1 Kelompok yang tidak normal

Reza memandang sekelilingnya, semua orang sibuk dengan kelompoknya masing masing kecuali seorang wanita cantik yang juga memandangnya. Namun sudah hampir 2 menit Reza menunggu, Maura tak kunjung berhenti menatapnya.

"Lo ketua kelompok 10 kan?" pekik Larra dari kejauhan dengan wajah sinisnya.

"Udah tau nanya!" jawab Reza tak kalah sinis

"Kamu gimana sih, jadi ketua kelompok aja diam ditempat, gimana kita tau kamu disini" Ozzie dengan wajah yang juga sinis mendatangi Reza.

Reza menjadi semakin kesal, semua orang yang datang padanya rupanya lagi pubertas, hobby sekali memasang wajah sinis.

"Suka suka gue dong, kalo gak suka pergi aja cari kelompok lain" bentak Reza.

Emosi Ozzie tersulut, ia mendorong bahu Reza "Ngapain kamu bentak bentak" katanya tak kalah nyaring

"Makanya punya wajah itu dijaga" sahut Reza dengan gamblang

"Maksud kamu apa" Ozzie mengira Reza mengatai wajahnya buruk "wajahku jauh lebih terjaga daripada wajahmu"

Mendengar nada bicaranya yang mengerikan, Reza mulai ciut dalam hati.

Karena mulai tidak nyaman dan aman, Reza memilih diam seraya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Namun ia tersentak dengan kehadiran Maura yang kini sudah berdiri dihadapannya, dengan wajah innocentnya yang menggemaskan.

"Ngapain lo kesini? " ketus Larra dengan sinis.

Maura tidak menjawab, ia bahkan tidak menatap Larra, tampaknya Maura sedang berpikir keras. Gara-gara itu, suasana jadi hening sejenak, sampai Ozzie mendesah bosan, "Bukannya kelompok 10 ada 6 orang ya? Mana yang lainnya"

"Gak tau.... " lirih Reza sok cuek

"Kenapa kamu yang jawab? " bentak Ozzie lagi, namun ia menjadi nervous saat menyadari Maura melihatnya dengan tercengang.

"Udah deh, mending lo teriak susah amat sih" titah Larra

"Ga ah, ngapain teriak teriak" tolak Reza

"Ya iyalah ga ada yang datang, orang ga tau kelompok 10 yang mana... Hellowwww, disini tu rame ya"

"Ya udah, kalo lo mau, lo aja yang teriak"

Larra membuang muka dengan kesal, "Kelompok 10, Kelompok 10 disini" teriak nya

Sesaat kemudian seorang gadis mungil bersama seorang pria tinggi jangkung mendekati mereka.

Grace, gadis mungil itu tertawa kecil "Dari tadi gue cariin, rupanya disini, sorry ya... Kalian pasti sudah lama menunggu kan?" katanya mencairkan suasana, namun bukannya cair, mereka malah menatapnya dengan aneh. Lagi lagi suasana kembali canggung. Maura menatap kelima wajah teman sekelompoknya satu per satu, dan pada akhirnya ia tertawa jahat. Ia tertawa jahat. Tawa yang biasa muncul ketika seseorang berhasil membalas dendam bebuyutannya, atau ketika seseorang sukses melakukan aksi pencurian massal besar besaran di bank, jelas itu tawa jahat bukan? Teramat sangat tidak cocok dengan wajahnya yang manis dan teduh, hal itu membuat mereka semua menatapnya dengan ilfeel dan heran.

"Dasar gila" umpat Larra

"Jangan bicara begitu" tegas Rayhan, si pria jangkung dengan sok bijaksana membuat Reza mual saja. Kenapa semua orang di kelompoknya tidak ada yang normal. Apa cuma Reza saja manusia normal disitu. Setidaknya itu yang Reza pikirkan.

"Apa kalian sudah berkumpul dengan kelompok masing masing? " Suara Kak Nany muncul dari depan seluruh barisan.

"Sudah..... " jawab mereka semua

"Outbound akan dimulai 15 menit lagi jadi gunakan kesempatan itu untuk saling mengenal satu sama lain. Kelompok yang pertama adalah kelompok 10 dan yang terakhir adalah kelompok 5, sesuai dengan undian yang sudah dicabut tadi"

"Apa?? Jadi kita yang pertama? " ucap Lara tidak terima "Siapa sih yang cabut undi? Gak pandai banget"

"Jangan bicara begitu" lagi lagi Rayhan yang menegur

"Wah justru bagus kalau kita yang pertama, jadi kita lah yang peresmian" ucap Grace dengan senyum manisnya.

