webnovel

paper cut

"gue yang bakal nyembuhin luka sayatan ditangan lo Kay" Kayla hanya terdiam dalam dekapan Fadli

aulll1485_ · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
26 Chs

23

"Gue gak maksa lo Kay, lo gak harus.. "

"Iya gue mau"

"Ha? lo seriusan" ucap Fadli masih dalam posisi memeluk Kayla

"Iya.. budek banget sih lo"

Saat Fadli hendak melepaskan pelukannya, namun Kayla malah semakin erat memeluknya.

"Jangan dilepas gue malu kalo lo liat muka gue sekarang"

"Hahahaha.. Kay lo kenapa gemesin banget sih"

Perlahan Fadli melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Kayla untuk di pandangi nya sejenak. Saat ingin mengambil kotak kecil yang akan ia berikan kepada Kayla tiba-tiba ada yang menonjok Fadli.

'Bugh... Bugh.. Bugh... '

"Lo gak seharusnya ngedeketin adek gue bangsat!! Dasar anak pembunuh lo!!"

Fadli pun menahan pukulan yang akan ia terima untuk keempat kalinya.

"Maksud lo apaan?"

"Abang stop, lo apa-apaan sih" lerai Kayla sembari menahan lengan Rendi agar tidak memukulnya lagi.

"Dia anak dari pembunuh papah kita Kay"

'Deg' jantung Kayla serasa terhenti air matanya tak bisa ia bendung lagi. Alesa dan Devin yang melihat itu langsung lari ke arah mereka bertiga. Kayla yang badanya terhuyung kebelakang berhasil ditangkap oleh Devin.

"Kay lo gak papa?" tanya Alesa

Kayla tak menanggapi nya, masih dengan tangis nya, ia berusaha untuk menetralkan perasaan nya.

"Cukup ya bang, cukup lo ngancurin hidup gue satu kali aja, kalo lo benci gue ataupun lo benci Fadli gak gini caranya, gue udah bahagia sama hidup gue yang sekarang, dan gue bahagia sama Fadli"

"Sekalipun ia anak pembunuh papah kita iya?!!" bentak Rendi

"Lo gak usah ngarang cerita bang, gue sendiri yang ngeliat lo yang bunuh papah"

"Itu semua salah paham Kay, abang gak mungkin bunuh papah gue sendiri, gue ada bukti kalo lo gak percaya sama omongan gue Kay"

"Mana buktinya?"

Suasana semakin mencekam emosi antara adik dan kakak itu semakin tidak terkendalikan.

Rendi yang tadi memukul Fadli tepat dibagian perutnya, kini ia merasakan bahwa darah segar sedang keluar dari sana.

