webnovel

9. Pernikahan Dan Khawatir

"Sayang, maaf—bukan maksudku untuk mengingkari janji kita. Aku masih memikirkan bagaimana menolak itu agar dia tidak merasa kecewa." Don berkata pada Clarinda lalu dia merebahkan tubuhnya di sampingnya.

Clarinda hanya diam, mendengar semua apa yang sedang dia katakan oleh pria yang akan menikah dengannya itu. Don mengatakan jika temannya ini sudah banyak membatunya dimasa-masa tersulit baginya.

"Jika kau menerima misi itu—aku akan membantumu!" Clarinda berkata pada Don karena dia tidak ingin terjadi sesuatu pada pria yang dicintainya itu.

Don memeluk Clarinda dengan lembut, lalu dia membisikkan sesuatu yang sangat wanitanya itu sukai. Dia juga mengatakan dalam setiap misinya kali ini akan selalu bersama dengan Clarinda.

Dalam benak Clarinda berkata apakah Don merasakan apa yang saat ini dirasakan olehnya. Dia hanya berharap jika mereka berdua menjalankan misinya berdua maka semuanya akan terselesaikan dengan cepat. Serta tentu saja akan saling melindungi satu sama lain.

Dan setelah menjalankan misi terakhirnya itu dia berharap jika mereka akan hidup bersama lalu tidak menerima kembali misi yang bisa membawa mereka dalam bahaya. Yang diinginkan Clarinda adalah hidup seperti orang lainnya tanpa merasa takut akan musuh yang ingin balas dendam.

***

Waktu terus berjalan dengan cepatnya dan pernikahan Clarinda pun tiba tetapi dia merasa tidak tenang. Dia pun menghempaskan semua perasaan tidak tenangnya itu dan berpikir jika dia merasa tegang dengan pernikahannya.

"Di mana kau? Mengapa kau belum juga muncul?" gumam Clarinda yang menantikan kehadiran Altea.

Dalam benaknya bertanya-tanya apakah sang adik masih menjalankan misinya sehingga tidak bisa tiba tepat waktu. Dia pun menatap dirinya di depan cermin dan berusaha untuk tetap bersikap tenang karena dia yakin sang adik bisa melakukan semuanya dengan baik.

Namun, tetap saja dia tidak bisa tenang dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja riasnya. Dia menghubungi Altea. Akan tetapi, ponsel sang adik tidak aktif sehingga membuat Clarinda merasa semakin khawatir dengan sang adik. Dia mencoba kembali menghubungi sang adik tapi masih saja tidak bisa.

"Apa yang terjadi padamu?" gumam Clarinda sembari terus mencoba menghubungi sang adik dan dia tidak mau menyerah begitu saja.

"Apa kau sudah siap?" tanya Mika pada Clarinda yang sudah tiba sedari kemarin di Barcelona.

"Apa kau tahu di mana Altea?" Clarinda balik bertanya pada Mika yang biasanya tahu di mana keberadaan Altea sebab dia adalah penghubung dengan klien yang diterima oleh Altea.

Mika menggelengkan kepalanya, dia mengatakan dari kemarin tidak bisa menghubungi Altea. Dia mengira jika Altea sudah berada di Barcelona karena yang dia tahu Altea pergi terlebih dahulu dibandingkan dengan dirinya.

Clarinda semakin khawatir pada sang adik, dia takut jika sudah terjadi sesuatu pada sang adik dan dia tidak bisa membantunya sama sekali. Dia berusaha kembali untuk berpikir positif sebab dia yakin jika Altea adalah wanita tangguh yang tidak akan kalah dengan musuhnya. Dia dia juga menanamkan pada hatinya jika Altea akan tiba sebentar lagi.

"Tenangkan dirimu—aku yakin Altea akan baik-baik saja. Dia adalah wanita yang pintar," ucap Mika guna membuat Clarinda bisa berpikir tenang di hari pernikahannya.

