webnovel

Useful Husband

"Hai girls!"

Dengan senyumannya yang terlihat sangat manis, Laura menatap kedua orang gadis yang sepantaran dengannya. Ia menatap mereka dengan ceria, bahkan langsung melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah mereka.

Bugh

"Aw, kalau jalan lihat-lihat dong!"

Padahal sudah benar Laura berjalan, lurus tanpa berniat menabrak sesuatu. Malah kini ia menabrak dada bidang seseorang, sambil kini meringis kecil memegangi kening yang sedikit nyeri.

"Sakit nih, tanggung jawab lah!" Bukan Laura namanya kalau tidak marah-marah.

Bagaimana tidak marah? Di pagi hari yang ceria dengan suasanan hatinya yang tak kalah ceria juga, malah mendapatkan masalah seperti ini, sedikit jengkel sih.

"Maaf, aku akan tanggung jawab untuk kamu, selalu."

Mendengar nada bariton yang berat sangat familiar itu, membuat Laura langsung membelalakkan kedua bola mata sambil mendongakkan kepala agar dapat melihat wajah sang empunya.

Ia meneguk saliva dengan susah payah. "K-kamu.. Kamu ngapain ada di sini?" tanyanya dengan kedua sorot mata yang tampak berkaca-kaca. Entah perasaan apa yang dirinya rasakan saat ini, namun bukan perasaan bahagia pada umumnya.

"Terkejut?" tanya laki-laki tersebut sambil menampilkan senyumannya yang miring, tampak seperti memiliki rencana. Ia mencodongkan tubuhnya, mendekatkan mulutnya pada telinga Laura. "I'm back, halo sayang." sambungnya.

Laura menggelengkan kepala tidak percaya, setelah itu sosok tersebut berlalu begitu saja. Sungguh, ia terpaku di tempat. Dirinya memang bukan orang terkenal seperti Lucas, namun banyak orang yang tau kalau dirinya PERNAH memiliki hubungan dengan laki-laki barusan.

"Ra!"

Mendengar seruan yang memanggil dirinya membuat Laura langsung kembali ke dunia nyata, ia menggelengkan kepala, setelah itu mulai menghembuskan napasnya dengan perlahan-lahan.

Semua orang yang berada di kelas ini memperhatikan dirinya, tentu saja!

Ia langsung mendekati kedua orang gadis yang menjadi tujuannya tanpa menolehkan kepala kemana laki-laki yang menegurnya tadi berada.

"Hai," sapanya saat sudah sampai di kursinya.

Di kuliah tidak duduk berdua seperti semasa tingkat sekolah di bawahnya seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar, atau bahkan sekolah menengah. Mereka di sini duduk sendiri-sendiri dengan kursi lipat yang sekaligus bersama mejanya.

"Itu serius ada Tom di sini?" tanya salah satu dari gadis tersebut.

Oke perkenalkan dulu. Si gadis yang suka dengan para personil One Direction sampai barang-barang pernak-perniknya pun bergambar mereka, itu namanya Pixy Jordania. Yang kini tengah menyimak dengan rambutnya yang badai, oke sebut saja mereka bertiga itu adalah primadona di kampus.

Dan satu gadis lagi yang barusan bertanya itu bernama Zudith Emberallse, si gadis yang menyukai hal-hal berbau peri. Padahal nama Pixy lebih cocok mengagumi peri daripada Zudith ini sendiri, namun ya namanya sudah kesukaan pun tidak dapat diatur sesuai dengan nama begitu saja.

Menghembuskan napas secara perlahan, ia menjadi tidak berani mengedarkan pandangan karena sudah pasti dirinya berada satu ruangan dengan seorang laki-laki yang dipanggil 'Tom' itu.

"Aku tidak tau, sungguh. Ku pikir dia berada di Amsterdam, a-aku sungguh tidak percaya." balas Laura dengan pandangan kosong.

Zudith mengitarkan pandangan, dan melihat Tom yang tengah menatap ke arah mereka. Ia menatap laki-laki tersebut dengan tajam, lalu memberikan jari tengah ke arah dia. "Fuck you, jerk."

Siapa yang tidak tau kisah Laura dan Tom? Semua orang tau pasangan yang sebelumnya sangat goals itu mampu membuat iri satu dunia, yang ternyata hubungan mereka kandas karena suatu hal yang tentu sangat menyakiti hati di gadis.

"Bukannya kalian sudah tidak berhubungan hampir lima tahun? Dan kenapa dia kembali saat kamu sudah memiliki Lucas yang sangat sempurna?" tanya Zudith.

Pixy menganggukkan kepala, membenarkan pertanyaan sahabatnya yang satu itu. "Ya, bau-bau tikungan tajam alias kamu harus berhati-hati sama dia." ucapnya yang memberikan saran.

