webnovel

Chapter 28 Geru Bakeneko

"Baiklah... Terima kasih bibi" Geru memberikan melemparkan koin dan di tangkap tepat di tangan wanita itu tapi ia terkejut ketika melihat koin itu yang rupanya adalah emas. "K..... Koin emas.... Tunggu anak muda ini terlalu banyak" Dia berteriak tapi Geru sudah tak ada sama sekali. 

"Hah kemana dia!!" Dia menjadi tambah terkejut. 

Rupanya Geru sudah berjalan ke istana atas bukit itu. "Hm... Hm.... Rasanya bahkan sangat kenyang hanya makan gandum saja, oh benar, istana ini benar benar besar rupanya, aku harap aku tak di lempar keluar" Dia memasang wajah santai dan kembali berjalan masuk begitu saja. 

Di dalam kebetulan ada Varuna yang berjalan keluar dan melihat Geru yang terlihat naik ke jalan bukit itu. 

"Hah.... Kenapa kau ada di sini?!" Dia mendekat dengan terkejut. 

"Oh Varuna... Kenapa kau ada di sini?"

"Aku yang bertanya itu duluan kau bego!!"

"Aku melakukan apa yang ku katakan tadi bukan, aku sedang kemari untuk mengetahui soal kota ini" 

"Tu... Tunggu kau itu orang asing, nona tidak mungkin baik padamu!!"

"Ya siapa tahu bukan, aku juga belum mencobanya, dan kau kenapa ada di sini Varuna, kau tidak menjaga gerbang?" Tatap Geru. 

"Aku kemari untuk melapor dan sekarang aku akan bekerja di gerbang, lebih baik aku peringati kau jangan masuk ke dalam" Kata Varuna. 

"Tak apa bukan, aku harus mencobanya dulu"

"Geru-San... Kau terlalu santai, apa kau tidak sayang tubuhmu dan dipermalukan di depan semua orang, harga diri mu akan di rendahkan oleh nona besar"

"(Jadi pemimpin pengurus nya adalah perempuan hm... Yah itu tidak masalah juga)" Geru memasang wajah bodoh amat lalu berjalan melewati Varuna yang terkejut. 

"He.... Hei apa yang!?" 

"Jangan khawatir aku akan baik baik saja" Kata Geru sambil akan membuka gerbang pintu itu. Tapi tiba tiba pintu itu terbuka keluar membuat kepala Geru terkena dan terpukul dan dia harus jatuh ke belakang. 

Hal itu membuat Varuna terkejut karena yang membukanya adalah wanita. "No... Nona!?" Dia memanggilnya begitu itu berarti wanita itu adalah pemimpinnya. 

"Aduh.... Siapa?" Geru bangun duduk sambil memegang kepalanya yang kesakitan tapi ia terdiam ketika melihat bahwa wanita itu adalah wanita yang ia selamatkan malam itu. 

"Kau.... " Dia akan melihat tapi tiba tiba wanita itu menutup mulutnya membuat Geru terdiam. 

"(Astaga.... Hidupmu.... Kau akan mati hari ini)" Varuna terdiam gemetar melihat dan menduga pemimpin pengurus itu marah pada Geru. 

"Ehem aku pergi dulu" Karena tidak berani, dia pergi begitu saja. 

Setelah Varuna pergi. Wanita itu melepas tangan nya dari menutup mulut Geru. Dan tak di duga duga dia malah menundukan badan pada Geru. "Maaf kan aku" Kata dia membuat Geru masih terdiam tak percaya. 

"Kau lelaki yang waktu itu, aku benar benar berterima kasih padamu, silahkan langsung masuk saja jika kau ingin masuk" 

"Oh Terima kasih. (Rupanya lebih mudah dari pada membunuh siluman hehe)" Geru berdiri dan mengikutinya masuk ke dalam istana yang menawan dan sepi itu. 

Geru melihat sekitar dengan sedikit terpesona melihat gaya dekor nya. 

"Istana ini sudah di bangun sejak lama sebelum kota YAZA ikut di bangun, aku sendiri yang menetap di sini di minta yang mulia sendiri dari Kerajaan naga"

"Jadi kau pernah ke Kerajaan naga?" Tatap Geru. 

