webnovel

Mr. White is a Girl

Penulis: Cloudland
Perkotaan
Sedang berlangsung · 25.5K Dilihat
  • 4 Bab
    Konten
  • peringkat
  • N/A
    DUKUNG
Ringkasan

Di mata semua orang, Mr. White adalah seorang pria gila yang menguasai pasar gelap, mengoprasikan organisasi pembunuh bayaran, dan seorang sosiopat akut yang bisa membunuh pejalan kaki tanpa mengedipkan mata. Apakah mereka pernah memikirkan kemungkinan bahwa dia seorang gadis? Tentu saja, tidak. Di permukaan, Ari adalah seorang lady escort dengan kecantikan langka yang membuat banyak pria tergila-gila. Kenyataannya, dia adalah tuan muda kaya raya yang jatuh miskin karena terlilit hutang dan dijebak untuk melakukan pekerjaannya kini. Saat pertemuan pertama mereka, Ari berhasil menarik perhatian Mr. White dan menjadi objek belas kasihan semua orang. Siapa yang tidak tahu tempramen Mr. White? Mungkin sekarang 'pria itu' akan menganggapnya sebagai mainan yang menarik. Tetapi, bagaimana jika dia bosan? Dia mungkin akan membunuhnya tanpa mengedipkan mata!

tagar
5 tagar
Chapter 1Mr. White?

"Betapa membosankan." Seorang pria putih pucat berambut perak menatap ketiga pria yang berdiri di depannya dengan malas.

Penampilannya sangat mencolok dibandingkan orang lain di ruangan itu karena dari atas ke bawah dia mengenakan pakaian serba putih yang senada dengan warna rambutnya. Jas putih, celana putih, bahkan aksesoris-aksesoris seperti tindik dan anting juga berwarna putih atau perak.

Anehnya, semua itu terlihat pantas saat dikenakan pria itu dan tidak terkesan jelek sedikit pun. Seakan-akan warna putih memang dilahirkan untuknya, dia terlihat semakin mempesona saat mengenakannya. Apalagi, dia terlihat cukup tampan dan muda, mungkin usianya baru berada di awal dua puluhan.

Karena dia selalu mengenakan pakaian serba putih dan tidak ada yang tahu siapa namanya, semua orang hanya menyebutnya dengan Mr. White atau Tuan Putih.

Orang-orang yang mengenakan jas hitam langsung berkeringat dingin saat mendengar ucapan pria itu. "B... bos?"

Mr. White mendesah, membuat mereka semua semakin ketakutan. "Apa kalian masih memiliki sesuatu yang penting utuk dikatakan?"

"Ti... tidak! Bos, kami akan segera kembali bekerja!" Salah satu diantara pria berjas hitam berkata dengan nada gugup.

"Lalu apa lagi yang kamu tunggu? Pergilah!" Mr. White melambaikan tangannya dengan tidak sabar.

Orang-orang yang sejak tadi ketakutan langsung berbalik pergi dengan terburu-buru seakan sedang dikejar oleh sesuatu yang jahat.

Kebetulan saat mereka akan keluar, pintu terbuka dan menampilkan sosok pria tinggi berkacamata yang sama pucatnya dengan Mr. White.

"Tuan Liam," sapa mereka.

Pria tinggi yang dipanggil Liam hanya berdeham sebagai bentuk pengakuan.

"Apa yang kamu lakukan di sana? Kamu menghalangi jalan mereka," ucap Mr. White yang sudah kehabisan kesabaran.

Liam bergeser ke samping untuk membiarkan mereka lewat. Dia menutup pintu setelah memastikan hanya ada dia dan Mr. White saja di ruangan itu.

"Ada ada denganmu? Kamu terlihat begitu pucat," komentarnya sambil mengerutkan kening. "Bagaimana kalau aku memanggil Meira kemari?"

"Uh, aku baik, hanya saja aku rasa aku sedang datang bulan," ucap Mr. White sambil menyentuh perutnya yang terasa sakit, penampilan arogan dan malasnya tidak terlihat lagi.

Liam menjadi cemas mendengar ini. Dia tidak tahu seberapa sakit jika seorang wanita mengalami haid tapi orang di depannya ini selalu terlihat menderita saat sedang dalam masa itu seakan-akan dia mengalami sakit yang parah. "Tunggu di sini," ucapnya. "Aku akan segera memanggil Meira."

"Te... terima kasih," ucap Mr. White dengan kesulitan.

Tak butuh waktu lama bagi Liam untuk memanggil Meira karena gadis itu kebetulan juga sedang berada di tempat itu.

"Ari, apa kamu masih bisa mendengarku?" Meira berlari menghampiri Mr. White dengan tergesa-gesa.

