webnovel

Sang Ratu Pengganti

Jang Shin Hye adalah putri yang memiliki segala kesempurnaan cantik, kuat dan pintar. Dia adalah putri Perdana Menteri Hwang, Putri Jang telah di persiapkan untuk menjadi istri pangeran kedua Dong Hwa, sejak mereka masih kecil. Namun ketika sang Ratu sakit keras demi menutupi gosip miring dan kegaduhan yang terjadi di lingkungan kerajaan Moon, Dewan kerajaan menunjuk Putri Jang untuk menikah dengan Raja Joon kakak dari pangeran Dong Hwa dan menggantikan tugas Ratu Ran. Tak ingin membahayakan nyawanya dan keluarga, Putri Jang pun terpaksa mau menikah dengan Raja Joon. Masalah demi masalah datang ketika Ratu Ran meninggal. 18+ (Harap bijak dalam membaca) Ig Shasadewa

Shasadewa · Fantasi
Peringkat tidak cukup
72 Chs

Sadar Diri

Sementara Putri Jan hanya diam menjadi pendengar setia percakapan antara Raja Won dengan Raja Joon sang putra. Usai berbincang bincang Raja Won meninggalkan tempatnya yang diikuti ibu suri, selir Yui dan juga para dayang menyisakan Putri Jang dan Raja Joon yang masih diam termangu. Putri Jang berdiri hendak meninggalkan tempat tersebut namun terpaksa harus berbalik badan ketika mendengar ucapan maaf dari Raja Joon.

"Maaf." Begitu Raja berucap hingga membuat Putri Jang membalikkan badannya.

"Anda tak perlu merendah dan meminta maaf kepada saya yang mulia, saya cukup sadar diri dengan posisi saya saat ini, bukankah yang saya hadapi sekarang adalah hal yang wajar jika saya ditinggal saat malam pengantin mengingat saya hanyalah seoarang pengganti, jangan merisaukan apa kata orang yang mulia. Maaf saya harus permisi. Hormat hamba yang mulia," ucap Putri Jang berlalu pergi meninggalkan Raja Joon yang masih diam di tempat mencerna setiap perkataan Putri Jang.

Putri Jang berniat mencari tahu keberadaan Pangeran Dong namun langkahnya urung kala melewati ruangan Ratu Ran sahabatnya, hatinya tergerak untuk berkunjung ketempat itu. Seorang kasim membukakan pintu setelah mendapati Putri Jang berdiri didepan pintu.

"Hormat hamba Putri," ucap kasim tersebut sembari membungkuk.

"Hemmm terimakasih." Putri Jang tersenyum ramah lantas masuk ke dalam ruangan Ratu.

Putri Jang bergerak mendekat kearah ranjang Ratu ia mengambil sebelah tangan Ratu Ran mengusap usap punggung tangan Ratu Ran.

"Ran, bangunlah ini aku Jang. Apa kau tak merindukanku hemmm?"

"Kau ini Ratu, Ran mengapa tidurmu terlalu lama sekali. Lihatlah semua orang mengharapkanmu untuk bangkit."

"Bangunlah Ran mari kita bangun kerajaan ini bersama sama. Kau, Raja Joon dan juga aku akan membantumu membangun negeri ini bersama sama seperti mimpimu dulu. Ayo kita wujudkan mimpi itu bersama sama," ucap Putri Jang sembari mengusap lembut lengan Ratu Ran.

Putri Jang meminta pelayan mengambilkan baskom berisi air dan kain kecil untuk mengelap tubuh Ratu Ran.

Dengan telaten Putri Jang membersihkan tubuh Ratu Ran, ia juga mengganti pakaian Ratu Ran. Dari balik tirai Raja Joon menyaksikan aktivitas Putri Jang yang begitu sabar dan telaten merawat Ratu Ran. Seulas senyum muncul dari bibir Raja Joon ia kemudian membalikkan badan dan bergerak menjauh dari ruangan Ratu Ran karena tak ingin Putri Jang mengetahui keberadaannya.