Lalu wanita itu mengangguk. Dia kemudian terdiam berhenti berjalan sambil melihat ke Geru. 

"Aku Noya, pengurus kota YAZA, kota ini butuh pengurus karena ada suatu kasus juga dulu"

"(Aku harus bertanya soal kasus itu) Bisa aku tahu semua tentang kota ini?"

"Kenapa? Bukankah kau pendatang baru tidak boleh tahu semuanya"

"Eh~ lalu soal malam itu kau sedang apa?" Tatap Geru. 

"Memangnya apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada, aku hanya berpikir kenapa nona besar seperti mu di malam hari di kejar para pria itu dan pakaian mu yang tertutup, bukankah sudah jelas sekali kau melakukan sesuatu karena tidak mungkin juga kau melakukannya tertutup begitu kan" Kata Geru, dia benar benar bisa mengancam Noya dengan bukti yang ia lihat sendiri. 

Hal itu membuat Noya terkejut dan gemetar. "(Aku tidak mungkin memberitahunya bahwa saat itu aku sedang melakukan bisnis hitam dan aku mencuri salah satu barang terlarang)" Dia menjadi terdiam. 

"Ada apa nona besar~ kau butuh bantuan atau kau mau mengatakan ku segalanya soal kota ini ya kan.... Aku juga sudah menyelamatkan nyawamu waktu itu" 

"Cih.... Pertama tama... " Noya menunjuk rantai di pinggang Geru membuat Geru terdiam bingung. 

"Lepas rantai itu dan berikan pada pelayan di sini, aku akan menunggumu di ruangan rak" Kata Noya, dia lalu berjalan pergi. 

Geru terdiam lalu melepas rantainya, ia melihat sekitar. "(Di sini tak ada pelayan, mungkin mereka ada di belakang)" Dia berjalan ke arah sebaliknya dari Noya tadi hingga sampai ke pintu belakang istana. Bertemu dengan wanita berpakaian pelayan. 

"Oh permisi~" Geru mendekat membuat wanita itu menoleh. 

"(Astaga.... Ada lelaki tampan, dari mana dia muncul)" Wanita itu menjadi terkejut sendiri. 

"Halo... Apa aku bisa minta bantuan?~" Tatap Geru. 

"E.... Bolah silahkan" 

Lalu Geru memberikan rantainya di tangan wanita itu membuatnya terkejut karena rantai itu berat untuknya. "A... Apa maksud ini?"

"Aku titip ya, itu di suruh Nona besar sendiri jadi Terima kasih, aku pergi dulu" Kata Geru dengan tatapan tanpa dosanya yang langsung pergi. Seketika wanita itu terjatuh karena tak kuat menahan rantai itu. Tak lama kemudian ada pria berpakaian penjaga datang. "Ada apa?"

"Utk... Bisa kau angkat ini" Wanita itu menunjuk rantai itu lalu pria itu langsung bisa mengangkat nya membuat wanita itu terkejut. "Haiz.... Otot wanita dan pria memang berbeda"

"Rantai dari mana ini?" Tatap pria penjaga itu. 

"Oh itu dari lelaki tampan tadi, dia diminta Nona besar memberikan rantainya pada kita, entahlah sepertinya pendatang baru" Kata wanita itu seketika pria itu menjadi terkejut. 

"Pe... Pendatang baru katamu.... Dia harus di jauhi dari Nona!!" Dia berteriak dan pergi begitu saja membuat wanita pelayan itu bingung. 

Sementara itu Geru menemukan pintu besar dan mengetuk nya lalu membukanya, terlihat banyak sekali buku dan rak besar di sana seperti perpusatakaan istana dan di tengah tengah itu ada Noya yang duduk di kursi membaca buku. Noya menoleh dan menutup bukunya. "Kemari lah" Tatap nya lalu Geru berjalan dan duduk di depannya. 

"Kau sudah berikan rantaimu pada pelayan?"

