webnovel

BAB 106

🚨 Oke, guys. Gw serius. Bab ini bakal bikin kalian emosi. Terutama yang ... (Intinya jangan banting hape saja) 🚨

"Terkadang, hubungan terbentuk bukan untuk memiliki atau dimiliki. Tetapi untuk apa hubungan itu terjadi."

[Porsche Pacchara Kittisawasd]

PORSCHE pun menghentikan mobilnya di sebelah rumah reyot penduduk yang cukup miskin. Dia sengaja memilih tempat yang tidak mencolok untuk menggendong Laura masuk, sementara Kinn yang ditakuti Jasmine menggandeng gadis kecil itu agar mau menurut.

BRAKHH!

"TOLONG!!" teriak Porche yang membuat orang tua di dalamnya kaget. Pria beruban itu berhenti mendengarkan radio lawas, lantas menoleh dengan wajah bengong ketika Porche membaringkan Laura ke meja kayu. "Maaf aku baru mendobrak pintumu! Tapi apa Anda punya handuk bersih?!"

Telunjuk renta-nya mengarah ke kamar mandi yang gelap gulita. "Di sana ada, Nak. Ambil."

Porsche pun tidak pikir panjang. Dia langsung menyambar handuk yang pastinya tidak benar-benar higienis karena bekas dipakai. Lalu merobek bagian bawah baju Laura untuk membersihkan darah di perut yang bocor tersebut.

Greeeeeekhh!

Selama limpa dan hati tidak ada yang pecah, ada dua peluru yang bisa Porche rogoh dengan sembarang cara. Kinn sampai menutup mata Jasmine dan agar tidak melihat kejadian itu secara langsung.

"ARRRGGHHHHHHHHH!" teriak Laura kesakitan.

Porsche tahu, itu adalah tindakan yang harusnya dilarang medis. Tapi dalam situasi seperti ini, buat apa mengikuti prosedur?! Laura sudah hampir mati!

Kinn pun berteriak karena Porche tiba-tiba membelah telapak tangannya sendiri dengan pisau, apalagi sang lelaki tercinta membekap bibir Laura segera.

Crassh!! Splatttt!

"PORSCHE!"

"JANGAN MELARANG AKU, KINN!" bentak Porche. Lalu membelai pucuk kepala Laura sambil berbisik ke telinga wanita itu. "Sekarang minum. Sebanyak apa pun yang kau mau. Cepat, Laura. Kau tidak boleh mati sekarang ...."

"Hmmnhh ... hiks ... hiks ... hiks ...." isak Laura sembari menurut. Wanita itu memang kuat, tapi tidak bisa menahan rasa sakit yang merenggang nyawanya. Air mata pun menetes tumpah dari sudut pelupuk Bahkan Kinn hanya tercenung melihat pemandangan miris itu.

Kinn sendiri tidak paham yang Porche lakukan, tapi memilih percaya saja. Sebab darah Porche istimewa. Lelaki itu memiliki susunan DNA berbeda, walau kata perawat klona kemampuan penyembuhan Porche sudah menurun 5 kali lipat.

"Ayo, Laura. Kau bisa. Kau kuat ... tatap mataku dan bernapaslah ...." kata Porche. Dia bahkan tidak ragu mengiris bagian lain dari telapak tangannya agar darah yang keluar semakin banyak.

Crassshh! Splatttt!!

"PORCHE!"

Sayang, Laura kehilangan kesadaran tak lama kemudian. Kedua mata cantiknya mendadak mengendur, terpejam. Bahkan napasnya mulai putus-putus tanda daya hidupnya makin menjauh.

Oh, Tuhan. Porche pun langsung teringat kata-kata Mossimo tentang perasaan Laura. Sehingga keheningan itu sempurna saat Kinn melihat Porche meraup bibir Laura.

"Hmmnhh ...." desis Porsche karena dia tidak bisa berpikir hal lain. Lelaki itu melumat daging lembut bibir Laura untuk bertukar saliva terus menerus, padahal tangan wanita itu sudah tergantung lunglai ke sisi meja.

