webnovel

Pertanyaan Ibu Aksa

"Lis, ibu itu heran loh sama kamu."

"Heran? Heran kenapa Bu?" Tanya Lisa, saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga menonton film Korea Hotel De Luna.

Tidak terlalu seram sih sebenarnya hantu-hantu yang ada. Tapi cukup untuk membuat yang penakut seperti Lisa ini takut.

"Ya heran saja, kenapa sih kamu mau dengan Aksa? Ibu bahkan tak bisa membayangkan Bagaimana Kalian menjalani hubungan pacaran." Ucap ibu Aksa, Linda.

Lisa yang sedang memakan keripik singkong itu menghentikan kunyahan nya. Ia menatap ke arah Ibu Aksa yang sedang menatapnya dengan ekspresi penasaran.

"Ibu penasaran?" Tanya Lisa yang langsung di anggukan oleh ibu Aksa.

"Kalau gitu sama dong dengan Lisa bu. Lisa juga penasaran sih sebenarnya." Jawab Lisa, ia tersenyum ke arah ibu Aksa.

Wanita berparas cantik dengan sedikit kerutan di wajah nya itu menaikkan alisnya saat mendengar jawaban dari Lisa.

"Astaga, kalian ini benar-benar deh ya. Tapi Lis, ibu benar-benar penasaran deh sama hubungan kalian ini. Gimana sih kalian bisa bertahan sampai empat semester itu?"

"Lisa juga nggak tau sih Bu, kok bisa ya kami bertahan selama itu?"

"Emangnya Gimana sih saat pacaran dengan Aksa itu? Perhatian nggak sih kayak film Korea yang sering kita tonton?"

"Perhatian?" Gumam Lisa, ia coba berpikir sebentar tentang hubungan mereka itu.

"Entahlah, sulit juga untuk dipahami sih bu." Jawab Lisa.

Ia menerawang jauh mengingat masa lalu bersama dengan Aksa dulu. Ia juga benar-benar lupa bagaimana ia dan juga Aksa bisa putus seperti ini.

Tapi baru saja ingin menenggelamkan diri pada masa lalu mereka yang kelam itu, suara berisik Aksa membawa ia kembali ke dunia nyata.

"Awas di dalam lemari itu dia." Teriak Aksa saat adegan film itu menunjukkan scane Dimana pemeran utama pria sedang penasaran pada sebuah lemari. Ia mencari kesana kemari untuk mencari si pemilik kamar. Tapi tak sama sekali ia temukan.

"Apaan sih Lo, berisik tau nggak." Sinis Lisa pada Aksa yang kini sudah berada di tengah-tengah antara ibunya dan juga Lisa.

"Lah, gue kan pengen ikutan nonton juga Lis. Lagian kan ini rumah gue, guenmau apapun ya sesuka gue dong. Kok Lo yang sewot sih hm? Yang tamu kayak Lo ini tolong perhatikan sikap, baik-baik dengan tuan rumah." Jawab Aksa, ia mengambil keripik yang berada di tangan Lisa dan tanpa rasa bersalah ia Langsung memakan nya.

Ibunya dan juga Lisa hanya saling pandang satu sama lainya. Mereka benar-benar tak mengerti kenapa dengan Aksa ini.

"Aksa, kamu kesana deh. Main gitu sama teman-teman kamu yang lain. Ngapain sih betah banget di rumah." Ucap Ibunya yang secara terang-terangan mengusir Aksa itu.

Aksa benar-benar nampak tak peduli sama sekali dengan ucapan Ibunya itu, ia terus saja menatap kenarah tv sambil memakan keripik singkon itu.

"Awas hantunya terbang Lis." Ucap Aksa saat Melihat hantu yang berada Dalma lemari itu terbang dan kemudian langsung pergi meninggalkan kamar hotel.

Hal itu sontak membuat Lisa yang penakut itu memeluk erat lengan Aksa. Menyembunyikan Dirinya Disana. Tak lupa juga ia memejamkan matanya.

Sedangkan Ibunya itu yang melihat tingkah mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya, entah kenapa Aksa bisa seperti ini kepada Lisa. Dan Lisa juga, sudah tahu selalu di bohongi boleh Aksa tapi tetap saja ingin percaya.

