"Kita harus menyiapkan cerita kepada orang tuaku tentang siapa kau sebenarnya dan bagaimana kita bertemu," kata Mars menggugah lamunan Emmelyn.
Gadis itu mengangkat wajahnya dan menatap Mars keheranan. "Maksudmu mengarang cerita?"
Pemuda itu mengangguk. Ia menyesap wine-nya dan tampak berpikir sejenak. "Kita tidak dapat memberi tahu mereka siapa kau sebenarnya. Mereka akan membunuhmu kalau tahu siapa dirimu."
"Kapan terakhir kali kau keluar dari kerajaan Draec?" tanya Emmelyn.
"Hmm.. beberapa bulan yang lalu. Aku mengawasi pasukan untuk membangun benteng di daerah Glassden," jawab Mars.
"Bilang saja kita bertemu di sana. Aku sangat menyukaimu dan memutuskan untuk menyusulmu diam-diam ke sini. Lalu selebihnya... mereka hanya perlu tahu bahwa aku bersedia melahirkan anak-anak untukmu." Emmelyn mengangkat bahu. "Tidak susah."
"Hmm.. baiklah. Boleh juga." Mars tampak lega karena Emmelyn mau bekerja sama dengannya untuk mengarang cerita. Ia lalu mendeham. "Kalau ibuku menanyakan kapan kita akan menikah..."
"Siapa yang mau menikah denganmu?" semprot Emmelyn dengan sewot. "Aku hanya bersedia melahirkan anak untukmu. Anggap saja aku menyewakan rahimku dengan balasan kerajaan Wintermere. Aku tidak mau menikah denganmu."
"Aku juga tidak mau menikah dengannmu," Mars balas mengomel. "Tetapi ibuku akan bertanya tentang hal itu. Kita harus memikirkan apa jawaban yang tepat agar ia tidak curiga."
"Kenapa kau harus memikirkan pendapat ibumu?" tanya Emmelyn ketus. "Bilang saja kau memang tidak menginginkan istri. Kan banyak laki-laki yang memang senang bertualang dengan banyak perempuan dan tidak mau terikat. Kebetulan saja kau tidak bisa bertualang karena kutukan yang menimpamu. Tapi selebihnya, kau tidak berbeda dari mereka."
Mars menatap Emmelyn lekat-lekat. Entah kenapa ia merasa sebal mendengar jawaban Emmelyn yang diucapkan dengan begitu ringan.
Gadis itu sama sekali tidak keberatan kalau Mars sama seperti banyak lelaki lain yang lebih memilih untuk berganti-ganti wanita?
Wahh.. ia benar-benar tidak peduli, pikir Mars. Ia tak dapat menahan diri untuk tidak kecewa. Ia sama sekali berbeda dengan kebanyakan lelaki lain yang senang bertualang.
Setelah tidur dengan Emmelyn, rasanya ia tidak menginginkan wanita mana pun di dunia ini.
Dulu ia cukup lama memendam penasaran tentang bagaimana hubungan seksual itu. Sayangnya rasa ia hanya dapat menelan sendiri rasa ingin tahunya. Ia cukup mendengarkan saja cerita-cerita sepupu atau jenderalnya tentang penaklukan seks mereka.
Dari apa yang didengarnya, Mars menduga bahwa berganti-ganti pasangan itu adalah norma bagi kebanyakan lelaki. Setiap perempuan memiliki 'rasa' mereka sendiri.
Ada yang agresif dan ganas di tempat tidur, ada juga yang dingin dan hanya berbaring diam seperti batang pisang saat berhubungan intim.
Ada yang memiliki kemaluan kecil dan sempit, ada yang besar dan menggoda, suara desahan mereka saat bercinta berbeda, dan aroma tubuh mereka juga memiliki keunikan masing-masing.
Semakin banyak seorang laki-laki tidur dengan banyak wanita, maka pengetahuan dan petualangannya akan semakin luas.
Dulu, Mars sempat iri kepada semua lelaki lain di sekitarnya yang begitu beruntung karena mereka dapat menikmati kesempatan itu.
Namun, kini, entah kenapa rasa iri itu sudah hilang tak berbekas. Sejak bertemu Emmelyn dan menikmati indahnya hubungan intim dengan gadis ini, Mars bahkan sama sekali tidak berminat untuk berandai-andai jika ia dapat menikmati tubuh gadis lain.
Beberapa hari terakhir ini, saat ia beristirahat dari latihan tempur bersama prajuritnya, Mars diam-diam akan memikirkan Emmelyn dan bertanya kepada dirinya sendiri tentang perasaannya kepada gadis itu.
Secara mengejutkan, tadi siang ia menemukan jawabannya. Ia akhirnya mengakui bahwa ia sudah jatuh cinta kepada gadis itu.
Tetapi sayangnya, malam ini ia menyadari bahwa perasaannya tidak berbalas.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Emmelyn menggugah lamunan Mars. "Kau mendesah dari tadi. Apa saranku kurang bagus?"
Mars menggeleng. "Tidak. Saranmu masuk akal. Kita akan menggunakan alasan itu."
Mereka tidak berbicara apa-apa lagi setelahnya hingga makan malam selesai.
Seperti biasa sebelum tidur Mars membasuh dirinya dan berendam dengan air panas, tetapi kali ini ia tidak berlama-lama.
Ia hanya membersihkan tubuhnya agar segar dan dapat tidur dengan nyaman. Ia tidak berendam agak lama seperti biasanya. Ia juga sama sekali tidak menyuruh Emmelyn untuk mandi bersamanya.
Kebetulan, pikir Emmelyn. Ia merasa tidak perlu mandi di malam hari karena tadi siang ia telah menyempatkan diri untuk mencuci rambutnya dan ia juga tidak melakukan kegiatan berat yang membuat tubuhnya kotor.
Dengan senang hati ia duduk di tempat tidur, melanjutkan membaca buku strategi perang Jenderal Harlan dengan diterangi lampu minyak sambil menunggu Mars selesai membersihkan dirinya.
Sebenarnya Emmelyn sedikit heran dengan sikap Mars yang tidak seperti biasanya. Namun, karena pada dasarnya ia tidak peduli kepada pria itu, Emmelyn tidak berlama-lama memikirkannya.
Setelah Mars selesai mandi dan mengenakan pakaian untuk tidur, barulah Emmelyn menurunkan bukunya dan memandang ke arah lelaki itu dengan kening berkerut.
Mars mengenakan pakaian untuk tidur? Apakah ia tidak ingin berhubungan se-
Eh... kenapa aku berpikir kesana terus? pikir Emmelyn.
Ia mencubit dirinya sendiri.
Tidak, ia bukannya mengharapkan Mars menggaulinya malam itu. Ia hanya keheranan karena biasanya setelah mandi, Mars akan menyerangnya dan tidak merasa perlu untuk mengenakan pakaian.
Mereka akan tidur telanjang sepanjang malam dan berbagi kehangatan lewat sentuhan kulit keduanya. Namun, sekarang, pangeran brengsek ini malah mengenakan pakaiannya dan...
Sepasang mata Emmelyn membelalak ketika Mars naik ke tempat tidur, menarik selimut dan kemudian memejamkan mata.
Jadi... tidak ada seks malam ini?