Mate Pengganti
Intan Aluna adalah salah satu korban diskriminasi.
Dia lahir dari kalangan rakyat biasa dan hidup seadanya. Menjadi pelayan di kerajaan kecil dan hidup dengan damai tanpa peperangan. Teman-teman seper-Omega-nya sudah memiliki Mate dan memiliki keturunan, hanya Aluna yang belum mendapatkan Mate diumurnya yang sudah matang.
Sang Dewi sepertinya juga terlihat tidak suka padanya, dimana disaat yang sama, saat doa dan harapan Aluna minta terkabul justru membuat Aluna semakin tidak berdaya.
"Pangeran, maafkan aku."
Aluna terlihat menundukkan kepalanya saat Adam berjalan ke arahnya saat detik-detik pernikahannya sedang berjalan, dan Aluna terlambat bergabung dengan beberapa tamu yang datang.
Aluna bercicit kecil dan lirih, tentu saja dia takut. Aroma wangi yang tajam dan menyengat indera penciuman sebagian besar Omega mulai kesulitan bernafas saat Adam dengan tiba-tiba mengeluarka aroma dominan yang tidak pernah dikeluarkan seumur hidupnya.
"Kau."
Adam berbisik dengan menatap wajah Aluna yang sedikit melemah saat itu. Halus dan lembut suaranya berhasil membuat Aluna terhipnotis saat itu.
"Mateku buruk sekali."
Lain lagi dengan suaranya yang sebelumnya terdengar lembut dan halus, kalimat terakhir menjadi ucapan paling mengerikan di telinga Aluna.
Aluna merasakan sedikit nyeri diarea dada kirinya dan bibir kecilnya meringis kecil.
"Aku akan menikah sekarang," bisik Adam lagi membuat Alyna hanya bisa terdiam dalam situasi yang sulit dicernanya.
"Jadi, jangan berharap banyak padaku." Adam pergi meninggalkan Aluna yang mematung ditempatnya, Aluna melihat bagaimana Adam dan Amor menikah di deoan matanya. Aluna juga menjadi salah satu Mate yang tidak beruntung saat melihat pernikahan Matenya dengan wanita Omega lain.
Apa sekarang Aluna harus melupakan jika Sang Dewi juga tidak ada setelah patah hati pertamanya membuat Aluna benar-benar lelah dengan dunianya.
"Ibu, apa seorang Omega hanya memiliki satu Mate dalam kehidupnya?" Kepulangan Aluna dari undangan pernikahan kerajaan tetangga membuat Aluna bertanya pada ibunya dengan wajah sendu. "Hanya satu."
"Tidak ada yang tidak mungkin. Bersabarlah sedikit lagi apapun yang terjadi antara dirimu dengan Matemu nanti, Aluna." Aluna hanya bisa menundukkan kepalanya lemah.
"Apa benae Pangeran Adam Mateku, Sang Dewi?"
MICASAF · Masa Muda