"Ya udah, lebih baik kita kenalan aja... " akhirnya Reza kembali mengangkat bicara "Gue Reza"

"Kalau gue, Greseva Mellerizz tulisannya Graceva Mellerizze, L nya double, kalian bisa panggil aku Grace, bacanya gres" ia mengakhiri perkenalan panjangnya dengan senyum manis yang antusias.

"Saya Rayhan" kata si pria jangkung

Perkenalan berhenti sejenak ketika tiba giliran Maura, wanita cantik yang ada disebelah Rayhan, sebab ia tak kunjung angkat bicara, padahal ini sudah gilirannya.

Malas menunggu yang gak jelas, pria berwajah eropa akhirnya mengakat suara "Aku Ozzie"

"Larra" ucap Larra lagi lagi dengan sinis

Suasana kembali hening ketika mereka menunggu Maura angkat bicara

"Woi... Nama lo siapa" tanya Larra seraya mendorong Maura pelan.

Maura terkejut lalu menatap Larra dengan penasaran "Ada apa?"

"Astaga" desah Ozzie frustasi

"Namu kamu siapa? " ulang Grace dengan lembut

"Oohh" Maura tersenyum manis "Nama aku Maura, senang bertemu dengan kalian" kali ini Maura terlihat sedikit lebih normal. Pikir Reza.

"Dasar tulalit" umpat Larra membuat Rayhan dan Grace tersinggung. Iya, Rayhan dan Grace.

"Senang bertemu denganmu juga" ucap Rayhan segera sebelum Maura ikut tersinggung dengan umpatan Larra

"Kamu cantik sekali Maura" Puji Grace "Kamu jurusan apa dikampus ini? "

"Terimakasih. Aku jurusan Arsitektur" jawab Maura dengan semangat ketika menyebut jurusannya "Kamu sendiri jurusan apa? "

"Aku? Aku jurusan-"

"Kenapa lalu bahas jurusan sih? " potong Larra "Lebih baik kita bahas apa yang akan terjadi"

"Loh memangnya kenapa? " lirih Grace

"MOHON PERHATIAN, -" Suara Kak Nany yang berdiri di depan kembali terdengar "Outbound akan dimulai, namun sebelumnya saya mengingatkan-"

"Ya kita kan mau outbound, seharusnya lo mikirin gimana caranya biar kita bisa menang dan mendapatkan hadiah itu" ucap Larra lagi

"Ngomong-ngomong hadiahnya apa? " tanya Maura

"diam dulu, gue mau dengar instruksi" potong Ozzie

"Juara 1 dapat uang 2 juta sama 6 tiket nonton film 'Bintang Biru' yang baru itu loh" jawab Grace antusias, mengabaikan perkataan Ozzie juga instruksi di depan

"Kelompok 10" panggil Kak Nany "kelompok 10 mana? "

"Ah, disini kak" Reza mengangkat tangan

"Kalian tidak dengar ya, saya bilang outbound sudah dimulai dan sekarang saatnya kalian berangkat"

Mereka tersentak dan saling pandang

"Tukan... Gak denger kan, gimana mau menang coba" kesal Ozzie

"Iya kak" jawab Reza "Ayo berangkat"

"Ingat ya, Warna Merah" ingat Kak Nany.

Kelompok 10 akhirnya meninggalkan barisan dan mulai memasuki hutan belantara yang menjadi tempat outbound mereka.

