webnovel

8. Keinginan Dan Kekesalan

"Tidak semudah itu—kau harus menghubungi agenku, jika agenku menerima maka aku akan memikirkannya apakah menerima misi ini atau tidak!" Altea berkata pada wanita yang ada di depannya itu.

Irma beranjak dan dia mengatakan akan menghubungi agen yang ada hubungannya dengan Altea. Dia menginginkan Altea yang menyelesaikan semuanya sebab dia tidak akan percaya dengan orang lain.

Dia pun berjalan meninggalkan kamar Altea setelah mengatakan semuanya, Altea menghela napasnya dan dia menyandarkan kepalanya ke belakang sofa. Misi yang dihadapi saat ini sangat rumit baginya dan dia kembali terpikir apakah hubungan pernikahan akan serumit itu juga.

Altea pun memikirkan bagaimana jika dirinya berada di posisi wanita itu, sudah pasti dia akan mengusir atau menghabisi siapa saja yang sudah membuat masalah di dalam pernikahannya. Namun, dia tidak tahu akhir dari pernikahan mereka berdua.

"Sebaiknya aku menikmati beberapa hari sebelum pergi ke Paris," gumamnya sembari beranjak dan berjalan menuju sebuah almari.

Dia mengambil pakaian yang akan dia kenakan untuk hari ini, setelah semuanya selesai. Altea pun berjalan ke luar dari kamar hotel, dia akan menikmati suasana Bali yang menurut orang adalah salah satu surga dunia dan dia ingin merasakannya.

Altea berpikir sejenak sembari terus berjalan ke luar dari hotel, dia memilihat ke mana dia akan menikmati suasana sore hari. Dia mengambil ponselnya dan melihat beberapa lokasi yang bisa dia kunjungi. Terlihat senyum di ujung kedua bibirnya sebab dia sudah menemukan lokasi mana yang ingin dia kunjungi.

"Pantai. Ya aku akan ke sana saja," Altea berkata sembari terus berjalan kebetulan jarak antara pantai dan hotel yang dia tempati saat ini tidak terlalu jauh.

Beberapa saat kemudian dia pun tiba di pantai, memang benar suasana sore hari terlihat sangat indah dan banyak orang yang menikmatinya juga. Dia melihat ada beberapa pasang kekasih yang sedang menikmati suasana pantai di sore hari. Dari para pasangan itu, Altea juga melihat ada keluarga kecil yang sedang bersenang-senang.

Altea melihat keluarga kecil itu sedang bermain pasir dan sedang bersenda gurau, apabila melihat semua itu dia dia akan teringat dengan sang ayah, ibu dan juga Clarinda. Andai saja kedua orang tuanya masih ada mungkin dia dan juga Clarinda tidak akan menjadi seorang wanita bayaran.

Ponsel Altea berdering, dia mengambil ponselnya yang ada di saku celananya dan melihat siapa yang menghubunginya. Di dalam layar ponselnya tertera nama Clarinda dan dia pun langsung mengangkatnya. Dia hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh sang kakak yang ada di seberang telepon.

Saat ini sang kakak suah berada di Barcelona sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Altea. Dia pun bertanya tentang kabar sang adik serta bertanya apakah Altea akan menghadiri pernikahannya di Barcelona. Sebab dia tidak memiliki keluarga lagi selain Altea sehingga dia ingin sang adik ada di hari kebahagiaannya.

"Kapan kau akan menikah? Aku akan berusaha untuk menghadirinya," jawab Altea pada pertanyaan sang kakak yang ada di seberang telepon.

Clarinda pun mengatakan jika pernikahan mereka akan dilangsungkan tiga hari lagi, dia sangat berharap jika sang adik bisa menghadiri pernikahannya. Itu adalah keinginan darinya karena dia juga tidak tahu kapan bisa bertemu kembali dengan sang adik yang sudah pasti akan mengambil beberapa misi dalam waktu dekat ini.

Altea mengatakan jika dia akan berusaha untuk menghadiri pernikahan Clarinda dan Don. Setelah mengatakan semua itu dia pun memutuskan sambungan teleponnya karena ada hal yang ingin dia lakukan dan juga dia mendengar suara Don yang memanggil sang kakak.

