webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Komik
Peringkat tidak cukup
145 Chs

108 - Mengamati x Mengejar x Tertangkap Part 3

Lucia tersenyum sangat lebar ketika melihat reaksi Killua yang terlihat sangat terkejut saat melihat dirinya.

Lucia : "Lama tidak bertemu, oniichan. Akhirnya kita berjumpa lagi. Apa kau tidak merindukanku?"

Killua : . . . . .

Phinks mulai mendekati Killua. Lucia melihat Killua sedikit termundur ke belakang. Dia tahu Killua sedang berpikir keras dan akan melakukan sesuatu supaya bisa kabur seperti yang terjadi di cerita aslinya.

Lucia : "Percuma saja. Kau tidak mungkin bisa kabur dari sini, oniichan. Orang yang berada di sampingku ini sanggup menghentikan semua tindakanmu karena kecepatannya lebih cepat dari pada aku. Dan aku tidak ingin ada pertarungan atau pun melukaimu. Jadi aku harap kau mengerti maksudku."

Phinks menatap tajam ke arah Killua. Air keringat yang bercucuran dari wajah Killua pun menetes ke tanah. Killua menghela nafas pelan dan melemaskan badannya lalu mengangkat kedua tangannya ke atas.

Killua : Baiklah, aku menyerah.

Lucia tersenyum lega.

Lucia : Itu pilihan yang sangat bagus.

Tiba-tiba Nobunaga sudah berada di jendela.

Nobunaga : Yo! Zero, Phinks kenapa kalian berdua berada di sini? Bukankah kalian menuju ke tempat boss?

Killua refleks menoleh ke belakang. Dia tersentak kaget.

Killua : (Nani?! Koko yon kai da zo! (Apa?! Di sini kan di lantai empat!) Bagaimana dia bisa sampai ke sini?!)

Phinks : Untuk menipu musuh, kau harus menipu temanmu dulu.

Nobunaga : Ck! Cih... Itu pasti kata-katanya dari boss lagi, kan?

Nobunaga memegangi kepalanya. Phinks hanya tersenyum tapi matanya terus manatap tajam ke arah Killua.

Nobunaga : Kira-kira kenapa ada banyak sekali yang ahli menggunakan Zetsu di sini?

Killua : (Membuntuti pembuntut?! Jadi orang berkumis ini (Nobunaga) dan wanita itu (Machi) tidak tahu? Mereka menipu kami!)

Lucia hanya bisa tersenyum ketika mendengar semua yang sedang dipikirkan Killua. Nobunaga berjalan mendekati Killua.

Nobunaga : Nah, bocah.

Tiba-tiba mimik Nobunaga telah berubah sepenuhnya.

Nobunaga : Aku punya beberapa pertanyaan buatmu.

Sementara itu, di tempat Gon.

Gon tidak berhasil untuk kabur karena Pakunoda sudah berdiri di ambang pintu keluar. Dia yang menyadari ada seseorang yang berada di belakangnya pun langsung menoleh ke jendela, terlihat Machi sudah berdiri di sana. Pakunoda berjalan pelan dan santai mendekati Gon.

Pakunoda : Boy, apa kau tahu tentang si pengguna rantai?

Gon : Eh?

Machi juga berjalan mendekati Gon. Gon melihat ke arah Pakunoda dan Machi secara bergantian. Dia memerhatikan semua gerak gerik mereka dengan sangat hati-hati.

Machi : Pengguna Nen yang menggunakan rantai. Kami sedang mencarinya. Kau dimintai agar mengikuti kami, bukan?

Gon : Shiranai yo (Aku tidak tahu) Kami punya alasan tersendiri untuk mengikuti kalian.

Tanpa sadar, Gon menggertakkan giginya. Dia berpikir keras bagaimana supaya dia dapat terlepas dari mereka berdua. Dia terus melihat ke arah kiri dan kanan.

Gon : (Aku hanya butuh satu detik... Jika ada celah, maka aku bisa kabur!)

Machi : Dou? (Bagaimana?)

Pakunoda : Sou ne... (Benar juga ya...) Jika dia berbohong, dia sangat bagus.

Pakunoda mengangkat satu telapak tangannya ke atas. Dia hendak mau memeriksa ingatan dalam diri Gon.

Pakunoda : Mau di lihat?

Kembali ke tempat Killua.

