webnovel

Menyiapkan Jebakan

Arabella akhirnya bisa membaringkan tubuhnya dengan nyaman setelah urusan pindah kamarnya selesai, rasanya kamar Ruby yang dulu pernah ditempati ibunya ini sangat nyaman. Untunglah, Arabella bisa merebut kembali kamar ini dari Riana.

' Ibu, akhirnya aku bisa mengambil kembali hak kita ' batin Arabella sendu.

Untuk sementara waktu, Arabella akan mengawasi keluarga ini terlebih dahulu sembari menunggu putra kedua dari Menteri Keamanan kerajaan ini kembali dari perbatasan. Rencananya, ia akan meminta pembatalan pertunangan dari pria itu karena pada akhirnya pria itu akan dirayu oleh Riana. Jadi sebelum Jovan—putra kedua menteri mencampakkannya, maka Arabella akan bergerak terlebih dahulu. Cukup di kehidupan di kehidupan yang lalu Arabella hidup sebagai pengecut dan pasrah saja saat dicampakkan.

Tanpa butuh waktu lama, Arabella pun terlelap. Tubuhnya sudah terlalu letih.

*****

Keesokan paginya, Arabella dibangunkan oleh dua orang pelayan yang umurnya sepantaran dengan Arabella.

" Halo, Nona Kedua. Nama saya adalah Mauren Stande, putri pertama dari Baron Stande " ujar gadis dengan rambut coklat bermata hijau.

" Halo, Mauren. Senang bertemu dengan kamu, matamu indah sekali " balas Arabella dengan ramah. Ia tetap menggunakan bahasa formal pada Mauren, karena Arabella bertekad akan menghormati siapapun yang ia temui. Kecuali nanti, saat Vivaldi bersama Rose dan anak-anaknya masuk penjara. Di saat itulah Arabella akan memperlakukan mereka sama seperti apa yang telah mereka lakukan pada Arabella di kehidupan yang lalu.

" Nona Kedua, nama saya Lea. Saya tidak memiliki nama keluarga karena saya anak yatim piatu, mohon Nona menerima saya " pinta gadis dengan tubuh kurus, rambut hitam, namun bermata merah.

' Ah, mata merah? Unik sekali, tapi jika aku membahasnya mungkin saja Lea akan tersinggung karena biasanya orang bermata merah selalu dijadikan budak entah kenapa ' pikir Arabella.

" Halo, Lea. Jangan khawatir, siapapun kamu akan tetap saya terima. Kamu hebat Lea, sudah bertahan sampai sekarang. Ke depannya, jika ada kesulitan kamu bisa memberitahuku, oke?"

Balasan dari Arabella membuat Lea menyunggingkan senyuman lebar, " Nona kedua yang terbaik!! Terima kasih " ucapnya dengan nada senang. Selama ini, Lea selalu direndahkan oleh orang-orang karena mata merahnya dan dirinya yang tidak memiliki orang tua. Bahkan meski sudah bekerja di sini pun, tidak ada orang yang menyukainya. Ini pertama kalinya bagi Lea menerima ucapan hangat dari seseorang. Ah, rasanya Lea ingin menangis terharu.

" Mulai hari ini, kami berdua yang akan melayani Nona kedua. Katakan saja pada kami apapun yang Anda butuhkan ya, Nona " lontar Mauren. Ia sedikit tidak suka dengan Lea yang belum apa-apa sudah menarik perhatian Arabella dengan cerita sedihnya.

" Baiklah, bisa tolong bantu aku bersiap-siap untuk sarapan? Kebetulan pakaianku sedikit, jadi kalian tidak akan repot memilihnya " pinta Arabella dengan sopan.

Dua orang pelayan muda itu langsung bergerak sesuai perintah Arabella, namun tentu saja Mauren lebih berkuasa untuk memilihkan pakaian Arabella karena Lea merasa minder dengan seleranya yang selalu di anggap selera orang rendahan.

Namun, hal itu tak luput dari perhatian Arabella. Ia yakin, Selir Rose tidak mungkin memberikan dua orang pelayan di sisi Arabella secara cuma-cuma. Salah satu di antara pelayan itu pasti orang suruhan Selir Rose, dan Arabella akan mencari tau siapa itu secara perlahan. Di kehidupan sebelumnya, Arabella sama sekali tidak mendapatkan seorang pelayan pun dan perlakukan dengan hina.

Di kehidupan kali ini berbeda, karena jalan yang Arabella pilih pun berbeda. Jika di kehidupan yang dulu Arabella menjadi lemah hingga terinjak mati, maka di kehidupan kali ini Arabella akan menjadi sekuat mungkin hingga tidak ada satupun orang yang menginjaknya.