"Aksa, nggak usah modus deh." Ucap Ibunya sambil mencubit perut anaknya itu.

Aksa terkekeh dan hal itu Langsung Membuat Lisa membuka matanya dan menatap kenarah ibu Arka.

"Hantunya mana Bu?"

"Hantu nya udah pergi kok Lis, kamu ngapain sih di situ hm?" Tanya ibu Aksa.

"Yah gimana lagi Bu, Aksa nya di tengah. Kan Lisa takut jadi siapa aja deh yang bisa di peluk ya Lisa peluk. Namanya juga gerakan spontan, mana bisa untuk di rencanakan."

Ibunya itu menganggukan kepalanya dan kemudian menatap ke arah Aksa yang terkekeh geli sendiri dengan tingkah Lisa yang menurut nyanitu sangat lucu.

"Dasar penakut Lo, udah tahu penakut eh malah gaya-gayaan mau nonton hantu. Dasar Lo! Awas aja Lo, di rumah Lo dia lagi nungguin Lo pulang itu. Kan dia kabur tu ceritanya dari hotel. Nah itu dia, dia lagi sembunyi di kamar Lo."

Mendengar Lisa benar-benar merasa takut sekali. Ah! Ia tak tahu harus bagaimana lagi ini.

"Aksa nggak usah nakut-nakutin Lisa gitu ih. Mana ada orang mereka cuma akting doang kok."

"Lah tapi kan ibu juga liat kalau hantunya tadi terbang ke luar dari kamar."

"Iya dia emang keluar Aksa tapi tetap aja, itu hanya akting. Semuanya udah di atur." Jawab Ibunya yang benar-benar merasa gemas Sekali. Kayak pengen nabok kepala Aksa detik ini juga.

"Tapi kan Bu-"

"Nggak ada tapi-tapi. Pergi sana! Kamu itu, suka banget sih ganggu Lisa."

"Nggak ada yang ganggu Lisa kok. Orang Aksa juga ikutan nonton, kenapa nggak Boleh? Aksa bingung deh sama ibu, banyak banget larangan bunyik Aksa kalau Aksa dirumah seperti ini."

"Bukan nya gitu sayang, tapi kamu itu usil banget. Nggak nyadar diri banget sih."

Sementara Lisa ia hanya diam sambil menonton film hotel de Luna itu tanpa memperdulikan perdebatan Antara anak Dan ibu.

Hal seperti ini sudah sangat wajar terjadi dan ia sudah sangat terbiasa untuk itu.

Jadi, diam dan menikmati film Korea adalah satu pilihan yang terbaik daripada mendegar kan mereka berdebat.

"Udah ah kalau gitu, Aksa pergi aja. Ibu udah nggak sayang Aksa lagi." Ucap Aksa sambil pergi meninggalkan ruang keluarga itu.

Seperti itu lah Aksa jika sudah kalah debat dengan ibunya, sifat manja nya itu benar-benar bikin gemas.

Sedangkan ibunya hanya cuek saja, tak ada niat sama sekali untuk mengejar Aksa yang sudah pergi itu.

"Nggak di kejar Aksa nya Bu?" Tanya Lisa.

"Untuk apa?"

"Dia marah loh itu."

"Biarin aja, entar dia juga baik sendiri kok Lis. Kayak nggak tau Aksa aja sih. Dia itu terlalu banyak akting. Jadi abaikan saja, nanti juga ia akan baik lagi kok kalau udah lapar." Jawab ibu Aksa itu.

Mendengar itu, Lisa hanya menganggukkan kepalanya, sebnarnya ia juga tahu hal itu. Ia benar-benar tak mengerti dengan Aksa itu, apakah ia berniat untuk menjadi artis hingga selama ini ia begitu pintar dalam berakting manipulasi keadaan hingga membuat ia lah menajdi ornag yang paling tersakiti.

Tapi sudah lah, ia tak ingin terus memikirkan Aksa itu, benar kata ibunya bahwa Aksa juga akan baik sendiri nantinya.