***

Di sisi lain Clarinda sangat berharap sekali jika Altea bisa berhenti dengan pekerjaannya yang sebagai wanita bayaran. Dia hanya menginginkan sang adik bisa hidup bahagia dengan kehidupan yang baru dan bisa menemukan pasangan yang bisa mencintainya dan membuatnya bahagia.

"Apa yang kau pikirkan, Sayang?" bisik Don sembari mengecup tengkuk leher Clarinda dengan lembut.

"Altea—dia yang aku pikirkan, aku ingin dia bisa lepas dari rasa dendam dan meninggalkan pekerjaannya sebagai wanita bayaran." Clarinda menjawab lalu melepaskan dekapan Don dan membalikkan tubuhnya, hingga dia bisa melihat wajah pria yang sangat dicintainya itu.

Don menatap wanita yang ada di depannya dengan lekat, dia mengatakan jika sudah tiba saatnya semua keinginan Clarinda pasti akan terjadi. Dia juga mengatakan untuk memberi waktu lagi bagi Altea untuk berdamai dengan masa lalunya.

Clarinda bertanya pada Don, apakah semua persiapan untuk pernikahan mereka sudah selesai. Don menjawab bahwa semuanya sudah rampung, sekarang tinggal menunggu hari pernikahan mereka saja.

Mendengar itu Clarinda merasa senang, memang rencana mereka berdua acara pernikahan tidak memerlukan pesta yang megah. Cukup hanya ada orang terdekat yang hadir itu sudah membuat mereka berdua sangat bahagia.

Ponsel Don berdering, dia langsung mengangkatnya dan dia berjalan menjauh dari wanitanya itu. Clarinda tidak tahu siapa yang menghubungi kekasihnya itu tetapi dia merasa ada yang tidak beres dengan ekspresi Don saat bicara dengan seseorang yang di seberang telepon.

"Siapa?!" tanya Clarida pada Don setelah melihat Don menutup teleponnya sembari berjalan mendekat.

"Itu temanku—dia meminta bantuanku untuk mencari informasi tentang seseorang." Don menjawab.

Clarinda mengatakan pada Don untuk berhenti menerima pekerjaan yang bisa membahayakan dirinya. Bukankah Don sudah berjanji untuk tidak lagi berhubungan dengan pekerjaan di masa lalu dan juga sebentar lagi mereka berdua akan menikah.

Don menganggukkan kepalanya dan dia juga mengatakan pada temannya itu jika dirinya akan menikah sehingga tidak bisa membantu sebelum hari pernikahan mereka. Namun, bukan itu yang diinginkan oleh Clarinda karena yang diinginkan olehnya adalah Don tidak menerima semua pekerjaan yang ada hubungannya dengan pekerjaannya di masa lalu.

Don pun terdiam setelah mendengarkan apa yang diinginkan oleh Clarinda, dengan diamnya Don membuat wanita itu menjadi kesal. Clarinda berpikir jika pria yang ada di depannya itu tidak bisa menepati janjinya dan belum bisa terlepas dari dunia pria bayaran.

"Terserah kau saja—jika kau ingin ingkar, lakukan saja! Jika kau ingat dengan janjimu maka tolak pekerjaan itu," Clarinda berkata pada Don sembari berjalan meninggalkan pria itu dengan kebisuannya.

Don tidak mengejar Clarinda, sehingga wanita itu berpikir apakah semua yang sudah dia ambil adalah pilihan yang tepat. Pilihan yang menjadikan Don sebagai suaminya, apakah dia juga sudah salah dengan meninggalkan dunia bayaran dan hidup seperti orang normal lainnya.

Clarinda menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, dia melihat ke atas kamarnya. Dia kembali mengingat semua yang sudah dia alami bersama sang adik setelah kepergian kedua orang tuanya.

Saat itu mereka berdua masih sangat kecil dan melihat mayat kedua orang tuanya yang dalam keadaan yang mengenaskan. Luka bakar yang mereka terima begitu parah sehingga tidak bisa dikenali lagi. Namun, semua keluarga sudah menyatakan jika mayat itu adalah kedua orang tua mereka, meski Altea bersikeras mengatakan jika mayat itu bukan ayah dan ibunya.

"Aku belum tahu apakah mereka masih hidup atau sudah benar-benar tewas?" gumam Clarinda.