webnovel

Bab 56. Jangan Mengancamku

Tinggal menghitung hari, rasanya tidak lama lagi. Waktu bejalan begitu cepat bukan. Ujian kelulusan yang sudah diselenggarakan oleh semua sekolah di Indonesia beberapa minggu lalu. Kini siswa kelas 3 sudah diliburkan mengingat tidak ada yang perlu mereka pelajari lagi.

"KENAPA KAKAK JUGA MENYERET KU UNTUK BOLOS, YANG LIBUR KAN KAKAK, AKU ENGGAK"Lexsa berteriak geram, dia yang seharusnya sekarang berada di sekolah dan ikut membantu teman-temannya mempersiapkan acara perpisahan untuk kakak kelas mereka . malah dia disini terkurung dengan kakaknya yang sedang menikmati cemilannya itu.

"kamu tega ninggalin kakak disini, dirumah sendirian" Lexsa menutup telinganya kesal. Ini sudah yang kesekian kalinya, kakaknya melayangkan protesan yang sama

"kan gak ada yang larang kakak untuk kesekolah bukan, gak ada" Lexsa menatap geram, kakaknya ini masih saja menatap geram atasnya, sebenarnya disini siapa yang harus marah, kenapa malah dia yang terlihat sedang berbuat salah

"gak enak" balas Alex yang berhasil membuat Lexsa melempar bungkusan cemilan ditangan nya

"kalau gitu kakak kekantor sana, atau ke Singapura bantu Dady, biar Dady sama Momy cepat pulang" Alex menggelengkan kepalanya cepat

Belum waktunya dia turun tangan di perusahaan

" gak mau nanti kamu malah ambil kesempatan untuk ketemu mantan kamu itu" Lexsa memutar matanya bosan., siapa juga yang mau bertemu mantan, lagi pula dia harus kesekolah bukan,.

" tu kan kamu diam bearti benar kan. Pokoknya kalau aku libur, kamu juga harus libur. Lagipula pasti kalian sibuk mempersiapkan acara untuk kami kan,,, pasti gak belajar juga kan. Udahlah libur aja"

"kakak pikir Grandma akan mentolerir kalau aku libur terus, bisa bisa aku kenak marah" protes Lexsa, kakak nya yang satu ini benar-benar memang

" mana berani Grandma. Kamu kan cucu kesayangan Grandma, dan lagi yang akan mengurusi yayasan sekolah itu nanti adalah kamu. Mana mungkin Grandma marah" bantah Alex yakin

Dia yakin. Ingin menghantam kepala Alex dengan vas bunga didepannya sekarang

" cucu Grandma itu banyak kak. Kak Ken kan ada.. atau kak Eve, kak Dimas, kak viola mereka punya hak untuk mimpin yayasan itu kak'"Protes Lexsa cepat

"gak. Pokoknya kamu yang akan jadi pewaris Grandma, mereka udah punya bagian masing-masing. Dan juga grandma mana mau, sekolahnya disulap jadi rumah sakit sama Dimas" Alex masih mempertahankan pendapatnya

"kakak keras kepala, aku mau sekolah titik' Lexsa berucap kesal sambil beranjak pergi dari teras belakang

" hy mau kemana. Kamu gak boleh sekolah hari ini, kalau kamu sampai pergi sekolah, aku akan pergi jalan sama Karin , kami bahkan akan makelove" Alex tersenyum senang ancamannya berhasil, Lexsa membalikkan badannya dan berjalan kearahnya

Lelaki ini mengancamnya eh,

"aku tidak main-main Lexsa, kalau kamu beraniii

PLAAKk

Alex tidak sempat melanjutkan kata-katanya, saat tangan Lexsa mendarat mulus di pipinya

Gadisnya menamparnya.

'kalau kakak berani melakukannya, jangan salahkan aku, kalau aku tdak akan pernah mau bertemu lagi dengan kakak " ancam Lexsa sambil berlalu pergi meninggalkan Alex yang masih mematung tak percaya, dengan apa yang terjadi

"Ck!! Senjata makan tuan" gumam nya, kemudian pergi menyusul Lexsa

****&&****

Bunyi-bunyi barang berjatuhan semakin terdengar, seolah itu menjadi pengiring kesunyian yang terjadi di ruangan mewah itu. Ruangan berasitektur klasik dengan beberapa perabot yang terbuat dari kayu jati menjadi klaborasi yang bagus.

Prangg Krap

Seolah tak ingin berhenti, bunyi benda-benda kembali berjatuhan terus terdengar, memancing sepasang mata semakin menatap tajam siapa pembuat onar yang berhasil membuat telinganya sakit.