"Hmm."

"Bisakah kamu berjalan?"

Mr. White yang memiliki nama asli Ariana tidak menyahut tapi langsung berdiri dengan perlahan. Jika seseorang mengamatinya dengan lebih cermat, dia akan bisa melihat bercak darah di celana putihnya.

Meira dengan hati-hati membantu menopang Ariana yang terlihat kesulitan membawa tubuhnya sendiri. "Liam, bisakah kamu menyiapkan air hangat untukku?" pintanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari Ariana.

Liam mengangguk lalu segera pergi untuk memenuhi permintaan Meira.

Meira membawa Ariana ke kamar tersembunyi di balik ruangan itu dan membantunya untuk berbaring di satu-satunya kasur yang ada di situ. "Tunggu sebentar," ucapnya lalu mulai meracik sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi Ariana.

"Ini sudah jaman modern," ucap Ariana saat dihadapkan dengan segelas jamu kunyit asam. "Kenapa kamu masih begitu kuno? Apa kamu pikir masih ada orang yang meminum jamu di jaman sekarang?"

Meira memutar kedua bola matanya. "Apa kamu meragukan kemanjuran jamu buatanku?"

"Tentu, tidak," jawab Ariana. "Hanya saja itu terasa mengerikan. Bisakah kamu membuatnya terasa lebih layak minum?"

"Minum atau kamu akan kesakitan sepanjang hari," ucap Meira dengan galak.

Sayangnya, itu tidak membuat Ariana takut. Dipadukan dengan wajah Meira yang terlihat imut seperti seorang siswa SMA, amarahnya membuat gadis itu terlihat semakin imut dan menggemaskan.

Ariana melirik Meira yang menatapnya dengan tajam lalu mengambil gelas dari tangan gadis itu dan meminumnya dalam sekali tegukan.

Meira tersenyum saat melihat ini. "Anak baik," ucapnya sambil menepuk lembut kepala Ariana. "Ganti pakaianmu sembari menunggu air hangat."

Ariana menyeringai. "Baik, bu!"

Meira melotot. "Siapa ibumu?" tanyanya tajam yang hanya dibalas dengan tawa Ariana.

Anda Mungkin Juga Menyukai

Presiden: Anda Adalah Ayah Dari Triplet Saya

"M... Marissa! Apakah mereka anak-anakku?" Mata Rafael tak berpaling dari wajah anak-anak yang menggemaskan itu. "Tidak, Rafael. Mereka bukan," Marissa berkata dengan senyum palsu, "Mereka bukan milikmu. Ingat?" dia berkedip dengan dramatis, "Kita tidak pernah menikah!" Kakak perempuan Marissa Aaron yang lebih tua, Valerie Aaron, meninggalkan pacarnya yang buta di hari pernikahannya dan kabur. Untuk menyelamatkan muka, keluarga Merissa memohon kepadanya untuk menikah dengan Raphael Sinclair. Ironisnya? Dia tidak diperbolehkan memberitahu suaminya yang buta bahwa dia bukan Valerie melainkan Marissa Aaron. Pada hari operasi mata Raphael yang berhasil, Marissa mengetahui bahwa Valerie telah kembali untuk mengambil tempatnya yang seharusnya sebagai menantu perempuan keluarga Sinclaire. Marissa mencoba menjelaskan kepada suaminya bahwa dialah yang menikah dengannya, tetapi dia tidak percaya. Alih-alih meyakinkan lebih lanjut, Marissa yang patah hati memutuskan untuk meninggalkan kota tanpa memberitahunya rahasianya. Raphael Sinclair adalah definisi klasik dari sangat tampan dan adalah satu-satunya pewaris grup industri Sinclair. Apa yang akan dia lakukan ketika dia mengetahui bahwa selama ini wanita yang menawarkan padanya, cinta dan tubuhnya bukanlah Valerie melainkan adik perempuannya Marissa Aaron? Bagaimana reaksinya ketika dia mengetahui bahwa dia adalah ayah dari bayi-bayi yang Marissa kandung di rahimnya? Akankah dia mengejar Marissa dan memenangkan hatinya kembali? Dan pertanyaan senilai jutaan dollar! Akankah Marissa bisa memaafkannya dan mencintainya lagi? ```

JessicaKaye911 · Perkotaan
4.7
490 Chs

peringkat

  • Rata-rata Keseluruhan
  • Kualitas penulisan
  • Memperbarui stabilitas
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • latar belakang dunia
Ulasan-ulasan
WoW! Anda akan menjadi peninjau pertama jika meninggalkan ulasan sekarang

DUKUNG