webnovel

Terlalu Banyak Nutrisi Menyebabkan Mimisan

Editor: Atlas Studios

Gelombang pekat udara panas keluar dari pot tanah liat, telah menyelimuti tekstur daging Ayam Pheonix Darah sebening kristal bening dari dalam. Sup ayam yang murni, berwarna oranye kekuningan, tidak berisi ketidakmurnian di dalamnya dan beraroma pekat. Di bawah sinar lampu, lemaknya berkilauan dan membuat Sup Ayam Pheonix Bumbu Sage seperti dihiasi banyak batu permata.

Warna, wangi, dan rasa merupakan kriteria untuk dinilai apakah sebuah masakan telah memenuhi standar tertentu. Walaupun Sup Ayam Pheonix Bumbu Sage dikritik sangat berat oleh sistem, masakan ini masih termasuk masakan lezat yang jarang ditemui, berdasarkan tiga kriteria ini.

Daging ayam seperti jeli pada khususnya sangat menggugah selera dan Bu Fang sudah tidak sabar untuk mencobanya.

Dia mengeluarkan mangkuk porselen biru putih dan menggunakan sendok porselan untuk mengisi setengah mangkuk dengan sup ayam berkeharuman pekat. Keharuman sup ayam oranye kekuningan melayang-layang di ujung hidung Bu Fang, menyebabkan dia tanpa sadar menjilat bibirnya.

Sup Ayam Pheonix Bumbu Sage dimakan dengan metode tertentu. Pertama, kamu tidak boleh langsung memakan dagingnya. Kamu harus minum kuahnya satu sendok dan membiarkan rasa menyelimuti mulut dan perutmu dulu.

Ketika perut telah benar-benar terisi oleh sup hangat, kamu lalu dapat melanjutkan dengan daging. Dengan demikian, kamu mampu dengan mudah mencicipi rasa daging dan merasakan kelembutan setiap potong ayam.

Ketika dia minum satu sendok sup oranye kekuningan, keharuman yang pekat seperti letusan bom, meledak di dalam mulutnya dan mendominasi indra perasanya. Keharuman Ayam Pheonix Darah, aroma Tanaman Obat Sage, dan rasa serta keharuman tanaman obat lainnya keluar bersamaan.

Bu Fang merasa seperti bergerak tanpa arah di dalam kumpulan tanaman obat di atas gunung. Ketika tanaman obat bergoyang mengikuti angin, aroma pekat bergerak ke arahnya. Seekor Ayam Pheonix Darah berwarna merah tua memesona mengepakkan sayapnya di atas tanaman obat dan dengan senang bergerak tanpa arah.

"Sedap sekali!"

Bu Fang memuji setelah dia minum satu sendok, lalu pandangannya berfokus pada daging Ayam Pheonix Darah yang telah dia incar sejak lama.

Kulit ayam menjadi kenyal setelah dimasak menggunakan energi murni. Ketika Bu Fang merobek salah satu paha ayam, daging ayam dari bagian lain juga ikut tertarik. Kulit ayam menjadi sedikit transparan.

Walaupun daging ayamnya berwarna merah, tidak ada rasa darah ketika dia mencicipinya. Bila dibandingkan dengan daging ayam biasa, daging ayam ini lebih empuk dan dapat dengan mudah ditelan tanpa perlu banyak dikunyah.

Bu Fang memegang sebuah paha ayam dengan penuh kepuasan ketika dia meneruskan merobek dagingnya. Tidak lama kemudian, seluruh paha ayam telah habis dimakan dan bibirnya penuh dengan minyak.

Tulang Ayam Pheonix Darah berwarna merah darah juga dan mengeluarkan keharuman yang berbeda dari daging.

Mengisi mangkuknya dengan sup ayam lagi, Bu Fang perlahan menikmati rasanya ketika dia dengan nyaman meringkuk di kursi. Perasaan makan hingga kenyang benar-benar terlalu luar biasa.

Walaupun Bu Fang tergoda untuk menghabiskan seluruh ayam sendiri, dia tidak dapat melakukannya. Ayam Pheonix Darah adalah bahan hewan buas roh dan penuh dengan energi roh. Ditambah dengan tanaman obat roh yang berharga dan Tanaman Bumbu Sage Surgawi, masakan ini benar-benar bernutrisi.

Bu Fang hanya mampu makan sebanyak itu bahkan setelah ada bantuan sistem membatasi efeknya. Jika dia meneruskan makan, dia mungkin akan meledak bahkan tanpa tekanan dari sistem.

Bahkan, setelah Bu Fang selesai makan, dia masih merasa seluruh tubuhnya terbakar dan matanya memancarkan api.

Bu Fang menghela napas berat ketika dia berdiri. Darah menetes dari hidungnya.

Terlalu bernutrisi . . . hingga dia mimisan.

Bu Fang tanpa ekspresi. Dia tadinya berpikir akan membuang seluruh daging ke dalam perut Whitey untuk diolah kembali. Namun, setelah berpikir beberapa saat, dia membawa sisa Ayam Pheonix Darah kepada Blacky sambil memegangi hidungnya.

"Ini, Blacky. Waktunya makan malam ringan," kata Bu Fang dengan suara teredam. Lalu dia meletakkan Ayam Pheonix Darah di depan Blacky.

Blacky, yang sedang berbaring di tanah dengan mata tertutup, tiba-tiba membuka matanya. Mata anjingnya berkilat seperti hujan meteor.

"Auuuu~" Blacky melolong sambil dengan senang berpikir, "Manusia, kamu akhirnya cukup bijaksana untuk mengetahui bahwa kamu harus menghormati yang dituakan!"