Nobunaga : Pertanyaan pertama. Kenapa mengikuti kami? Jawab dengan singkat saja.

Nobunaga dan Phinks menatap serius dan tajam ke arah Killua. Killua berpikir keras. Dia juga melihat ke arah Nobunaga dan Phinks secara bergantian dengan penuh waspada.

Killua : (Sepertinya percuma saja jika aku berbohong. Itu hanya akan membuat keadaan menjadi semakin buruk, tapi tidak mungkin juga aku berkata jika aku sedang mencari Luci, kan?)

Lucia : "Eh? Kenapa mencariku?"

Killua melirik ke arah Lucia yang berdiri di samping Phinks.

Killua : "Sebelum itu, urus mereka berdua dulu, lalu aku juga ada banyak pertanyaan untukmu!"

Lucia : Hm... Nobu, biar aku yang mengurus dia saja (sambil menunjuk ke arah Killua)

Nobunaga : Apa?

Lucia : Aku menyukainya. Dia milikku!

Nobunaga : Meskipun begitu. Tapi tetap tidak bisa begitu dong! Lagian dia juga belum menjawab pertanyaanku! Hey, bocah cepat jawab!

Lucia : Phin, kau setuju kan? (mata memelas)

Phinks melihat ke arah Lucia lalu melihat ke arah Killua.

Phinks : Nobunaga, serahkan bocah itu pada Zero.

Nobunaga : Haa?! Phinks, sejak kapan kau menjadi menuruti perkataan Zero?!

Phinks : Sejak awal...

Terlihat Nobunaga sudah bersiap-siap untuk menarik keluar pedangnya. Phinks menatap tajam ke arah Nobunaga. Lucia merasa akan terjadi pertarungan mencoba untuk membujuk Nobunaga kembali.

Lucia : Baiklah, asalkan dia menjawab semua pertanyaanmu ya.

Nobunaga : Aku akan mempertimbangkannya, jika dia bisa menjawab semua pertanyaanku!

Lucia : Dasar (bergumam) Tepati janjimu ya!

Lucia melirik ke arah Killua.

"Oniichan jawab pertanyaannya tanpa menyinggung namaku."

Nobunaga : Hey, jawab!

Killua : Kita mengikuti kalian karena wajah kalian terdapat di dalam brosur perlelangan. Mafia menawarkan hadiah besar dari masing-masing kalian. Di website pun menawarkan banyak uang jika berhasil menangkap kalian atau bisa mendapatkan informasi tentang lokasi kalian.

Nobunaga : Pertanyaan kedua. Siapa yang mengajarimu membuntuti orang?

Killua : Aku menggunakan Zetsu, kemampuan Nen yang bisa menghilangkan keberadaan. Aku mencoba menjadi pro Hunter atau setidaknya bisa sekuat adikku.

Nobunaga : Siapa yang mengajarimu?

Killua : Master Shingen-ryuu.

Nobunaga : Pertanyaan ketiga. Apa kau tahu pengguna Nen yang menggunakan rantai?

Killua : Rantai?

Nobunaga : Dia mungkin tipe Conjuration atau tipe Manipulation.

Phinks : Apa gurumu mempunyai rantai di tangan kanannya? Atau mungkin itu kau sendiri?

Killua merasa ada keanehan pun melirik ke arah Lucia. Lucia hanya tersenyum.

Killua : Shiranai ne. Ore no shishou wa Kyouka da shi (Aku tidak tahu. Guruku adalah tipe Enhancement) Dia hanya mengajari kami empat dasar utama.

Nobunaga merasa sedikit kecewa dengan jawaban Killua. Dia menggaruki kepalanya yang tidak terasa gatal itu.

Nobunaga : Begitu, kah? Kalau tidak tahu, apa boleh buat. Nah, pertanyaan terakhir. Kau punya dua pilihan. Pikirkan baik-baik sebelum menjawab.

Ekspresi Nobunaga seketika itu juga langsung berubah menjadi menyeramkan. Dia menggeluarkan sedikit auranya untuk menekan Killua. Killua yang bisa merasakan ancaman itu langsung tersentak kaget.

Lucia : Nobu, kau sudah berjanji padaku ya!

Lucia langsung sedikit maju ke depan, tepatnya di hadapan Nobunaga. Dia berdiri di samping Killua dan menatap tajam ke arah Nobunaga.