Entah masih sekarat. Entah sudah mati. Yang pasti Porsche tidak menyerah. Dia bahkan mengulangi ciuman itu berkali-kali hingga bibirnya kebas.

Darah membias diantara bibirnya dan milik sang ratu mafia.

"Jasmine, kita pergi dulu ke depan. Jangan di sini," kata Kinn. Antara emosi dan prihatin, dia memang tidak bisa melarang Porsche menyelesaikan tindakannya. Ah, apa jika tidak cukup dengan berciuman, mereka akan melakukannya juga?

Dan benar saja. Saat Porche baru membuka kancing atas bajunya, dada Kinn sudah nyeri sekali. Namun, apa kecemburuan lebih penting daripada nyawa? Kinn pasti sinting jika masih memikirkan hal itu sekarang.

Mereka berdua akhirnya berdiri di samping rumah jelek itu, terpekur kesepian meski berdampingan, lalu Jasmine terpana melihat Kinn mengusap matanya.

"Pak Tua, apa kau baru menangis?" tanya Jasmine.

Kinn pun tertawa-tawa. "Apa? Tidak." Dia langsung tersenyum lebar seperti Samoyed manis. "Siapa yang menangis? Kau ... kau justru sudah menangis beberapa kali karena merindukan ayahmu, kan? Maaf sudah menggunakanmu untuk tujuan pribadi."

Jasmine ternyata tidak mempan dengan pengalihan topik seperti barusan. "Apa kau takut istrimu mati?" tanyanya dengan kedipan lucu.

"Apa? Istriku?"

"Iya. Wanita itu kan memakai cincin yang sama denganmu," kata Jasmine polos. "Aku jadi curiga kau akan balas menembakku jika dia benar-benar mati."

Kinn pun memandang cincin pernikahannya dengan Porsche. Sayang, pasangannya dipakai Laura. Dan sekarang Jasmine benar-benar salah paham. Dia berpikir Laura yang istrinya? Kinn tidak pernah tahu hubungannya dengan Porsche sudah renggang sejauh itu.

"Tidak, Nak--" suara Kinn tersendat karena air matanya ternyata mengalir. "Oh ... ha ha ha. Jangan bilang ini pada siapa pun. Aku hanya ...."

__________________

Aku hanya tidak tahu harus bagaimana jika dia nanti meninggalkanku ....

______________

Porsche sudah marah padanya karena dibohongi soal Porchay. Porche juga kecewa padanya karena terus menerus gagal melakukan sesuatu. Bahkan Kim rusak di depan mata mereka berdua.

Sekarang ...  Porche bahkan semakin dekat dengan Laura.

Kinn pun menumpahkan rasa hancur yang selama ini ditahan, hingga Jasmine tanpa sadar menggenggam tangannya erat.

"Pak Tua, apa kau baik-baik saja?" tanya Jasmine.

"Ha ha ha ... tidak apa-apa, sungguh ...." Kinn mungkin berkata begitu, tapi air matanya tidak berhenti. Oh, Tuhan. Demi apapun hanya Jasmine yang pernah melihatnya hingga seperti ini. Gadis kecil itu pasti akan mengenangnya hingga dewasa nanti, bahwa ada seorang mafia yang ternyata lemah dengan jantung hatinya.

"Jadi, kau ini tidak benar-benar jahat, ya ...." kata Jasmine.

Mendengarnya, Kinn pun kaget dan segera mengelap wajah. "Apa, Nak?"

"Ya, karena orang asli jahat tidak mungkin menangis ...." kata Jasmine. "Itu yang ibuku bilang ketika membacakan dongeng berjudul "Devil Bride." Di sana ada iblis yang mencintai manusia. Susah mendapatkan karena manusia itu mencintai kekasihnya yang sudah mati. Lalu menahan perasaannya sendiri hingga menangis." (****)

Kinn pun refleks tertawa. "Oh, ada juga yang seperti itu?" tanyanya.