Lalu, Blacky mulai melahap Ayam Pheonix Darah.

Bu Fang kembali ke dapur dan menghapus mimisannya. Dia merasa seluruh tubuhnya terisi energi yang tak ada habisnya dan tidak merasa mengantuk sama sekali. Maka itu, dia mengangkat pisau dapur yang dibuat khusus, lalu mengambil beberapa ribu lobak dan mulai mengiris lobak-lobak itu.

Dia sama sekali tidak dapat berhenti . . .

Keesokan harinya, Bu Fang masih penuh energi bahkan setelah memotong lobak sepanjang malam. Dia membuka restoran dan restoran telah buka untuk umum.

Jin Gemuk dan teman-temannya datang tepat waktu untuk makan.

"Pemilik Bu, mengapa saya merasa ada hawa membunuh terpancar darimu hari ini?" tanya Jin Gemuk bingung sambil menatap Bu Fang.

Bu Fang tanpa ekspresi memandang Jin Gemuk. Lidahnya menjilat bibirnya sedikit dan dia berkata, "Benarkah?"

"Demi surga . . ." tanpa sadar Jin Gemuk menggigil sewaktu dia dengan bingung melihat Bu Fang. Pikirnya, "Apakah Pemilik Bu menjilat bibirnya barusan? Mengapa dia menjilat bibirnya?"

Setelah Bu Fang menghidangkan semua masakan yang dipesan Jin Gemuk, dia kembali ke dapur. Setelah memotong lobak sepanjang malam, bagaimana mungkin tidak ada aura membunuh yang terpancar darinya . . .

Loli kecil, Ouyang Xiaoyi, dengan senang meloncat-loncat menuju restoran. Hari ini adalah hari terakhirnya sebagai pelayan dan begitu hari itu berakhir, dia bebas untuk pergi.

"Namun . . . Mengapa saya merasa sedikit enggan?" pikir Xiaoyi sambil memiringkan kepalanya.

"Xiaoyi, hidangkan pesanan."

Teriakan Bu Fang menyebabkan Ouyang Xiaoyi berhenti memikirkan masalah ini.

"Saya datang." Ouyang Xiaoyi dengan semangat berlari menuju jendela yang akrab dan membawa masakan berbau harum yang telah dimasak Bu Fang.

Pelanggan datang dan pergi, jam operasional hari itu hampir berakhir.

Ji Chengxue datang hari itu. Dia lembut dan halus seperti biasanya dan tidak terpengaruh dengan percobaan pembunuhan sama sekali. Setelah tidak datang beberapa lama, dia menemukan bahwa ada banyak menu baru. Dia dengan bersemangat memesan setiap menu baru dan pergi dengan puas setelah selesai makan.

Sekretaris Besar Su cepat-cepat datang juga. Dia hanya memesan menu kesukaannya, Nasi Goreng Telur.

Xiao Yue masih santai ketika dia datang dan pergi. Dia hanya memesan satu kendi Arak Kendi Giok Hati Es dan sekali lagi memesan satu kendi untuk hari berikutnya.

"Saya sangat lelah." Ouyang Xiaoyi sangat lelah ketika dia duduk di kursi sambil terengah-engah. Karena restoran menjadi populer, jumlah pelanggan juga bertambah. Setelah satu hari bekerja, tentunya cukup lelah juga. Namun, Ouyang Xiaoyi puas dengan rasa pemenuhan ini.

"Bos bau, saya akan naik ke tingkat tiga Maniak-Perang! Ketika waktu itu datang, ada banyak masakan yang akan saya pesan dan cicipi, terutama Sup Kepala Ikan dengan Tahu!" kata Ouyang Xiaoyi kepada Bu Fang ketika mata besarnya berkedip.

"Baiklah, saya akan menunggumu, "Bu Fang juga sedang duduk ketika tanpa ekspresi dia menjawab.

Ouyang Xiaoyi hari itu banyak bicara dan dia berbicara pada Bu Fang tanpa henti. Di lain pihak, Bu Fang tetap acuh tak acuh dengan sesekali mengangguk dan menjawab dengan "oh".

"Bos bau, dapatkah kamu menyelamatkan kakak Yanyu besok? Saya selalu percaya padamu." tiba-tiba Ouyang Xiaoyi menjadi sedih.

"Tidak perlu khawatir. Percayalah padaku. "Bu Fang tertegun sesaat. Lalu dia mengelus kepala Ouyang Xiaoyi dan memaksakan sebuah senyum tipis di wajahnya.

"Bos bau, senyum kamu benar-benar jelek!" kata Ouyang Xiaoyi memutar matanya dan merendahkan Bu Fang.

Ekspresi Bu Fang tiba-tiba mengeras dan kembali ke wajah tanpa ekspresi seperti semula.

"Bos bau masih lebih tampan ketika serius." Ouyang Xiaoyi tertawa kecil ketika dia melompat-lompat menuju pintu masuk restoran.

"Bos bau, saya akan datang lagi besok. Kamu harus menyelamatkan kakak Yanyu, saya percaya padamu!"

Ketika Bu Fang melihat ke sosok Ouyang Xiaoyi yang mulai menghilang, seberkas kelembutan muncul di matanya. Dia menggosokkan rambutnya sendiri yang diikat dengan tali wol, lalu berbalik dan berjalan menuju dapur.

"Bagaimana saya dapat gagal jika saya setampan ini?" kata Bu Fang pada dirinya sendiri.

Mengenai menyelamatkan Xiao Yanyu di hari berikutnya, karena dia telah mencoba memasak Sup Ayam Pheonix Bumbu Sage, dia percaya bahwa dia tidak akan gagal.

Dia tenang karena dia percaya diri.