Nobunaga : Cih! Tidak seru, kau tidak bisa diajak bercanda ya, Zero (memegangi kepalanya)

Lucia : Phin, kau juga! (sedikit berteriak)

Phinks tertawa.

Phinks : Baiklah, aku hanya bercanda.

Lucia : Dasar, apanya yang bercanda!

Phinks semakin tertawa saat melihat reaksi dan ekspresi Lucia yang cemberut, Killua langsung merasa sedikit lega.

Nobunaga : Zero, katakan kenapa kau begitu memihak dia?

Lucia : Karena kami bersaudara.

Nobunaga dan Phinks terkejut.

Lucia : Kenapa reaksi kalian begitu?

Nobunaga : Hm. Ya, setelah diperhatikan, kalian berdua sangatlah mirip (sambil memegangi dagunya)

Lucia : Tentu saja! (tersenyum bangga)

Killua : Luci, Gon masih berada di seberang gedung (berbisik)

Lucia : Phin. Hubungi Pakunoda. Masih ada satu temanku lainnya yang berada di sana (sambil menunjuk ke arah seberang gedung)

Beberapa menit kemudian, Gon, Pakunoda dan Machi pun datang ke gedung tempat Nobunaga dan lainnya berada. Gon merasa lega dan senang saat melihat Killua terlihat baik-baik saja. Dia langsung berlari kecil ke arah Killua. Akan tetapi, dia terkejut saat melihat sosok yang dia kenal sedang bersandar di dinding tepat di belakang Killua.

Gon : Killua, kau eh Lucia?!

Lucia : Gon, lama tidak berjumpa ya. Syukurlah kau terlihat baik-baik saja (tersenyum)

Gon : Ya. Kau juga.

Gon menunjukkan ekspresi serius. Dia tidak terlihat senang karena dia merasa Lucia sudah berbeda dari yang dia kenal. Dia juga melihat tidak ada senyuman dari wajah Killua. Dia sangat tahu dari ekspresi sahabatnya itu jika Killua sedang marah.

Setelah itu, Killua dan Gon di bawa ke markas Genei Ryodan berkumpul. Tidak lama kemudian, mereka tiba di markas Genei Ryodan. Di sepanjang koridor, baik Killua maupun Gon tidak berkata apapun. Mereka juga tidak berbincang satu sama lain. Lucia sangat tahu kalau saat ini, Killua sedang menahan emosinya.

Lucia : Apa kau marah melihat aku bergabung dengan Ryodan? (suara kecil)

Meskipun Killua sempat emosi, namun melihat Lucia yang diam dan tenang memandangi dirinya membuat dia bertanya.

Killua : Apakah kau terlibat dalam pembantaian yang selama ini Ryodan lakukan? (suara kecil)

Lucia : Aku hanya membunuh sesuai yang aku inginkan saja. Jika tidak termasuk kriteriaku, aku menolaknya (tersenyum)

Mendengar jawaban yang sangat dia inginkan itu, seketika itu juga emosi dalam dirinya dan juga rasa penasarannya langsung mencair dan sirna. Killua tersenyum lega dan merasa tenang.

Killua : Jadi begitu ya?

Lucia : Yup, sehaus darahnya aku, namun aku masih mengikuti standart keluarga Zoldyck. Lagian...

Tiba-tiba Lucia langsung memeluk Machi yang berjalan di sampingnya.

Lucia : Di sini kan ada Machiiiii.

Lucia sengaja bertingkah manja.

Machi : Zero, ada apa?

Lucia : Tidak ada apa-apa. Tiba-tiba aku merasa rindu dan ingin memelukmu saja (tersenyum)

Machi tersenyum hangat dan mengelus-elus rambut Lucia. Nobunaga yang berjalan di belakang mereka sempat merasa jijik, namun dia sudah terbiasa. Akhirnya mereka tiba di sebuah ruangan.

Pakunoda : Selamat datang di markas kami.

Killua dan Gon sedikit tersentak kaget saat melihat ada begitu banyak anggota Ryodan di dalam sini.

Lucia : Fei Fei, aku kembaliiii (menyeringai)

Feitan : Jangan memanggilku begitu.

Lucia hanya terkekeh. Killua dan Gon juga kebingungan dengan tingkah laku Lucia. Lucia melompat ke atas batu dan berdiri di samping Feitan.

Lucia hanya tersenyum ketika melihat ekspresi Killua dan Gon berubah serius saat melihat anggota laba-laba yang sedang duduk santai di atas batu dan barang rosokan. Tiba-tiba Killua menyadari adanya Hisoka dan terkejut.