Putri Jang hendak berdiri dan meninggalkan ruangan Ratu Ran namun langkahnya terhenti ketika ujung hanboknya seperti sedang ditarik seseorang, ia membalikkan badannya dan melirik hanboknya betapa terkejutnya ia ketika melihat sebuah tangan kecil menggenggam erat hanbok miliknya.

"Yang mulia Ratu, kau sudah siuman." Putri Jang terkejut melihat tangan Ratu Ran menggenggam hanbok Putri Jang.

"Jang," ucap Ratu Ran lirih.

"Iya Ran ini aku apakah kau mau sesuatu? apa yang kau rasakan saat ini?" Putri Jang duduk dipinggiran ranjang sembari menggenggam tangan Ratu Ran.

Ratu Ran menggeleng perlahan lalu tersenyum dan meraih tangan Putri Jang dan menepuk nepuknya perlahan.

"Jang terimakasih, maaf." Ratu Ran menitikan air matanya, Putri Jang buru buru mengusap air mata Ratu Ran dan memasang senyuman terindahnya.

"Ran... apa yang kau lakukan? Tak perlu berlebihan begitu, aku tak apa, sungguh."

"Meskipun suamimu sangat dingin padaku Ran, meskipun aku harus berbagi suami denganmu Ran," lanjutnya dalam hati.

"Kau tunggu sebentar aku akan memanggil pelayan sebentar."

Putri Jang melangkahkan kaki keluar ruangan memanggil beberapa pelayan dan meminta tolong padanya untuk membawakan semangkuk bubur, memanggil tabib istana dan memberi tahukan kabar kepada Raja Joon bahwa Ratu Ran telah siuman. Putri Jang kembali kedalam kamar mendapati Ratu Ran yang masih berbaring lemah diatas ranjang.

"Jang kemarilah," ucap Ratu Ran menepuk lemah pinggiran ranjangnya.

"Jang, apa Joon memperlakukanmu dengan baik?" Putri Jang tersentak mendengar pertanyaan tersebut, Ia menata hatinya untuk menjawab pertanyaan Ratu Ran tersebut.

Putri Jang tersenyum kemudian berkata. "Dia baik jangan khawatirkan tentang hal itu Ran."

"Syukurlah aku senang mendengarnya, segera berikan kerajaan ini seorang pangeran Jang." Putri Jang membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang Ratu Ran ucapkan.

"Aku yang seharusnya berkata begitu padamu Ran, cepatlah sembuh dan berikan kerajaan ini pangeran. Kau yang lebih pantas melahirkan seorang Pangeran Mahkota Ran" Putri Jang merendah karena tak ingin membuat hati sahabatnya terluka.

Seorang dayang masuk dan memberi hormat, membawa semangkuk bubur hangat dan meletakkannya di meja kecil didekat kepala ranjang. Putri Jang meraih mangkuk tersebut dan menyuapi Ratu Jung bubur dengan sabar sembari bercerita hal hal lucu untuk menghibur sang sahabat.

"Kau paling bisa membuatku tertawa Jang," ucap Ratu Ran sembari terkekeh.

"Tentu saja karena aku Putri Jang, ayo habiskan buburmu agar kau lekas pulih" Putri Jang kembali menyuapkan bubur dan menyodorkannya kedalam mulut Ratu Ran.

Tak lama kemudian Raja Joon datang dengan langkah tergesa dan wajah yang berbinar. Raja Joon mematung diambang pintu kala melihat betapa lembutnya Putri Jang memperlakukan Ratu Ran, meski ia tahu Ratu Ran adalah penguasa hati Raja Joon yang juga suaminya. Raja Joon tak melihat sedikit pun sifat iri benci Putri Jang kepada Ratu Ran ia justru sebaliknya, dengan lembut dan sabar merawat Ratu Ran. Hati Joon menghangat melihat pemandangan didepannya tersebut, tak bisa dipungkiri ia kagum dengan selirnya itu, Putri Jang memanglah berhati baik.

