webnovel

KUCING AJAIB

Bagaimana rasanya jika saat membuka mata, tiba-tiba saja, kucing yang dipeluk berubah menjadi seorang pemuda tampan? Shock, kaget, dan lain sebagainya menyerbu perasaan! Begitulah yang dialami seorang gadis polos bernama Virna, seekor kucing yang ia temukan nyaris mati, dan ia pelihara tiba-tiba saja suatu hari tanpa sebab dan alasan berubah menjadi seorang pemuda tampan, dan mengaku dirinya seorang pangeran dari dunia fantasi! Virna yang bahkan belum pernah pacaran dibuat kalang kabut karena harus satu rumah dengan kucing yang berubah menjadi manusia! Ketika Virna ingin mengusir pemuda itu, pemuda tersebut berkata, "Aku akan pergi, tapi bisakah kamu membantuku, agar aku bisa kembali ke duniaku?" Mampukah Virna membantu kucing ajaib itu kembali ke dunianya? Apakah kebersamaan mereka tidak menimbulkan sebuah perasaan cinta, hingga perpisahan mereka suatu hari akan berjalan lancar? Mengapa seorang pangeran bisa berubah menjadi seekor kucing? Baca yuk sampai tamat. Author Mithavic Himura Desain Cover : Beruang

MithavicHimura · Fantasi
Peringkat tidak cukup
439 Chs

MEMBUNTUTI!

"Dasar! Pembohong!"

Tanpa sadar, Pak Hanzie bicara seperti itu, sembari menatap Virna yang terlihat terburu-buru pergi dari tempat itu, tanpa menyadari dirinya diperhatikan oleh Pak Hanzie.

Tanpa memperdulikan, Farhan yang bengong melihat kemarahannya, Pak Hanzie segera ke toko, di mana Virna tadi keluar dari sana.

Pria itu segera menemui kasir yang bekerja di toko tersebut.

Melihat dirinya, si kasir terlihat merona! Baru kali ini, anak pemilik supermarket terbesar di mall tersebut mendatanginya seperti itu.

Sedangkan Pak Hanzie? Karena terlalu kesal, sampai mengabaikan kondisi wajah si kasir, tetap ingin melaksanakan niatnya untuk mencari informasi tentang Virna.

"Mbak, apakah wanita berponi yang baru saja keluar dari sini itu, membeli pakaian di sini?" tanyanya, pada si kasir.

"Oh, iya, Mas. Dia beli pakaian pria lengkap dengan underwear."

"Dengan underwear?"

"Iya."

"Apakah dia bilang membelikan untuk siapa?"

"Tidak. Dia tidak bilang untuk siapa, hanya masuk, memilih lalu membayar tanpa bicara apapun."

"Oh, ya sudah. Terimakasih."

Pak Hanzie berbalik, dan ingin melangkah pergi meninggalkan sang kasir, tapi gerakannya terhenti ketika suara kasir itu terdengar.

"Wanita itu siapanya, Mas?" katanya dengan suara terdengar serius.

Pak Hanzie berbalik dan menatap ke arah kasir itu sesaat.

"Bukan siapa-siapa!" jawabnya, lalu kembali membalikkan tubuhnya, dan beranjak meninggalkan sang kasir dan keluar dari toko tersebut.

Di luar, Farhan menyambut. Benar-benar tidak menyangka, sahabatnya itu bisa melakukan hal itu untuk seorang wanita.

"Cewek tadi, pacar kamu?" tanya Farhan dengan nada suara serius.

"Bukan. Karyawanku!"

"Tapi, perlakuan kamu membuatku melihat kamu seperti sedang cemburu?"

"Sudahlah! Tidak usah banyak bertanya! Pacar? Dia itu karyawanku, dia berhutang padaku dan beralasan ingin membeli underwear, tapi ternyata dia membeli pakaian pria! Aku tidak suka seseorang yang berbohong untuk mendapatkan sesuatu!"

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Pak Hanzie melangkah meninggalkan Farhan. Farhan yang ditinggalkan begitu saja oleh Hanzie segera menyusul setengah berlari.

Mereka melangkah tidak menghiraukan tatapan para pengunjung mall, yang terpesona dengan mereka.

Di luar dari latar belakang mereka yang anak orang kaya, hanya penampilan dan wajah mereka saja, sudah mampu membuat para kaum hawa merasa terpesona jika melihat mereka ada di tempat umum seperti itu.

"Hanzie, kamu pacaran dengan karyawan sendiri?"

Tidak pantang menyerah mencari informasi, Farhan melontarkan pertanyaan itu, sembari melangkah sejajar dengan sahabatnya tersebut.

