"Kamu harusnya bilang sama aku kalau kamu mau lamaran. Apalagi calon kamu itu kakak kelas aku, aku kenal. Aku bakal ikutan ngedoain yang terbaik kok buat kalian, beneran." jawabku sambil menepuk-nepuk pundak Tio sungguh kebohongan. Aku langsung balik badan menahan tangis dan berjalan gontai masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan semua tertidur lelap kecuali Pak Said. Ku lirik 3 jam perjalanan akhirnya sampai di kantor, kuliah Teh Rini sudah menunggu Mas Ari pulang di sofa tamu resepsionist kemudian menghampiriku sambil tersenyum dan memelukku sambil mengelus lembut pundakku seakan mengerti rasa sakitku. "Aku gak apa-apa teh." jawabku sambil tersenyum. "Teteh tahu kamu gak apa-apa teteh cuma ingin kamu tahu kalau teteh ada." seketika tangisku pecah, tangis yang selama ini ku pendam.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com