webnovel

Namaku Cindy

"Cindy Ongkowijaya Tulus" terdengar suaraku dipanggil.

"Saya bu" jawabku sembari mengacungkan tanganku.

"Kamu asalnya darimana?" tanya bu Santi, dosen mata kuliah event organizer di kampusku yang terkenal 'killer'.

"Saya dari Palembang bu" jawabku singkat.

"Tinggal dari kecil disana?" tanya bu Santi kembali.

"Iya bu." jawabku.

"Tapi orangtua kamu bukan asli Palembang kan?"

"Bukan bu, ayah saya dari Manado bu, namun lama tinggal di Palembang, ibu saya keturunan Chinese Tangerang, namun sejak lulus SMA tinggal di Palembang" jawabku menjelaskan.

"Oke.. Berarti Wijaya marga mama? Tulus marga papa ya?" Tanya bu Santi memastikan.

"Benar bu" jawabku.

"Berarti kamu ponakan ibu ya, suami saya fam Tulus. Kamu kenal Franky Tulus?" Tanya bu Santi.

"Kenal bu" jawabku singkat.

"Bagus, karena kamu masih saudara dengan saya, saya ingin bertanya sebelum kita memulai kuliah hari pertama event organizer hari ini. Klasifikasi Event Pameran ada delapan kategori. Kategori apa saja?"

"Berdasar target pengunjung, jenis yang dipamerkan, sifat pameran, lingkup geografis, frekuensi, skala besarnya pameran, lokasi sadi pameran diadakan dan terakhir waktu penyenggaraan pameran bu." jawabku lugas.

"Bagus. Pertanyaan terakhir. bentuk EO pameran ada berapa macam? Sebutkan"

"Ada 5 bu. Perorangan, tim kerja, perusahaan berbadan hukum, dikelola secara profesional dan dan lembaga bu." jawabku lagi.

"Pintar. Bagus ya, tambahan poin untuk kamu." puji bu Santi kepadaku.

Mendengar aku dipuji, seisi kelas bertepuk tangan riuh kepadaku, karena jarang sekali ibu Santi memberikan pujian kepada mahasiswanya apalagi memberi poin tambahan.

"Ok.. Semua diam dan kembali konsentrasi. Kita akan memulai kuliah hari ini!" Seru bu Santi dengan tegas dengan suara kerasnya yang membuat semua mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Event organizer menjadi hening.

Setelah semua diam dan kembali fokus, bu Santi Hadinata memulai materi kuliah yang dibawakannya. Para mahasiswa semester lima ilmu Komunikasi memperhatikan dengan serius karena mereka tahu, apabila mereka ketahuan tidak fokus pada kuliah yang diberikan, maka bu Santi akan bertanya kepada mereka mengenai sesuatu yang sangat sulit dan dipastikan mereka tidak akan bisa menjawab. Setelah mereka tidak bisa menjawab mereka akan dihukum berdiri didepan seperti anak SMU serta diberikan tugas makalah yang harus selesai keesokan harinya. Apabila makalah yang diberikan tidak selesai maka bisa dipastikan mereka akan dipotong nilai ujiannya sebanyak 10 poin. Padahal untuk mendapat nilai 70 saja sulitnya bukan main, apalagi bila dikurangi 10 poin maka dipastikan mereka tidak akan lulus.

Namaku Cindy Onkowijaya Tulus, umurku 20 tahun, aku adalah peranakan Manado dan Chinese. Wajahku menurut orang- orang mirip artis jepang, selain karena berkulit putih, kecantikanku dan wajahku banyak yang bilang mirip artis- artis mandarain, namun karena ada darah manadonya aku menjadi mempunyai keunikan karena walau mempunyai mata ala mata kucing namun aku mempunyai dua lipatan kelopak mata berbeda dengan umumnya wanita oriental yang rata- rata 'mono eye lid'.

Aku mempunyai tinggi 164cm, berat badan 48kg cukup ideal untuk ukuran orang Indonesia. Apalagi ditambah ukuran payudaraku yang cup D, cukup besar dan indah sehingga aku akui iti adalah bagian tubuhku yang paling aku banggakan. Ditambah lagi aku cukup cerdas, selama aku sekolah aku selalu masuk ranking 3 besar.

Dan semenjak aku menjadi mahasiswa ilmu komunikasi di Universitas Swasta terbaik di Jakarta ipk yang aku raih tidak pernah kurang dari 3.7. Aku masuk universitas swasta ini bukan karena aku orang kaya, namun aku mendapat beasiswa penuh dari ketua Yayasan yang juga seorang anggota legislatif terpandang di Jakarta.