Laura meganggukkan kepala, setelah itu berusaha untuk menegarkan diri. "Tenang, suami ku itu sekaligus bodyguard, jadi aku yakin tidak ada yang berani dengan Lucas ."

"Ya, Lucas sangat keren. Suami mu itu dambaan semua gadis, termasuk kita dulu."

"Nah benar, jangan kembali pada Tom apapun keadaanya karena Tuan Lucas sangat jauh lebih berwibawa dan tampan.."

Di dalam persahabatan ini, yang baru taken hanya Laura dan dia langsung mendapatkan status pernikahan setelah hampir 5 tahun menyandang status sebagai jomblo.

Laura tentu saja sadar dengan hal itu, ia tidak mungkin meninggalkan Lucas. Walaupun kenyataannya dia adalah laki-laki yang menyebalkan bahkan dirinya menganggap laki-laki tersebut sebagai bodyguard, tapi tak ayal perasaan nyaman berdekatan dengan Lucas itu jelas adanya.

"Aku juga udah terlanjut penasaran sama Lucas. Lebih baik menjalin hubungan baru dengan orang baru, daripada menjalin hubungan baru dengan orang lama." ucapnya dengan nada bicara yang membawa santai kondisi saat ini. Apa yang perlu ditakutkan? Dirinya sudah menang, ia sudah bebas dari laki-laki seperti Tom, dan ia akan menunjukkam bagaimana kebahagiaannya yang sekarang.

Pixy dan Zudith bertepuk tangan.

"Nah itu baru namanya Laura, Queen kita!" seru Pixy dengan senyuman yang mengembang di permukaan wajahnya.

Zudith tersenyum lebar juga. "Kita dukung lo, bakalan jauhin Tom apapun yang terjadi, emang laki-laki brengsek."

Ingat, selagi ada Lucas, selama itu juga Laura aman.

Laura menolehkan kepala, mencari keberadaan Tom yang mungkin memang merupakan pelajar baru di kampusnya ini. Kedua bola mata mereka saling bertemu, lalu dirinya lah yang berilat penuh dengan kesinisan. "Halo, damn it." ucapnya sambil menjulurkan jari tengah.

Setelah mengatakan hal itu, Laura langsung saja memutuskan pandangan mereka dan memutuskan untuk mengambil ponselnya yang memang di taruh pada tote bag-nya.

Menghubungi Lucas adalah jalan ninja, ia harus mengatakan pada laki-laki tersebut mengenai hal ini. Jangan salah, Lucas sudah tau semua laki-lali yang pernah berhubungan dengannya. Jadi, ini sama saja sebagai ajang kejujuran yang sangat menguntungkan baginya.

"Halo, baru di tinggal sebentar tapi kamu sudah menelepon saya. Apa saya harus membuatkan kamu kampus khusus untuk kamu?"

Laura terkekeh dengan apa yang diucapkan oleh Lucas. "Punya suami tapi gak jelas," balasnya. "Hei, bisa minta jasa mu sebagai bodyguard ku? Kebetulan hari ini aku pulang sesuai dengan jam makan siang mu, tolong jemput aku."

Pixy dan Zudith hanya menyimak, mereka dulu benar-benar mengagumi sosok Lucas. Dan tadi apa kata Laura? Sahabatnya itu menyuruh laki-laki tersebut untuk datang menjemput? Oke, setelah sekian lama hanya menjadi pengagum virtual tanpa pernah melihatnya secara langsung.

"Ada apa? Tumben sekali. Biasanya gak mau di antar jemput sama saya, seperti tadi pagi langsung kabur begitu saja."

"Ini ada keadaan darurat,"

"Seperti?"

"My ex is back." balas Laura dengan nada pelan.

"Shit, I'll pick you up later, honey."

Nah kalau seperti ini, Laura jadi tidak perlu cemas akan dihantui dengan keberadaan Tom. Bukannya geer atau bagaimana, tapi apa alasan seorang laki-laki kembali datang ke kehidupan mantan gadisnya kalau bukan bertujuan untuk mengacau?

Jadi, waspada itu sangat diperlukan.

"Ya, jangan telat."

"Kalau saya telat, saya berjanji akan menghajar laki-laki itu. Siapa namanya? Jack? Luis? Montino? Prass? Albert? Khalid? Atau—"

"My last ex, you know? Don't make me look like a bad girl who has lots of exes."

/Mantan ku yang terakhir, kamu tau? Jangan membuatku terlihat seperti gadis nakal yang memiliki banyak mantan./

Terdengar kekehan dari seberang sana. "Suami mu ini akan sangat berguna untuk mu, sayang."

...

Next chapter