"Yup... Ngomong ngomong kau suka membaca dan yang kutahu buku di zaman ini sangatlah langka karena menggunakan metode tulis bukan cetak"

"(Metode cetak... Apa itu?) Ya begitulah, aku juga sering menyumbangkan buku buku ini ke semua orang di luar sana, mereka juga butuh pengetahuan soal ini, aku juga kasihan pada mereka yang tak bisa membuat buku seepeti ini, apa kau ingin tahu langsung tanpa basa basi?"

"Yup... Jadi bisa kita mulai, aku ingin tahu banyak agar aku bisa mengerti kondisi di sini"

"Pertama tama simpan tenaga mu dan lihat ini" Noya berdiri dan menuju ke rak buku lain. 

Dia mengambil satu buku di rak itu, seketika rak itu bergerak dan terbuka, di dalam ada tangga turun bawah tanah yang gelap. 

"Woah keren" Geru menjadi terkesan. lalu Noya mengambil api penerangan. "Ikutlah denganku" Dia berjalan duluan, lalu Geru mengikutinya. 

"Apa istana ini sudah lama di bangun, siapa yang membangunnya?"

"Yang mulia di Kerajaan naga, dia membangun semuanya atas perntahnya sendiri. Dari bantuan manusia hingga bantuan naga"

"Jadi kota ini juga pernah di kunjungi naga?"

"Begitulah"

"Tapi kenapa kota ini adalah kota terakhir. Karena namanya YAZA kenapa tidak ABCA saja?" Kata Geru sambil melihat sekitar. Mendengar itu tadi, Noya menjadi berhenti berjalan dan menoleh ke Geru. 

"Jika kau ingin tahu semuanya, segeralah tutup mulutmu dan dengarkan aku saja" Tatap nya dengan wajah serius bercampur kesal membuat Geru terdiam.

"Kota ini dulunya adalah kota yang mati bekas hutan yang lebat lalu dibuat lapangan dan menjadi tempat kubur orang-orang yang dikuburkan mati di sini karena disini adalah kuburan banyak siluman dan hantu-hantu lain datang untuk mangkal. Sehingga ini menjadi tempat yang terkutuk. Saat itu yang mulia besar kehabisan tempat untuk meletakkan kota terakhir, dia hanya mendapatkan tanah lapangan ini saja sangat besar.. Jadi..... Kuburan itu ditutup oleh tanah dan dibuat kastil lalu disusul rumah-rumah dan benteng-benteng pagar dinding yang kuat sehinggalah terbentuk kota ini. Berikut ini adalah bekas kuburan, jika kau ada pertanyaan lain silakan katakan aku akan menjawabnya tanpa apapun tapi sebelumnya aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."

Ney membuka sebuah pintu besi yang ada di bawah tanah sana setelah mereka benar-benar turun dan di bawah sana, keadaan di sana juga sangat gelap dan mengerikan hanya diterangi obor yang dibawa oleh Geru.

"Apa ini sebuah penjara yang ada di bawah tanah ini?" Tanya Geru dengan wajah polos nya dari tadi. 

"Ya, mungkin... Kau bisa bertarung bukan?"

"Ha, memangnya kenapa?"

"Karena di sini ada monster"

"Apa!!... Tapi rantai ku ada di atas?"

"Cih tak apa, aku juga sudah menyegel nya di dalam" Ney membuka kunci itu dan membuka pintu besi itu tapi ia terdiam ketika pintu itu tak terbuka. Ia mendorong dengan sekuat tenaga membuat Geru terdiam melihatnya. 

Dia terus mendorong tanpa meminta bantuan Geru yang masih terdiam hingga ia lelah sendiri. 

"Hah... Hah... Ini... Huf.... Bisa kau buka?" Tatap Noya dengan lelah lalu Geru berjalan dan membukanya, dia bahkan bisa membukanya begitu saja tanpa tenaga. Hal itu membuat Noya terdiam tak percaya. 

"Cih.... Kebetulan saja, minggir" Dia berjalan duluan masuk. Saat sudah di dalam, terlihat sebuah segel sihir pelindung yang menyegel sebuah monster besar yang mengerikan.