tentu saja, Tuan muda . Apakah Anda memiliki rencana khusus untuk nona Amelia?"

William menatap keluar jendela, tatapan dinginnya melayang ke luar kegelapan malam. " Amelia adalah seorang wanita yang menarik, Mr. Jenkins," ujarnya dengan nada yang tak terbaca. "Saya akan membuat kehidupannya seperti neraka bagi dirinya."

Jenkins menelan ludah, merasa ketidaknyamanan menggigit di dalam dadanya. Namun, dia hanya mengangguk dan mencatat instruksi Tuannya dengan cermat.

William menatap Jenkins dengan tegas. "Saya ingin Anda mengurus pernikahan ini dengan sangat mewah. Saya ingin setiap detailnya sempurna, dari dekorasi hingga hidangan yang disajikan. Uang tidak akan menjadi masalah."

Jenkins mengangguk patuh. "Saya akan segera mengoordinasikan semuanya, Tuan muda. Pesta pernikahan Lady Amelia Pembroke akan menjadi peristiwa yang tak terlupakan."

William tersenyum penuh kepuasan. "Saya ingin Amelia terpesona oleh kemewahan acara ini. Dia harus menyadari bahwa aku bisa berbuat apapun dengan uang saya,bahkan menetapkan dia dalam kehidupan neraka pun."

William merenungkan kata-kata Amelia dengan perasaan yang mencampur aduk. "Dia percaya diri," pikirnya, "tapi dia tidak tahu apa yang menantinya setelah menikah denganku."

Dalam hatinya, William merasa tertantang oleh keberanian dan ketegasan Amelia. Dia merasa perlu untuk menunjukkan kepadanya siapa yang benar-benar berkuasa di dalam pernikahan ini.

"Dia akan belajar dengan cara yang sulit," pikir William dengan dingin. "Saya akan membuat hidupnya sebegitu buruknya sehingga dia akan menyesali hari-hari ini."

Dengan rencana jahat yang terbenam dalam pikirannya, William mengatur segala sesuatu untuk pesta pernikahan yang akan datang dengan senyum yang mengejek di wajahnya. Di balik senyumnya yang tampan, tersembunyi niat gelap yang akan membawa penderitaan kepada Amelia setelah pernikahan mereka.

Jenkins mendengarkan dengan diam saat William merenungkan rencananya dengan ekspresi yang dingin. Meskipun dia hanya seorang asisten pribadi, Jenkins tahu betapa berkuasanya William, dan dia tidak berani meremehkannya.

Lord William Harrington menatap Jenkins dengan intensitas yang menakutkan. "Saya ingin pernikahan ini menjadi perbincangan utama di seluruh negeri. Saya ingin Anda menghubungi semua media terkemuka dan memastikan bahwa peristiwa ini menjadi trending topic di seluruh negeri. Saya ingin dipuji sebagai pria yang baik yang telah menyelamatkan Lady Amelia Pembroke dari kemiskinan."

Jenkins mengangguk, meskipun merasa tidak nyaman dengan permintaan itu. "Saya akan mengurusnya sebaik mungkin, Tuan muda," jawabnya dengan hormat, mencoba menutupi ketidaksetujuannya.

William tersenyum dengan puas. "Saya ingin dilihat sebagai pahlawan, Jenkins. Saya ingin semua orang melihat saya sebagai sosok yang mulia dan dermawan."

Jenkins menelan ludah, merasa semakin tidak nyaman dengan arah pernikahan ini. Namun, sebagai seorang pelayan yang setia, dia hanya bisa menaati perintah tuannya.

Dengan perasaan campur aduk yang terbenam di dalam dirinya,Jenkins bersiap untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin, meskipun dia merasa bahwa rencana William tidak sepenuhnya jujur dan adil.