Putri Jang yang menyadari kehadiran Raja Joon pun segera undur diri membrrikan ruang untuk pasangan suami istri tersebut melepas rindu. Putri Jang berdiri dan memberi hormat kepada Raja kemudian ia berpamitan.

"Hormat hamba yang mulia Raja."

"Ratu Ran hamba mohon undur diri, " pamit Putri Jang.

"Jang tetaplah disini jangan pergi aku masih ingin berbincang denganmu." Putri Jang bergerak menjauh dari ranjang Ratu Ran memilih duduk dikursi pojok ruangan menyaksikan kedua sejoli melepas rindu.

Raja Joon menghampiri ranjang sang istri memeluk Ratu Ran dengan erat kemudian menghujani wajahnya dengan kecupan kecupan kecil mengabaikan keberadaan seseorang yang juga bersetatus istrinya saat ini.

Putri Jang menahan nafasnya sejenak, menenangkan hatinya yang sedikit sakit melihat pemandangan romantis didepannya. Ia mencengkeram kuat kuat ujung hanbok miliknya sembari menjerit meronta dalam hati. Tapi ia tetap berusaha memasang senyum anggunnya didepan pasangan tersebut memperlihatkan dirinya yang baik baik saja.

"Jang kemarilah," ucap Ratu Ran yang membuat Putri Jang bangkit dan bergerak mendekat.

"Ada apa Ratu? apakah ada yang bisa hamba bàntu?"

"Habiskan malam ini bersama Raja Joon, aku ingin segera mendengar kabar baik dari kalian," pinta Ratu Ran.

"Sayang, aku... " ucapan Raja Joon terhenti kala Ratu Jung menyelanya.

"Suamiku, ku mohon berbuatlah adil kepada istri istrimu. Aku ingin Putri Jang merasakan kebahagian yang sama seperti yang aku rasakan. Bermalamlah dikamar Putri Jang bukankah kalian pengantin baru," ucap Ratu Ran yang membuat dada Putri Jang menjadi sesak.

Ratu Ran memanglah wanita yang baik hati dan lembut sifatnya tak beda jauh dari Putri Jang yang berbeda hanya jika Putri Jang adalah seorang yang ceria namun Ratu Ran adalah seorang yang pemalu dan pendiam. Jadi tak heran jika Raja Joon sangat mencintai Ratu Ran.

Putri Jang angkat bicara ia mencoba menengahi situasi tersebut karena tak ingin ada yang terluka. "Ratu bagaimana jika Raja malam ini tetap tidur dikamar Ratu Ran namun setelah menemani saya sebentar."

Raja Joon menoleh tak percaya dengan apa yang Putri Jang usulkan, sementara Ratu Ran justru mengangguk kecil sembari tersenyum menanggapi saran dari Putri Jang.

"Baiklah kalau begitu hamba pamit undur diri Raja ... Ratu."

"Salam hormat dari hamba." Putri Jang tersenyum ramah sembari keluar ruangan tersebut membiarkan dua orang insan melepas rindu.

Ratu Ran tersenyum melihat punggung kecil yang berlalu pergi meninggalkan ruangannya. "Lihatlah betapa baiknya ia padaku Joon, ia bahkan menyarankan itu hanya karena tidak ingin membuatku terluka, meski aku tahu hatinya jauh terluka dari pada aku." Ratu Ran menoleh menatap wajah sang suami dengan senyuman kecil.

"Jadi berjanjilah pada ku Joon untuk tidak melukai hatinya berjanjilah kau akan adil pada kami berdua," ucap Ratu Ran sembari menggenggam erat tangan sang suami.

Raja Joon terperangah mendengar permintaan Ratu Ran yang menurutnya sangat mustahil ia lakukan, bagaimana bisa ia adil dengan dua wanita yang berstatus istrinya jika satu diantarnya tidak memiliki rasa padanya dan ia juga tidak bisa membagi cintanya. Bukankah nanti justru akan membuat satu diantara mereka tambah terluka.

Bersambung...