"Berhenti Bermain Game itu Devon, atau pergi dari Apartemenku sekarang" FEBY berdiri menopang pinggang, menatap nyalang kearah lelaki yang menjadi penyebab bunyi-bunyi benda berjatuhan itu terdengar

geram. Kesal marah, tapi Devon malah mengabaikannya

" Devoooon" lelaki yang diteriaki itu hanya menatap seolah menantang,, Feby yang ditatap menantang oleh Devon melangkah maju sampai akhirnya dia berdiri di depan Devon yang sedang duduk santai di atas sofa sambil tangannya masih sibuk memainkan Game Laknat itu. Yang entah dari mana game itu datang sampai ada di Apartemennya

"Apa" Devon bertanya seolah tak salah apa-apa

"Berhenti atau pergi"

"Berhenti" Devon langsung tersenyum lebar menanggapi omongan gadisnya

Tak merasa bersalah sama sekali, FEby geram. Dengan cepat dia melangkah pergi dari hadapan Devon.

Sebelum_

"jangan pergi tetap disini Feby sayang" gadis yang dipanggil Feby itu memekik pelan saat tubuh jatuh di atas pangkuan Devon.

Sial!

"kamu" Feby menatap tak suka, dia ingin menyelesaikan tugas sekolahnya, dan lelaki ini ada di apartemennya untuk menganggunya

"kenapa kamu disini, kenapa gak pergi sekolah aja sih" Feby berucap Geram, kini nasibnya sama dengan sahabatnya Lexsa yang dipaksa bolos karena harus menemani Alex yang tidak mau ditinggal sendiri, lama-lama sahabatnya itu nampak seperti kekasih Alex bukan sebagai adik

"kami kan diliburkan" jawab Devon sambil memberikan senyum manisnya yang semakin membuat Feby muak

' kalau begitu pergi liburan sana" Feby berusaha bangun, pasalnya tangan kekasihnya ini mulai nakal menyentuk bagian bagian tubuhnya yang sensitif

"ini lagi liburan sama kamu" balas Devon sambil mencium bibir Feby cepat

"apartemen aku bukan tempat berlibur Dev, kalau kamu mau liburan ke pantai sana" Feby rasanya ingin menciptakan suara benda jatuh seperti di Game yang pacarnya mainkan tadi, tapi kali ini dengan lebih diberikan pemanis, mungkin dia bisa memukulkan salah satu benda keras kekepala pacarnya ini, biar tidak lemot. sudah dari tadi di usir tapi masih saja disini, di apartemennya

"kamu mau ke pantai, kita ke pantai. Yokk" rasanya Feby ingin memukul kepala Devon sekarang, . bukan dia yang ingin ke pantai, tapi itu saran pengusiran.

Kok malah dia yang diajak

"ogah, sama lo kepantai, mending gue tidur seharian disini, di apartemenku tercinta" Devon menatap tak suka, ada sesuatu yang sakit saat Feby kembali menolaknya, dan dia tidak ingin ditolak. Feby tahu Devonnya terluka dengan perkataanya, tapi dia juga ingin kesekolah mempersiapkan acara untuk perpisahan kakak kelasnya. Bukan malah ditahan disini dengan lelaki gila ini . yang sialnya adalah pacarnya

"kamu lelah, kalau begitu kamu tidur aja ya" Feby bergerak tak nyaman , saat Devon kembali memindahkan tangannya dari perutnya dan memegang kepalanya , menyandarkannya pada dada bidang Devon

Lelaki ini yang dulu pernah menyakitinya, dua kali hampir memperkosanya. Selalu menyalahkannya saat setiap kali dia harus melampiaskan nafsunya dengan perempuan lain, lelaki ini yang awalnya begitu manis padanya, tapi siapa sangka lelaki ini lah yang sanggup membunuh teman lelakinya hanya karena menganggunya karena sebuah alasan ketertarikan. Lelaki ini yang dulu nya pernah membuatnya ketakutan, siapa sangka akan kembali padanya dengan seribu luka, seolah dia yang menjadi penyebabnya. Selalu mengatakan mencintainya, seolah lelaki ini tahu apa itu cinta. Lelaki ini dengan seribu kekurangannya , dengan semua keburukannya. Siapa sangka sanggup mengambil kembali hatinya. Hanya dengan kerapuhan dan luka dalam mata yang dilihatnya

"emm kenapa" Devon menatap bingung, bukannya tadi Feby bilang kalau dia ingin tidur.

"aku mau tidur dikamar" Devon menatap memohon meminta izin untuk ikut dengan gadisnya.

Feby yang tahu apa arti tatapan itu, hanya mengangguk mengiakan. Lagi pula tidak akan terjadi apa-apa diantara mereka. Devonnya sudah bisa mengontrol diri. Tidak seperti Devon nya yang dulu. Yang terlalu menggebu

Devon tersenyum senang, dengan cepat dia mengendong Feby dan membawanya menuju kamar gadisnya ini. Feby yang tahu kalau Devon tidak akan membiarkan turun kecuali di ranjang nya, hanya memberikan senyum mengejek yang dibalas senyum manis pria nya ini

Biarlah dia kembali membuka hatinya , untuk kembali menerima lelaki egois ini, lelaki yang tidak bisa jauh dari senjata dan wanita. Biarlah dia yang menjadi wanitanya satu-satunya, menyingkirkan semua jalang yang selalu melempar tubuh mereka pada kekasihnya. Biarkan dia juga jadi pembunuh, membunuh setiap penghalang dihubungan mereka.