Beliau bertemu denganku sejak aku masuk final cerdas cermat tingkat nasional mewakili sekolahku. Beliau begitu kagum dengan kepintaranku yang berhasil melumat habis semua pertanyaan yang diberikan dan mendapatkan nilai sempurna. Di depan media dia memujiku sebagai paket sempurna karena selain pintar aku juga cantik, sehingga aku layak melanjutkan sekolah tinggi di universitas bergengsi di ibukota.

Apalagi setelah beliau bertanya padaku, apa jurusan yang aku inginkan, aku menjawab dengan tegas aku ingin menjadi sarjana ilmu Komunikasi, karena aku ingin sekali menjadi seorang jurnalis ternama seperti idolaku Rohana Kudus.

Mendengar cita- citaku, wakil rakyat yang terhormat itu langsung memberikan aku beasiswa penuh beserta uang saku dan sarana tempat tinggal selama aku kuliah di universitas swasta dimana dibawah naungan beliau sebagai ketua yayasan.

Aku sebagai seorang yang ambisius tentu langsung menerima tawaran itu, walau universitas negeri lebih prestisius namun mereka tidak memberikan tempat tinggal selama aku menempuh pendidikan seperti yang ditawarkan oleh bapak wakil rakyat yang terhormat ini. Mendengar pemberian beasiswa penuh disertai uang saku dan tempat tinggal, tentu membuat media ramai memberitakan berita kemurahan hati sang bapak yang terhormat ini, yang tentunya berita ini makin membuat namanya menjadi makin harum di mata publik nasional.

Bisa dibilang hidupku seperti mimpi, tapi itulah kenyataan yang aku terima. Aku bersyukur bahwa seorang anak daerah yang berasal dari keluarga ekonomi rendah mampu bisa berprestasi dan bersekolah tinggi, jauh lebih beruntung daripada anak- anak lain dengan tingkat ekonomi sepertiku yang mayoritas hanya bisa sekolah hingga setingkat sma.

Tentu sebagai anak tunggal yang penuh prestasi, ayah ibuku sangat bangga dan bersyukur memilikiku sebagai anak. Ayahku yang yatim piatu sejak usia 15 tahun karena kakek nenekku kecelakaan saat bepergian dinas, akhirnya dirawat sama pamannya yang seorang pedagang ikan bakar kecil-kecilan hingga akhirnya usaha itu diteruskan oleh ayahku saat pamannya meninggal. Ibu lebih kasihan lagi, kakek nenekku bercerai karena kakekku ketahuan selingkuh dengan wanita lain dan kakekku memilih wanita itu. Akhirnya nenekku dan ibuku yang saat itu masih berusia 2 tahun bermigrasi dari Singkawang ke Palembang untuk mengadu nasib. Saat usia 10 tahun, nenekku meninggal karena tumor ganas rahim, sehingga akhirnya mamaku ditaruh ke panti asuhan oleh dinas sosial. Ibuku yang seorang diri akhirnya berhasil menyelesaikan smknya dan memutuskan untung meninggalkan panti, setelah bertahun- tahun bergonta ganti pekerjaan sebagai pekerja lepas, akhirnya ibuku bekerja sebagai pelayanan di sebuah restauran mpek-mpek terkenal di Palembang. Disitulah ayah ibuku bertemu di restauran itu saat ayahku diajak temannya yang ulangtahun dan mentraktir ayahku beserta teman- temannya di restauran tempat ibuku bekerja.

Pertemuan itu membuat ayahku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan ibuku, akhirnya setelah mendekati ibuku selama 1 tahun, ayah ibuku berpacaran. Setelah 2 tahun berpacaran akhirnya mereka memutuskan menikah karena ibuku mengandung diriku, diusia kehamilan 3bulan mereka meresmikan hubungan mereka menjadi suami istri yang sah.

‐-------

Akhirnya mata kuliah yang menyeramkan itu berakhir juga, aku segera merapihkan buku- bukuku dan segera bergegas menuju ke kantin, karena pagi hari, aku sudah janjian bertemu dengan Anton, pacarku.

Aku berjalan dengan tergesa- gesa karena Anton pacarku itu sangat sibuk, sebagai dokter muda atau koas tingkat akhir, tentu kehidupan perkuliahannya penuh dengan dinas jaga malam dan praktek lapangan di rumah sakit. Kebetulan hari ini dikarenakan dokter spesialis kulit yang mengajarnya sedang seminar di luarkota selama 2 hari membuat poli kulitnya ditutup, sehingga Anton pacarku bisa bebas tugas dan bertemu denganku siang ini.

"Halo sayangku" ujar pria tampan yang berdiri dari duduknya ketika aku menghampiri mejanya untuk melepaskan kerinduanku dengannya.

Bab berikutnya