Blentang Si Anak Beleter hanyalah pekerja kantoran biasa yang membosankan. Hidupnya penuh dengan kesialan, kekacauan, dan cemoohan karena sifat beleternya yang akut. Namun nasib bumi beleternya berubah total ketika dihancurkan untuk membuat jalan tol galaksi baru. Blentang diselamatkan oleh Bistok Si Buluncit, alien aneh berbentuk bola raksasa berlendir yang ternyata menasihati Galaksi. Mereka pun terjun dalam petualangan epik melintasi galaksi demi mencari Makhluk Terakhir, legenda yang konon memiliki kunci jawaban misteri seluruh kehidupan. Dibantu Kakak Pertrok, robot hippie antik dan bermusuhan dengan Orang Puspus, makhluk luar angkasa yang kejam seperti ubur-ubur raksasa. Blentang harus melewati pengalaman yang absurd, kocak dan berbahaya saat melompat antar galaksi dan dimensi yang tidak terbayangkan. Akhirnya setelah pengembaraan panjang bertemu makhluk-makhluk ajaib, Blentang menemukan Makhluk Terakhir dengan fakta yang mengejutkan. Lebih dari itu, dia menyadari pentingnya menikmati hidup, melawan sifat beleter dan tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam rutinitas yang membosankan.
Di suatu masa yang belum ditentukan waktu dan tempatnya, hiduplah seorang pria bernama Blentang Si Anak Beleter. Blentang bukanlah nama aslinya, tapi begitulah teman-temannya mencari karena sifat beleternya yang akut. Beleter artinya tidak teratur, salah, ceroboh dan sering terlambat.
Pada suatu hari Senin pagi nan sial, alarm Blentang yang bentuknya mirip buntalan upil raksasa tidak berbunyi karena baterainya habis. Akibatnya ia terlambat bangun dan hampir terlambat ke kantor seperti biasanya. Setelah terburu-buru mandi dengan air kelewat panas hingga kulitnya menjadi merah meriah, ia berpakaian dengan sangat beleter. Kemejanya dikancingi semrawut, dasinya seperti ikatan ala kadarnya dan celananya tidak pernah rapi.
Di kantor, meja kerja amburadul tak karuan seperti kapal pecah. Antara tumpukan kertas berserakan, kaleng minuman, remah roti dan barang-barang aneh yang tidak jelas fungsinya. Saking beleternya, Blentang sering kesulitan menemukan barang-barang penting miliknya seperti bolpen, isi stapler atau faktur-faktur penting yang tertimbun di mana-mana.
Hari itu, Blentang dapat ceramah panjang dari atasannya, Najisun Si Songong karena lagi-lagi dia terlambat mengumpulkan laporan keuangan. Najisun berkacak pinggang memantulkannya dan berkata dengan logat anehnya, "Belentang! Kapan loe bakal mengkek dan belelepon awak secara teratur?! Kemaren loe kek begini, sekang loe kek begini lagi?!"
"Ma..maaf pak, saya tidak sengaja, saya ketiduran tadi pagi," cicit Blentang ketakutan menghadapi amukan Najisun.
"Slalu begitu, alesan klasik! Awak ni kerja apa enggak sihh?! Enggak usah galak-galak kek awak ini tiap ari!" semprot Najisun dengan kuah ludahnya yang muncrat kemana-mana.
Begitulah nasib beleter Blentang setiap harinya. Dia selalu dimarahi, dihina, dicaci dan diremehkan di kantor itu. Padahal Blentang sebenarnya pekerja yang cukup cerdas, hanya saja beleternya itu yang selalu menjadi batu sandungan.
Sepulang kerja, ketika sedang menyetir mobilnya dengan malas-malasan menembus kemacetan jalanan kota, Blentang tiba-tiba mendengar suara aneh dari radio mobilnya...