Mika kembali berkata pada Clarinda jika hari ini adalah hari yang sangat penting baginya, oleh sebab itu Clarinda harus bisa membuang semua hal atau pemikiran buruk. Sebab semua itu hanya bisa menghancurkan suasana hati yang seharusnya bahagia di hari pernikahannya.

Apa yang dikatakan oleh Mika ada benarnya, sehingga Clarinda pun menghempaskan semua pikiran buruk tentang sang adik. Dia hanya bisa berharap jika semuanya akan baik-baik saja dan sang adik bisa menghadiri pesta pernikahannya dengan Don.

Mika berjalan mendekat ke arah pintu, dia membuka pintu itu sebab ada yang mengetuknya. Dia membuka pintu itu dan melihat ada seorang wanita yang suah berdiri tegap sembari tersenyum padanya.

"Upacara pernikahan akan di mulai," ucap wanita itu pada Mika dan terdengar juga oleh Clarinda.

Clarinda menganggukkan kepalanya dan dia pun berjalan ke luar dari kamarnya bersama dengan Mika. Dia berusaha kembali untuk tenang, dia pun mengeluarkan senyum lembutnya saat melihat orang-orang yang sudah hadir di acara pernikahannya.

Terlihat senyum lembut Don yang sudah menunggu calon istrinya. Dia terlihat berbeda, dengan mencukur semua jambang tipisnya. Entah mengapa Clarinda lebih menyukai jika Don memiliki jambang yang tipis.

"Kau sangat cantik, Sayang," Don berkata dengan lirih dengan mengulurkan tangannya pada wanita yang dicintainya dan sebentar lagi akan menjadi miliknya untuk selamanya.

Acara pernikahan mereka pun berjalan dengan lancar, semua tamu undangan sudah hadir dan menikmati semuanya. Namun, Clarinda tidak melihat sang adik sehingga rasa khawatirnya semakin besar, dia kembali berpikir jika sudah terjadi sesuatu pada sang adik dan dia tidak tahu akan hal itu. Serta dia tidak bisa membantu sang adik di saat sedang memerlukan bantuannya.

Semua tamu pun akhirnya pulang sebab malam semakin larut dan mereka juga tidak mau mengganggu pengantin yang baru saja menikah. Mika pun hendak pulang tetapi dia dihentikan oleh Clarinda sebab dia ingin meminta sesuatu pada Mika.

"Apa yang kau perlukan?" tanya Mika pada Clarinda yang menghentikan langkahnya.

"Aku minta kau cari Altea sebab aku merasa ada yang tidak beres," jawab Clarinda sembari menatap Mika yang ada di depannya.

"Baiklah—aku akan mencari tahu keberadaannya." Mika berkata sembari pergi meninggalkan rumah.

Clarinda berjalan menuju kamar, dia melihat Don yang baru saja ke luar dari kamar mandi. Don menatap Clarinda dengan lekat, dia melayangkan senyuman yang bisa membuat hati wanita yang ada di depannya itu merasa lebih tenang.

"Apa kau khawatir tentang, Altea?" tanya Don pada sang istri sembari berjalan mendekat lalu dia memeluk Clarinda dengan lembut.

"Iya," jawab Clarinda singkat.

Don mencium sekilas bibir sang istri yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan sang adik yang tidak ada kabarnya. Dia mengatakan pada sang istri untuk membersihkan diri agar otaknya menjadi dingin dan bisa berpikir dengan tenang.

Clarinda menganggukkan kepalanya dan dia pun mengikuti apa yang dikatakan oleh Don yaitu untuk membersihkan diri. Setelah Clarinda selesai dengan rutinitas membersihkan diri dia keluar dari kamar mandi dan melihat sang suami yang sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan senyum nakalnya.

Melihat semua itu Clarinda pun tahu apa yang diinginkan oleh pria yang baru saja menjadi suaminya itu. Dia berjalan mendekat pada sang suami yang masih tersenyum nakal padanya dan dia pun akan membalas semua senyum nakalnya itu. Perlahan dia melepaskan jubah mandinya sehingga terlihat semua lekuk tubuhnya.

"Aku akan memuaskanmu, Sayang."