webnovel

MAFIA And VEILED GIRL

sinopsis SEMUA BOLEH BACA, TAPI INGET.. ADA RATING UMUR YANG HANYA MENGHENDAKI KAUM DEWASA! HAPPY READING... Dia.. Lucas Vantouxer. Pria dingin tanpa ampun pada siapapun yang berani mengusik ketenangannya. Kejam nan sadis pada siapapun yang berani menghianati. Mereka tak akan pernah hidup tenang jika sudah menyangkut Tuan Agung itu dalam kehidupan. Tak ada ampun bagi mereka jika sudah di seret masuk ke dalam ruangan berbau anyir nan banyak senjata api oleh para anak buah Lucas. Namun semua tetap sama, saat ia tak sengaja menolong gadis dengan pakaian tertutup tengah menghadang jalan dan perlahan masuk dalam lingkar kehidupannya. Gadis itu juga perlahan membawa pengaruh dan selalu menjadi penengah pada konflik-konfliknya. Ya.. perlahan namun pasti, entah dari mana Lucas selalu penasaran tentang gadis itu hingga gadis bermarga Waesley itu mampu membuatnya berubah. Kekejaman dan kearoganan yang selalu ia tampakkan perlahan memudar seiring berjalannya waktu. Mengikuti kata hati seperti yang pernah gadis itu katakan padanya. “kau harus mengikuti kata hatimu jika ingin hidup tanpa beban, Mr. Luc.” - Mrs. Waesley.

Anesa_mons · perkotaan
Peringkat tidak cukup
386 Chs

18. Ah Begitu..

"Apa ini hari untuk beribadah? Ini hari sabtu. Bukankah besok seharusnya baru beribadah?" tanyanya mengingat hari peribadahan pemeluk agama yang di anut Harry dan semua anak buahnya hari minggu dan bukan hari ini.

Zoa mengangguk. "Benar tetapi berbeda, di agamaku dilakukan setiap hari dan ada waktu tertentu untuk melakukan ibadah."

Lucas semakin mengernyit bingung. "Apa agamamu?"

"Islam," jawab Zoa dengan mengangguk yakin.

Ah bukankah ia sudah tau dari berkas data milik gadis ini? Berapa banyak data sebenarnya yang ia baca hingga lupa milik gadis ini yang baru ia baca kemarin. Astaga.

"Sepertinya aku pernah mendengar sedikit tentang agama itu. Bukankah itu agama para teroris? Aku pernah melihat saluran televisi yang menayangkan berita seorang perempuan ditangkap polisi karena terbukti ia seorang teroris dan dia juga beragama islam sepertimu," ujar Lucas agak panjang berusaha memahami tentang agama yang dimaksud oleh Zoa.

Entah mengapa Lucas bisa sepanjang itu mengatakan keingintahuannya, ia sangat jarang bahkan hampir tak pernah bicara panjang lebar seperti tadi. Apalagi membicarakan tentang tayangan salah satu televise. Mustahil sekali, tapi itu keluar begitu saja dari mulutnya. Jika saja Harry tau. Mungkin pria bodoh itu akan tertawa terbahak-bahak. Ah … lupakan tentang Harry.

Zoa menggeleng. "Itu tidak benar. Mereka bukan dari golongan kaumku."

Lucas kembali mengernyit. "Lalu?"

"Sejatinya terorisme tidak pernah diajarkan dalam agama kami dan itu juga pelanggaran dalam beberapa hukum bukan? Jika menemukan berita seperti itu ketahuilah bahwa mereka hanya orang-orang yang benci dengan agama kami dan melakukan sesuatu yang bisa mencemarkan nama baik agama islam. Mereka membunuh, memfitnah, memperkosa dan melakukan apapun hanya demi bisa menimbulkan kontroversi bahkan juga menghina agama lain dengan mengaku pada publik jika mereka beragama islam dan memanipulasi data asli mereka dengan data palsu."

"Bukan hanya di agamaku, tetapi semua agama juga melarangnya dan gerakan terorisme tidak pernah dibenarkan adanya. Jika kau hanya melihat dari beberapa bagian yang belum pasti seperti apa yang aku lakukan tadi, mungkin juga akan menimbulkan beberapa pendapat yang menggiring pada tindakan aneh sebab kalian tidak mengenal agama dan kami secera sempurna. Jadi, jika susuatu mengganggumu tentang agama atau bahkan diriku, katakan saja agar tidak terjadi kesalahpahaman di sini."