"Kay, maafin gue" lirih Fadli, dan seketika Fadli tak sadarkan diri.

~~~~~~~~~~~~~~~

°flashback on

Gue kirim lokasi kita ketemu nanti" suara seseorang dari seberang.

Rendi mematikan sepihak panggilannya dan berjalan ke arah apartemen nya. Sesampainya di apartemen, ia merebahkan diri di kasur king size nya. Hanya diam ia menatap langit-langit kamarnya dan terlintas bayangan kehidupan masa kecil nya bersama keluarga. Dengan mengingat nya saja sudah membuat hati Rendi merasa sesak, dan ia bertekad untuk memperbaiki semua kesalahpahaman yang sedang terjadi.

Saat hendak masuk ke alam mimpi, hp Rendi tiba-tiba bergetar dan memunculkan notif di layar hp nya. Seketika itu ia langsung beranjak dari kasur nya mengambil kunci mobil dan langsung keluar dari apartemen. Dengan kecepatan diatas rata-rata, Rendi telah sampai ditempat yang ia terima tadi. Saat memasuki pekarangan rumah yang sepertinya sudah tak lama tak terpakai itu, dengan langkah cepat ia memasuki ruangan yang ada disana.

"Dimana bos kalian?" tanya Rendi dengan salah satu penjaga

"Dia sudah menunggu anda, silahkan ke atas di ruangan pojok kanan"

Tanpa basa-basi Rendi langsung lari menaiki beberapa anak tangga dan mendobrak pintu ruangan yang penjaga tadi ucapkan

'Brak..!!'

Seorang pria paruh baya berusia kepala empat memutar kursi nya dan dilihatnya pemuda yang ia tunggu-tunggu.

"Apa kabar Rendi?"

"Lo siapa?"

"Apakah kamu sudah melupakan saya Rendi? saya adik dari papah mu yang tinggal di London 10 tahun yang lalu"

"Gak, papah itu anak tunggal, dan dia gak punya saudara atau siapapun itu"

"Ya, memang saya dan papah kamu bukan saudara kandung"

"Ck.. gue gak peduli, sekarang mana bukti yang udah lo janjiin ke gue"

Pria paruh baya itu pun berdiri mengambil map biru yang didalamnya terdapat diary dan CD. Lalu berjalan ke arah Rendi.

"Jangan berpikir saya ini orang yang mau jahatin kamu, ini bukti yang bisa kamu kasih ke Kayla, agar kesalahpahaman kalian berakhir"

"Ini diary siapa? dan juga ini CD?"

"Sudah kamu jangan banyak tanya, silahkan kamu lihat sendiri"

Pria paruh baya tadi pun memberikan Rendi sebuah laptop, dan Rendi langsung memasukan CD tersebut kedalam slot CD yang ada pada laptop. Sepanjang video yang terputar dilayar laptop tak ada kecurigaan yang terlihat disana, namun seketika Rendi menitihkan air matanya.

Ia membanting laptop yang ada didepan nya. Memukul meja dengan keras melampiaskan kemarahan nya pada benda yang ada disekitarnya.

"Saya tau kamu pasti kesal, tapi kendalikan emosi mu Ren"

"Kenapa?? kenapa harus sekarang gue tau" ucap nya dengan aliran air mata yang semakin deras dengan tubuh yang bergetar akibat tangisannya. Pria paruh baya itu pun membawa Rendi kedalam pelukannya.

"Maafkan paman Rendi, paman tau ini sangat terlambat, dan membuat kalian berdua tersiksa... maaf" ucap pria itu lembut.

Rendi yang masih dalam keadaan menangis, hatinya masih sangat sakit mengetahui kenyataan yang ada didepan matanya. Pria itupun melonggarkan pelukannya, dan meminta Rendi untuk menegakkan kepalanya.

"Tegakkan kepala mu Ren, ini bukan salah siapapun, bagaimanapun ini sudah jalan Tuhan yang harus kamu terima... kamu boleh marah dan kesal tapi pikirkan juga perasaan adik mu"

"Paman tau ini berat bagi kalian berdua, tapi paman mohon beri tau adik mu dengn cara yang lembut, bukan dengan cara kasar" lanjutnya

Isakan Rendi sudah tidak terdengar lagi. Ia pun kembali mengambil CD yang ada di dalam laptop yang sudah hancur karena ulahnya, tapi untung CD itu masih bisa diputar.

"Makasih paman, maaf Rendi sempat kasar sama paman tadi"

"Tidak apa-apa nak, paman paham situasi nya, sekarang kalo ada apa-apa hubungi nomor paman, jangan pernah merasa sendirian lagi"

"Tapi mamah sekarang dimana?"

"Mamah mu sakit dan dia sedang dirawat, jangan pernah benci mamah mu, bagaimanapun juga dia orang yang sudah melahirkan kamu dan Kayla ke dunia ini"

Rendi dengan tatapan matanya yang memerah dan hatinya yang hancur hanya bisa pasrah menerima semua ini, akan tetapi ia lega sekarang, karena ia bisa membuktikan kepada Kayla bahwa ia tidak membunuh papah nya.

"Terimakasih paman, sekarang Rendi akan menemui Kayla, dan untuk kondisi mamah, tolong paman selalu kabari Rendi.. Rendi akan berusaha membujuk Kayla untuk menemui mamah"

"Baik Rendi, paman pastikan itu... sekarang pergilah temui adik mu dan bereskan semua kesalahpahaman yang terjadi diantara kalian, tapi ingat saran dengan cara yang halus"

"Baik paman, Rendi pamit"

Rendi pun keluar dari ruangan tersebut dan melajukan mobil nya kearah rumah Alesa. Sesampainya disana, ada bibi yang sedang menyiram ditanam dan ia berkata bahwa Kayla sedang berada ditaman. Rendi pun langsung menyusul Kayla ke taman, dan dilihatnya Kayla tengah bersama Fadli. Mata Rendi memerah menahan semua amarahnya.

~~~~~~~~~~~~~~~

Ruangan yang serba putih dengan ditemani aroma obat yang mendominasi kini Fadli tengah berbaring lemas dengan dipenuhi alat-alat medis ditubuhnya. Kayla hanya bisa memandangi Fadli dari luar ruangan.

"Kenapa harus lo Fad?" lirih Kayla dengan tangisannya

°to be continue