"Aduh... Aku jadi bingung kan" omel Ozzie lagi lagi "Mana ada merah merah disini, gara gara kamu tuh" Ozzie menunjuk Larra

"Iya nih, mungkin maksudnya kita harus mengikuti tanda warna merah" tebak Grace

"Itu ada panah merah" tunjuk Reza "Ayo kita ikuti"

"Tunggu" tahan Rayhan "yang kita ikuti bukan panah merah, melainkan pita merah yang diikat di pohon"

"Lo bilang apa lagi sih, jelas jelas itu ada panah merah. Lagian mana ada pita merah disini" ketus Larra

"iya ya. Kak Nany tadi bilang pita merah adalah jalan yang benar dan kita dilarang mengikuti instruksi apapun selain itu" setuju Grace

"Ah, kamu tau apa sih Rumput" ketus Ozzie "Orang tadi kamu asik ngobrol sama Maura"

"Ih kok Rumput? " Grace tidak terima

"Iya kamu sendiri yang suruh"

"Akukan bilang gress bukan Rumput"

"Aduh... Ribut terus deh" Reza menengahi "kapan jalannya, pusing banget sih punya kelompok kaya knalpot king"

"Tapi beneran gue denger kak Nany bilang begitu" bela Grace lagi

"lo salah denger" ucap Larra "ikut gue" ia kemudian melangkahkan kakinya mengikuti arah panah merah,

Ozzie dan Reza segera mengikuti Larra, dengan berat hati Rayhan juga mengikuti mereka.

"Rayhan" panggil Grace yang ragu.

"Udah ikut aja" jawab Rayhan tanpa menoleh kebelakang

"Maura, menurut lo gimana? "

Namun Maura lagi lagi tidak menjawab, ia masih melamun sejak tadi tadinya

"Maura Hei! Menurut lo gimana " rengek Grace mulai tak tenang

"Uh... Menurut aku? Aku belum dapat jawaban. Ini lagi diskusi"

Grace mengerutkan keningnya heran " Diskusi sama siapa Maura? "

"Sama aku" jawab Maura gamblang.

"Maura.. Grace.. " terdengar suara Larra memanggil mereka dari kejauhan

Maura tersentak "kenapa mereka meninggalkan kita? Ayo... " Maura berlari mengejar kelompoknya, begitu juga dengan Grace.

Sudah 30 menit mereka berjalan mengikuti arah panah merah, namun tidak ada apapun yang mereka temukan. Tidak ada pos pos, tidak ada juga tantangan khas outbound, yang mereka temukan hanyalah pohon pohon bergambar panah merah serta jalan penuh semak semak yang tidak jelas.

"Gimana ini? Jangan jangan-jangan kita tersesat? " tebak Reza

"Apa? Tersesat?" sentak Ozzie "Awas ya kalau kita tersesat kamu yang tanggung jawab" ancamnya

"Haduh... Jangan bertengkar dulu" Grace duduk di tanah dengan ngos ngosan "baru 30 menit gue udah cape banget nih. Tenggorokan gue kering, minta air dong"

"Iya gue juga haus nih" sambung Larra

Tentu saja Reza tersentak kaget "Astaga!"

"Kenapa Reza? " tanya Rayhan yang ikut kaget

Reza memukul kepalanya "Apa kalian gak liat huh"

Tentu saja mereka heran dengan apa yang dikatakan Reza, tapi.... Setelah diteliti lagi. Ozzie menemukan kejanggalan.

Dup... Sebuah tinjuan mendarat dipipi Reza

"Kenapa kamu gak bawa apa apa? Kamu mau bunuh kita semua? " bentak Ozzie penuh amarah

"Jadi... " Grace menatap kelima temannya dengan teliti. Ternyata tak satupun diantara mereka yang membawa tas, yang artinya tak ada satupun yang membawa bekal, perlindungan maupun air.

"Bagaimana ini, sebaiknya kita pulang saja"

"Tidak" tegas Larra "Apapun caranya kita harus menang dan mendapatkan hadiah itu"

"Argh.... Aku pulang saja. Tidak ada gunanya bersama makhluk makhluk aneh seperti kalian" ketus Ozzie

"KAMU YANG ANEH! " seru Reza emosi

"Jadi kamu nantang aku Huh! " balas Ozzie tak kalah emosi "kalau begitu ayo maju, pengecut"

Rayhan tampak panik, ia melihat Grace sudah lemah dan tampak pasrah, Larra hanya memeluk dadanya tak peduli, sedangkan Maura, ya ngapain lagi kalau gak melamun. Sementara dua orang dihadapannya sedang berkelahi. Siapakah harapan yang bisa meleraikan mereka?

"Kamu lah satu satunya harapan, Rayhan. Kamu lah pahlawannya" batin Rayhan menyemangati diri sendiri. Karena sebenarnya ia tidak berani meleraikan perkelahian dua pria penuh ego itu.

avataravatar
Bab berikutnya