webnovel

Merantau Demi Adik

Kehidupan berjalan sesuai dengan sekenario Tuhan. Tiada yang dapat mengelak kehendak pembuat cerita. Manusia hanya perlu tersadar bahwa apa-apa yang terjadi sudah menjadi kehendak Tuhan.

Kehidupan ditahun 90-an bagi keluarga Sausan, ibarat si pembuat roti sedang menyiapkan bahan-bahan roti, butuh niat dan modal untuk melanjutkan proses pembuatan. Kakak ke-2 Sausan terpaksa tidak menyelesaikan sekolah dengan alasan biaya SPP. Kurang beberapa bulan menuju kelulusan SMA, kakak ke-2 Sausan berhenti sekolah. Kakak memutuskan pergi merantau ke Jakarta untuk bekerja. Keputusan yang pahit dan tentu dirasakan oleh semua anggota keluarga. Merantau demi Adik, tidak ada pengorbanan lain yang bisa dilakukan selain menapaki langkah ini. Sebelum kepergiannnya, Kakak mengajak Sausan untuk membeli Mie Ayam. Kenapa dengan Mie Ayam? ini adalah janji yang pernah ditawarkan kepada Sausan.

"Cepat dimakan, yang kenyang ya! Tar kalau Aa' Banyak duit, minta apa aja dibeliin. Tapi inget belajar yang pinter, nurut, jangan kelayapan aja". Pinta Kakak ke-2 Sausan. Sausan hanya mengangguk, dan memakan dengan lahab Mie Ayam yang harganya murah pada zaman itu tapi jadi makanan mewah bagi Dia.

Yang semestinya pergi memang harus pergi, tak ada rasa kehilangan, hanya seolah sosok yang ada tak terlihat saja disekitar. Terpaut jarak umur yang jauh antara Sausan dan Kakak ke-2, tak ada kedekatan, tak heran ada atau tidak ada tidak menjadi masalah. Hanya kekeruhan tampak diwajah Mamak dan ketegaran diwajah Abah, melepas kepergian anak ke-2 mereka. Hem... entah apa dan kenapa, meski punya 6 orang anak, tapi berat melepaskan salah satunya untuk pergi. Kita akan tahu pada masanya, karena kita benar-benar tidak bisa merasakan hal-hal yang belum kita alami.

Kepergian Aa' membawa secercah harapan, ada harapan yang merubah secercah kebahagiaan. Aa' bekerja di Jakarta disebuah Pabrik Kosmetik Ternama. Aa' menyempatkan mengirim kabar melalui surat dan mengirim uang untuk membantu perekonomian keluarga. Itulah sekenario Tuhan yang tetap harus disyukuri, betapa pengorbanan anggota keluarga memberi makna dalam kehidupan. terputusnya impian tapi mewujudkan impian yang lain. Disitu menyadarkan tidak ada kegagalan.

Tahun 1997 Sausan melanjutkan sekolah di SMPN di kota kelahirannya. Sekolah Negeri pada waktu itu benar-benar kebanggaan bagi yang bisa masuk. Siswa diterima di sekolah Negeri berdasarkan ketentuan Danem. Nilai Danem Sausan adalah nilai minimal yang diterima dan Dia ditempatkan di kelas 1 G, Kelas yang ke-7. Selama kelas 1dan 2 SMP Sausan di kelas mendapat peringkat 1, pada akhirnya kelas 3 masuk ke kelas unggulan. Ya sekenario Tuhan emang unik dan diluar kendali kita. Kado indah kenaikannya di kelas 3 unggulan sangat tak terduga, sebab Tahun dimana Sausan naik ke kelas 3, kelas unggulan ternyata diletakkan di kelas 3 G. Lengkaplah sudah dari kelas 1,2 dan 3 Sausan di kelas G. Maka benarlah, sesuatu hal bukan pada apa yang kita inginkan, sehingga kita kejar untuk diraih, tapi pada perjuangannya, proses tidak akan menghianati hasil. Yang terakhir bukan berarti jadi yang terendah, tapi yang terakhir bisa jadi, menjadi yang tetap berjuang sampai akhir.

Bab berikutnya