Lucas hanya diam mendengarkan penuturan gadis di depannya ini. Ia memang tak begitu mengerti dengan penjelasan gadis ini tapi ia tetap mendengarkan sebab sejak kecil dirinya yang memang tidak pernah mau tahu tentang orang lain atau bahkan kegiatan mereka. Namun sekali lagi ini terjadi begitu saja.

"Dalam agama kami diajarakan untuk saling menyanyangi dan menghormati pada semua makhluk dimuka bumi. Kami diajarkan untuk menegakkan sifat toleransi antar orang, agama, ras bahkan golongan apapun itu yang ada disekitar kami. Dan untuk orang-orang seperti yang kau katakan, maaf tentang terorisme, mereka memang tak punya perasaan dengan terus mencari kesalahan pada umat kami dan umat yang lain. Padahal kami tak pernah sekalipun menghina atau melakukan sesuatu pada mereka atau ajaran yang mereka anut.

"Meski begitu, ada beberapa orang dari kami yang mencoba membela agama kami dengan menuntut hak atas penghinaan dan pelecehan mereka terhadap agama. Itu malah semakin membuat mereka merasa bangga karena sedikit berhasil menggoyahkan keteguhan kami tapi pada akhirnya kami hanya bisa diam melihatnya meski dalam hati ingin sekali membalas. Hukum tidak pernah salah, jadi kami hanya berserah diri daripada harus berurusan panjang dengan kaum seperti itu."

"Hanya diam melihat ulah mereka?" tanyanya memastikan.

Entahlah ... Lucas hanya terlalu penasaran saja dengan agama yang dianut gadis itu. Padahal sebelumnnya ia tak pernah percaya adanya tuhan. Ia hanya tau orang disekitarnya mempercayai agama masing-masing sebagai agama yang menurut mereka benar tapi ia juga tak peduli dengan itu. Tapi entahlah ... dari penjelasan gadis di depannya tentang agamanya ... sepertinya sangat berbeda dengan ajaran agama orang-orang yang ia tahu.

"Ya. Itu sudah biasa kami terima dan hanya melihatnya. Itu hak mereka melakukan semua perbuatan. Hanya saja yang tidak bisa dimaafkan dari perbuatan mereka. Kenapa harus agama kami yang mereka bawa-bawa dengan perbuatan kotor mereka. Bukankah itu melanggar aturan antar agama? Tapi mereka tampaknya mendapat dukungan banyak orang tertentu yang juga membenci agama kami. Alhasil, mereka tetap berlaku sewenang-wenang terhadap agama kami."

Lucas hanya menanggapi dengan anggukan kepala kecil. Ia juga tak terlalu peduli dengan agama yang dianut gadis ini. Anggap saja ia sedang penasaran sedikit tentang agama gadis ini dan jangan berpikir hal lain.

"Sepertinya kau sudah baik-baik saja," ujarnya lantas berdiri dari duduknya. Matanya tak sengaja melirik nampan yang masih penuh dengan makanan di atas nakas. "Dan makanlah dulu sebelum kau istirahat. Kau belum benar-benar pulih," lanjutnya lantas pergi begitu saja dari kamar Zoa.

Zoa tersenyum tipis sebelum akhirnya segera membereskan mukena juga sajadah yang ia gunakan untuk beribadah. Ia melipatnya serapi mungkin lalu kembali ke ranjang dan mengambil satu nampan makanan yang telah disajikan sebelumnya. Dan mulai memakannya perlahan. Ternyata sudah agak dingin. Apa ia terlalu lama meninggalkannya tadi?

Sekelebat bayang wajah seseorang melintas dipikirannya. Ia menghentikan suapannya.

"Apa itu kau yang melakukannya?" tanyanya entah pada siapa. Ia seakan sedang berbicara pada orang lain di depannya, padahal hanya ada dirinya di kamar seluas ini. Bibirnya tersungging membentuk senyuman. Bukan senyum tulus yang biasa ia tampakkan pada orang-orang tapi senyum kepedihan mengingat sosok itu.

Setetes air bening jatuh dipipi mulusnya tapi ia tak peduli. Ia kembali menyuapkan makanan ke mulutnya meski itu terasa hambar dan dingin. Ia kembali tersenyum mengingat sosok itu dengan air mata yang terus mengalir dan ia juga tetap melanjutkan makannya. Hatinya bergejolak. Bukan rasa sakit penyesalan atau kerugian yang ia rasakan untuk orang itu tapi rasa terima kasih yang terdalam dari hatinya yang tak mampu ia ucapkan dari dulu pada orang itu.

Terimakasih atas semuanya.

tuntaskan bacaan kalian dan jangan lupakan power stone dan komennya untuk meninggalkan jejak ya.. Salam sayang dari author ^_^

Anesa_monscreators' thoughts