"Ya. Padahal iblis itu termasuk bangsawan dan sakti," kata Jasmine. Gadis kecil itu tampak senang menceritakan dongeng yang dia suka. "Dia juga sangat tampan. Tapi, sihir yang dimiliki tidak pernah bisa merubah hati manusia yang dicintai."

Kinn pun sedikit terhibur mendengar ocehan Jasmine. Aneh sekali, bukan? Padahal mereka sempat bermusuhan beberapa hari ini.

"Oh, ya?" tanya Kinn. "Jadi, kisah iblis dan manusia itu sad ending?"

Jasmine malah tersenyum lebar. "Tidak lah. Mereka akhirnya menikah," katanya. "Tahu tidak kenapa?"

Kinn pun membayangkan dirinya akan seperti ini bila berbicara dengan Namsie versi seumuran Jasmine. "Iya? Kenapa?"

"Karena iblis itu tidak pernah menyerah," kata Jasmine. "Dia memperlakukan orang yang dicintai dengan baik. Berkorban banyak hal dan tak terduga, juga tidak pernah memaksakan orang itu jadi miliknya."

"Wow, yeah?"

"Hmm." Jasmine mengangguk meyakinkan. "Karenanya kau pun harus begitu."

"Ha ha ha ... ya ...." tawa Kinn. "Tapi bagaimana jika orang yang kucintai tetap tidak melihat usahaku?"

"Tidak mungkin ...." Jasmine lantas menepuk dadanya. "Karena sesuatu yang dilakukan dari hati , pasti akan sampai ke hati juga. Jadi, jangan cemaskan hal-hal seperti itu."

Kinn pun mengerutkan kening karena gemas. "Baiklah. Walau aku penasaran apa kau sendiri paham semua yang kau katakan," katanya, lalu mengacak-acak pucuk kepala Jasmine.

Jasmine malah nyengir dengan lesung pipit yang tampak. "Tidak terlalu, ha ha ha. Setidaknya tadi adalah yang Ibu katakan," katanya. "Terus yang terakhir itu kutipan dari dongengnya."

"Dasar ...." kata Kinn. Dia pun menghela napas panjang. Secara ajaib merasa lebih baik. Meski setelah Porsche keluar dari pintu rumah, Kinn tidak tahu harus berekspresi seperti apa.

BRAKHH!!

"Laura selamat, Kinn," kata Porsche dengan tangan dan tubuh berlumuran darah. Lelaki itu tampak seperti membunuh orang, padahal yang dilakukan sebaliknya. Apalagi Porsche membawa pisau, kancing-kancing kemejanya lepas, dan resteling celana jeans-nya yang terbuka. "Dia selamat dan sekarang lukanya sudah mulai menutup."

"Apa tadi mereka benar-benar melakukannya?" pikir Kinn. Namun, lelaki itu tetap tersenyum kepada sang lelaki tercinta. "Ya, bagus," katanya. "Aku saja tidak kepikiran sampai sana. Padahal tangan dan tubuh memarku dulu juga sembuh ...."

Rambut acak-acakan Porche diterpa angin saat dia tersenyum. "Ya, aku juga tidak menyangka," katanya. Lalu memberikan isyarat dengan tangan. "Ayo masuk. Kita istirahat dulu dan pikirkan harus apa selanjutnya."

"Aku seharusnya tidak perlu menanyakan itu ...." batin Kinn sambil menggandeng Jasmine lebih erat. "Ayo. Kita berteduh dulu untukmu."

Porche sudah masuk ke dalam dengan lari kecilnya. Dia tidak melihat Jasmine yang memeluk Kinn tiba-tiba. Bahkan menepuki pinggang sang mafia seperti seorang ibu. "Kau pasti bisa, Pak Tua," katanya. "Dan aku minta maaf sudah pernah memandang istrimu sebelah mata."

BEGITU sampai ke salah satu cabang bisnis Mossimo di Porto Cervo, Sardinia, Jirayu pun langsung masuk ke dalam lorong-lorong sempit untuk menuju ke gedung ujung. Di sanalah Mossimo mengembangkan wisata kuliner untuk kalangan menengah ke bawah, tetapi meraup untung yang besar. (*)

(*) Porto Cervo masih deket sama Cagliari. Di Sardinia juga. Makanya Jirayu cepet sampe ke sana, guys.

