"Maafkan aku yang masih belum bisa bersikap dewasa menyikapi semua ini. Aku tahu ini juga bukan kehendak kamu, mas. Kamu hanyalah seorang prajurit yang bertugas atas nama negara. Kemana negara memanggilmu, kesanalah kamu pergi." Kata-kata yang tidak bisa keluar dari mulut Gendhis. Hanya bisa sampai kerongkongannya saja. Dan, wajahnya tertunduk lesu. Sebuah ciuman hangat menempel di keningnya.
"Aaah, maafkan aku. Kamu jadi bangun ya?" Gendhis langsung duduk bersimpuh di lantai, begitu kaget mengetahui sang suami tersenyum padanya.
"Instingku sudah terlatih untuk melihat gerakan hanya dari helaan napas. Kemarilah sayang," Erlangga bangun dari tidurnya dan menepuk-nepuk sofa yang semula ditidurinya. Gendhis pun menurut.
"Apa kamu masih kecewa?" Erlangga mendekap erat lengan sang istri, seolah ini adalah pertemuan terakhir mereka.
"Sedikit, bohong kalau aku bilang tidak." Jawab Gendhis dengan sejujurnya.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com