Hisoka langsung membuang wajahnya ke samping dan berpura-pura tidak mengenali Killua. Killua yang mengerti dengan tindakan Hisoka pun pura-pura tidak mengenalinya.

Akan tetapi, berbeda dengan Gon, pada saat Gon menyadari dan melihat adanya Hisoka di sana, refleks dia langsung berteriak sambil melihat ke arah Hisoka. Lucia tersenyum licik sangat lebar.

Gon : Ah!

Killua : (Aho! (Idiot!))

Gon yang tersadar sudah melakukan sesuatu yang salah langsung terdiam.

Gon : (Shi-shimatta! (Ga-gawat!))

Nobunaga : Nan da? (Ada apa?) Ada orang yang kalian kenal?

Killua : Ah! Tidak... (tersenyum kaku)

Lucia yang terkenal begitu jahil sengaja menggoda Hisoka.

Lucia : Hisoka, Gon datang loh. Apa kau tidak rindu padanya?

Killua : (Luci!)

Lucia tertawa keras sambil memegangi perutnya. Feitan langsung menoleh ke arah belakang tepatnya ke arah Hisoka. Seketika itu juga diikuti semua anggota lainnya.

Mereka yang penasaran melihat ke arah Lucia dan Killua lalu ke arah Gon dan Hisoka. Hisoka hanya bisa tersenyum sambil menahan emosinya.

Dia yang tahu Lucia sedang menggodanya pun sebisa mungkin tetap bersikap dingin dan cuek seperti biasanya. Gon langsung bertingkah aneh dan sedikit panik. Lucia terkekeh. Killua mencoba untuk mengalihkan perhatian mereka.

Killua : Oh! (menunjuk ke arah Shizuku) Ano toki no onna! (Perempuan yang waktu itu!)

Semua yang berada di sana langsung melihat ke arah yang di tunjuk Killua.

Phinks : Nanda? Shizuku no shiriai ka? (Apa? Kenalannya Shizuku?)

Shizuku : Uun, zenzen (Tidak, sama sekali tidak.)

Lucia tersenyum.

Lucia : Shizu, apa kau lupa pada mereka berdua?

Shizuku : Apa? Siapa? (bingung)

Lucia : Kau kan pernah beradu panco pada Gon, saat ingin mendapatkan permata darinya. Ingat?

Feitan : Ah, omoidashita! (Ah, aku teringat!)

Lucia : Nah, Fei Fei saja ingat (menyeringai)

Shizuku mencoba untuk berpikir sejenak.

Shizuku : Nan dakke sore? (Itu apa ya?)

Franklin : Oh, aku teringat juga. Dua hari yang lalu, kau kalah adu panco dengan bocah itu (sambil menunjuk ke arah Gon)

Meskipun begitu, Shizuku tetap bebersi keras mengatakan kalau dia sama sekali tidak mengenal mereka maupun mengingatnya. Franklin masih mencoba menjelaskannya.

Feitan : Percuma saja. Jika sekali Shizuku melupakan sesuatu, dia tidak akan mengingatnya lagi.

Franklin yang sangat tahu tentang sifat Shizuku pun terpaksa mengalah. Nobunaga merasa terkesan dan tertarik ingin mencoba beradu panco juga dengan Gon. Lucia yang teringat dengan cerita aslinya mencoba untuk menghalanginya. Karena dia tidak ingin melukai tangan Gon.

Lucia : Nobu, bertanding denganku tapi sebagai gantinya kalau kau kalah, kau harus melepaskan temanku (tersenyum)

Feitan : Temanmu?

Lucia : Iya (tersenyum)

Nobunaga merasakan tatapan tajam Feitan.

Nobunaga : Cih. Pengawalmu itu sungguh banyak.

Lucia yang menyadarinya hanya tersenyum.

Lucia : Fei Fei, boleh, kah?

Feitan : Nobunaga, kalau kau melukai Zero. Kau berurusan denganku.

Nobunaga : Cih! (sambil mengikat rambutnya)

Gon : Lucia, aku tidak apa-apa.

Lucia : Tidak, Gon.

Nobunaga : Zero, kalau kau kalah, maka bocah ini akan bertanding denganku!