Selesai mandi dan bersiap-siap, Arabella menuruni tangga dengan anggun sesuai ciri khas dan etika Nona bangsawan untuk memuaskan mata Vivaldi sang ayah gila aturan.

" Oh, Arabella putriku yang cantik! Keanggunanmu sungguh membuat Ayah merasa bangga karena memiliki putri seperti kamu " puji Vivaldi dengan nada menyanjung yang berlebihan.

' Sungguh menggelikan, hingga rasanya aku mual bahkan hanya sekadar menatap wajahnya ' batin Arabella.

Padahal, di masa lalu saat pagi hari setelah Arabella datang Vivaldi malah memarahinya karena rambut emas Arabella dipotong pendek setelah tersiram lem yang sengaja dituangkan oleh Welia dan Yolanda.

Arabella bahkan tidak lupa dengan kalimat yang Vivaldi lontarkan padanya saat itu, " apakah kamu bodoh? Bagaimana bisa rambutmu yang indah itu tersiram lem saat malam hari? Apa yang kamu lakukan saat malam, hah? Apakah kamu menjajakan dirimu pada para kesatria yang berjaga saat malam? Nilaimu sebagai gadis bangsawan langsung terjun begitu saja tanpa rambut panjangmu, dasar anak tolol!"

Cukup sampai situ Arabella mengingat penghinaan Vivaldi padanya saat itu, karena hari ini Arabella akan kembali mengambil hati Vivaldi untuk mendapatkan kepercayaan ayah laknatnya itu.

" Selamat pagi, Ayah. Hari ini Ayah tampak sangat berkharisma dengan Bros Blue Sapphire itu " balas Arabella dengan mata berbinar kagum yang tentu saja sandiwara. Ia mendudukkan dirinya di sebelah kanan Vivaldi, di depannya ada Selir Rose. Posisinya sebagai putri tunggal resmi kediaman ini memang cukup menguntungkan jika Arabella pintar memanfaatkannya. Lihat saja, bahkan anak-anak Rose seperti Riana yang merupakan anak kesayangan Vivaldi pun tidak bisa duduk di posisi Arabella.

Sesuai dugaan, Vivaldi si pria gila hormat tentu saja senang bukan kepalang mendengar pujian Arabella.

" Astaga, putriku. Kamu sungguh ahli membuat hati Ayah senang " kekeh Vivaldi.

" Anda terlalu rendah hati, Ayah. Namun, sepertinya ada yang salah. Maaf jika lancang Ayah, tapi kenapa Ayah mengenakan dua Bros?" tanya Arabella dengan nada sehati-hati mungkin agar Vivaldi tak tersinggung.

Arabella tau alasan pria paruh baya itu menggunakan dua Bros, satunya di dada kiri Bros safir itu adalah pilihan Vivaldi sedangkan yang satu lagi di dada kanan Bros dari permata Emerald hijau adalah pilihan Rose. Di masa lalu, Vivaldi bahkan di anggap sebagai bangsawan kampungan oleh bangsawan-bangsawan lain dan karena hal itu hasilnya saat pulang Vivaldi memukuli Selir Rose.

" Oh, ini? Selir Rose yang memilihkannya untukku, katanya mengenakan dua Bros permata di saat yang sama menambah kesan berwibawa " jawab Vivaldi dengan bangganya.

Helaan nafas lelah diam-diam Arabella lakukan, beginilah rutinitas bangsawan sebelum sarapan. Harus berbasa-basi jika ingin mengambil hati orang tua. Sungguh menjijikkan.

" Ah, begitu ya. Tapi, sekali lagi mohon maaf Ayah. Menurut saya, hal itu akan membuat Ayah terlihat kampungan. Bangsawan lain pasti akan mengira Ayah ingin pamer harta, dan Ayah akan menjadi buah bibir di pergaulan kelas atas " tutur Arabella dengan sopan.

Mendengar ucapan Arabella yang ada benarnya, Vivaldi langsung menoleh ke arah Rose di sisi kirinya dengan tatapan tajam.

" Bu-bukan begitu, Tuan. Anda ini sangat tampan, hebat, kuat, berkharisma, berwibawa, dan terhormat. Mana mungkin ada yang berani berpikir seperti itu terhadap Anda yang sehebat ini " bantah Rose dengan cepat. Awalnya ia gelagapan di tatap setajam itu oleh Vivaldi. Takut jika tiba-tiba ditampar oleh pria itu di hadapan semua orang.

Arabella tersenyum miring, lebih tepatnya menyeringai untuk memancing kekesalan selir Rose.

' Bagus, sesuai dugaanku. Kamu pasti akan membantahnya dan memuji Ayahku secara berlebihan, lanjutkan saja Rose. Semakin kamu memuji, semakin banyak juga pukulan yang akan kamu terima nanti ' batin Arabella senang.