Mossimo mungkin tidak pernah memberitahukan secara detail soal bisnis yang dia gerakkan di belakang Laura, tetapi Jirayu yang pernah menyusupi ranahnya jelas tahu banyak hal rahasia.

"Kantornya di lantai atas ...." gumam Jirayu sebelum permisi masuk ke dalam. Dia pun disambut beberapa pekerja sebagai dokter pribadi Laura, lalu mengecek foto lawas yang pernah dia lihat.

Itu adalah potret seluruh keluarga Mossimo. Di sana anggotanya lengkap, bahkan Ibu sang mafia Sisilia masih hidup juga. Wanita itu duduk di sebelah Mossimo versi 12 tahun. Sementara dia merangkul dua bocah lelaki lainnya. Jirayu tahu mereka bukan termasuk saudara Mossimo.

Benar. Itu adalah Allard dan Domenico. Mereka memakai suit jas yang mirip dengan Mossimo. Dan kemungkinan diberi setelan begitu karena dianggap anak juga.

Sayangnya, sejauh yang Jirayu tahu ... mereka berdua tidak pernah benar-benar resmi dalam kartu keluarga Mossimo. Mungkin yang Allard adalah anak pungut? Lalu Domenico adalah sepupu Mossimo yang sudah sebatang kara sejak kecil.

Dulu, Jirayu tidak terlalu memperhatikan detail ini karena dia hanya fokus membantu Kim menjalankan misi, tapi sekarang terlihat semua satu per satu.

"Tuan James? Apa Anda di sini untuk mengambil dokumen Tuan Mossimo?" tanya seorang karyawan tiba-tiba.

DEG

Jirayu pun menoleh dan tersenyum kepada si karyawan yang membawa setumpuk berkas. "Ya, bisa dikatakan begitu. Memang kenapa?" tanyanya. "Apa kau mau titip sesuatu? Tuan ada di Sisilia sekarang."

"Ah, iya ...." kata si karyawan sambil mengulurkan salah satu file. "Yang ini, tolong ya. Saya kebetulan tidak bisa menyampaikannya secara langsung. Ada acara mendadak untuk anak di sekolah."

"Oh, iya. Tak masalah," kata Jirayu. "Aku paham kok. Ibu-ibu memang sering susah dengan jadwalnya. Sini."

"Terima kasih ...."

"Hm, sama-sama."

Si karyawan pun keluar dengan sopan. Dia tidak tahu bahwa Jirayu penasaran membuka-buka file tersebut, bahkan memeriksa isinya untuk memastikan sesuatu.

"Oh, bagus. Ini hanya berkas-berkas penjualan," kata Jirayu. Namun, pikiran itu langsung berubah ketika ada sepucuk surat jatuh dari sela-sela halaman. Dia pun segera memungut benda itu, lantas membaca isinya sepintas.

[Mossimo, aku tahu selama ini kau sembunyi di Cagliari bersama mereka. Jadi, ini hanya peringatan untukmu. Awas kalau kau tetap tidak memihak kami ... lain kali bukan hanya istrimu yang kuburu. Tapi juga siapa pun yang menghalangi jalanku. Paham kau?]

DEG

Seketika, Jirayu pun tercenung dan membaca pesan itu beberapa kali lagi.

"Tidak ada nama pengirim," gumamnya pelan. Lalu mendadak berdebar karena spekulasi yang lain. "Hei, jangan bilang ...."

Bersambung ....

Siapa yang ngancem hayo? 👀 Dan menurut kalian Porsche bener-bener naninu dengan Laura? Jawabannya nanti di belakang banget 😋 Stay!

(****) Dongeng yang diceritain Jasmine itu spoiler dari FF-ku yang lain ya: "Devil Bride" tapi yang dia dengerin pastinya versi straight. 😂

Jangan lupa mampir ke FF baruku juga! "Angelic Devil" Omegaverse. CEO X CEO. 😘 Thanks udah baca!