Lucia melompat turun ke bawah dan berjalan ke arah batu besar yang dijadikan meja. Feitan juga ikutan turun dan berdiri di samping Lucia. Tampak Nobunaga serius, dia meletakkan satu tangannya di atas batu besar tersebut. Pada saat Lucia hendak mau meletakkan tangannya, tiba-tiba Gon menyentuh pundak Lucia. Lucia menoleh.

Gon : Biar aku saja, Lucia.

Lucia melirik ke arah Killua. Killua hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Lucia : Baiklah...

Lucia mundur sedikit ke belakang dan pertandingan adu panco pun di mulai.

Lucia : (Sudah hampir setengah jam. Tangan Gon juga sudah berdarah dan gemetaran. Aku masih tidak mengerti kenapa Gon tidak mau menyerah sama seperti di cerita aslinya?)

BUK!

Suara hantaman keras pada tangan yang mengenai batu. Gon sedikit meringis kesakitan. Di samping itu juga, sejak tadi Gon yang menahan amarahnya sudah mulai terlihat.

Nobunaga : Mou ichido (Sekali lagi.)

Gon mengangkat tangannya yang memar dan berdarah sekuat tenaga ke atas. Dia menahan rasa sakit pada tangannya. Lucia melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia berusaha tenang dan menahan emosinya.

Nobunaga : Ready...

Lucia : Cih. Beraninya sama anak kecil, dasar tua.

Nobunaga marah dan tersinggung mendengar hinaan yang di lontarkan oleh Lucia, sehingga pertandingan adu panco pun terhenti dikarenakan perkataan Lucia yang menusuk.

Nobunaga : Ha?!

Kali ini Lucia benar-benar marah sampai melompat ke arah Nobunaga sambil akan menerkam lehernya. Lucia menarik erat kerah bajunya Nobunaga. Dalam kecepatan refleks Nobunaga pun tidak sempat menyentuh pedangnya.

Lucia : Tidak ada Lucilfer di sini, aku bisa saja melukaimu. Apa kau tahu, akhir-akhir ini kau sangat menggangguku ya, Nobu?

Nobunaga yang tersentak kaget langsung membalas dengan keringat dinginnya.

Nobunaga : Oi, oi. Bukannya sesama anggota tidak boleh bertarung?

Mata Nobunaga segera melirik ke anggota lainnya untuk mencari pertolongan. Akan tetapi, anggota lainnya termasuk Machi dan Hisoka malah melihat ke arah lain dan pura-pura tidak tahu apa-apa.

Nobunaga : (Oi, oi! Apa-apaan mereka... Kenapa mereka semua berpura-pura seperti tidak melihat apa pun?!)

Lucia kembali tenang saat mendengar ada suara kemasan cookies kesukaannya yang di buka oleh Feitan. Namun, mata dingin dan tajam Lucia masih menatap Nobunaga sambil berjalan ke arah Feitan.

Nobunaga : (Beda. Dia sangat berbeda dengan dirinya beberapa tahun yang lalu. Sejak kapan dia berubah menjadi sekuat dan semenyeramkan ini?!)

Gon menatap Nobunaga dan Lucia secara bergantian.

Gon : Lucia, aku tidak apa apa. Aku harus melanjutkan duel ini.

Lucia : Terserah kau saja, aku mau makan dulu (sambil mengunyah cookies)

Gon : Nobunaga-san, bisa kita lanjutkan? Jangan menurunkan kekuatanmu ya.

Nobunaga menahan amarahnya. Sedangkan Killua terkejut karena Nobunaga yang dianggap kuat baginya ternyata hampir dibunuh oleh adiknya sendiri.

Killua berusaha menahan ekspresinya dan tetap terlihat cool. Lucia yang menyadari ketegangan pada diri Killua hanya bisa tersenyum dan menghampirinya lalu menyodorkan sebuah cookies padanya.

Lucia : Mau?

Killua melihat ke arah Lucia dengan ragu karena semua pasang mata tertuju padanya.

Killua : (Mereka tidak akan membunuhku kan, kalau misalnya kutolak menerima pemberian Luci?)

Lucia : Pfft. Pemikiran yang sungguh konyol. Kalau mereka menyentuhmu, mereka akan berurusan denganku (tersenyum licik)

Killua : Tentu saja ya. Hahaha... (tertawa kaku)

Lucia tersenyum dan masih menyodorkan cookiesnya. Killua pun akhirnya menerimanya.

-Bersambung-