"Jangan sembarangan! Aku bilang, aku melakukan ini karena kesal sudah dibohongi saja, bukan karena cemburu!" sahut Hanzie tanpa menoleh.

Pria itu mempercepat langkahnya untuk mencapai parkiran, di mana mobilnya terparkir.

Ketika ia ingin membuka pintu mobil, ia berbalik dan menatap Farhan yang masih tidak percaya dengan isi penjelasannya.

"Reaksi kamu ini begitu kentara, apakah kamu cemburu wanita itu membeli pakaian pria? Dia selingkuh? Bukankah bisa jadi dia melakukan itu karena bisa saja untuk saudaranya, atau keluarganya?"

Farhan masih getol untuk mengajak Hanzie berpikir panjang dalam menanggapi sesuatu.

"Sudahlah! Semakin kamu banyak bicara, semakin kesal aku padanya! Aku bilang aku tidak berpacaran dengan dia, yang benar saja. Aku hanya tidak suka dibohongi, itu saja!"

Untuk kesekian kalinya, Hanzie menyangkal dan mengucapkan kalimat tersebut pada Farhan.

Setelah itu, ia membuka pintu mobil setelah sebelumnya pamit pada sahabatnya itu meskipun Farhan, masih ingin bicara banyak dengan Hanzie karena mereka lama tidak bertemu.

Farhan menatapi mobil Hanzie yang mulai bergerak meninggalkan parkiran, sembari geleng-geleng kepala.

Setahunya, Hanzie tidak pernah bersikap seperti itu pada seorang wanita. Sedangkan yang tadi? Kentara sekali bahwa pria itu seperti cemburu!

Cemburu karena wanita berponi itu membeli pakaian pria yang bukan diperuntukkan dirinya mungkin?

Pak Hanzie mengendarai mobilnya meninggalkan salah satu mall terbesar di kota kayu Samarinda sedikit cepat.

Perasaan sebalnya masih menyelimuti hati. Sebal, karena Virna berbohong padanya.

Rasanya, ia ingin sekali mengecek langsung dengan menemui wanita itu segera. Memang, terdengar sangat berlebihan untuk ukuran hubungan bos dan karyawan, tapi kebohongan adalah sesuatu yang paling tidak ia sukai selama ini dalam hidupnya.

Virna harus diberi pelajaran! Begitu, kata hatinya!

Di tengah perjalanan menuju kost Virna, Pak Hanzie melihat Virna yang turun dari angkot, dan terlihat ingin mampir ke sebuah warung pinggiran yang menjual makanan ikan laut.

Pak Hanzie menepikan mobilnya, tidak jauh dari warung pinggiran tersebut.

Memperhatikan Virna yang terlihat ingin membeli sesuatu di warung itu. Pak Hanzie bisa menebak apa yang dibeli oleh wanita itu di sana.

Ikan bakar!

"Pantas saja dia banyak berhutang. Saat tanggal tua, dia tidak bisa cerdas membeli ikan di pasar saja untuk persediaan, malah beli di warung seperti itu, dengan harga yang mahal!"

Pak Hanzie komat-kamit sendiri.

Di sana, Virna sudah selesai dengan transaksinya. Di salah satu tangannya yang sudah menenteng satu plastik berlogo toko di mana ia membeli pakaian pria tadi, ia juga menenteng makanan yang tadi ia beli di warung pinggiran tersebut.

Setelah itu, si gadis berjalan kaki di tepi trotoar dengan langkah yang cepat.

Membuat Pak Hanzie hanya geleng-geleng kepala. Mengapa wanita itu nekat berhenti di warung pinggiran itu, sedangkan lokasinya masih sedikit jauh dari tempat tinggalnya?

Awalnya, Pak Hanzie mengira, Virna akan menyetop angkot kembali untuk pulang. Tapi, dugaannya salah.

Gadis itu nekat berjalan kaki untuk melanjutkan perjalanan.

Pak Hanzie berniat untuk menyapa gadis itu untuk sekalian memberikan tumpangan.

Tapi, ketika baru saja ingin sedikit mempercepat mobilnya untuk mensejajari di mana Virna berada.

Niatnya terhenti, ketika tiba-tiba saja seorang pria mencegat Virna dan tanpa banyak kata menyerang wanita itu dengan jurusnya yang luar biasa cepat dan tangkas.

Pak Hanzie mematikan mesin mobilnya. Ingin keluar dari mobil untuk menolong. Tapi, melihat Virna ternyata bisa menghadapi serangan pria tersebut, Pak Hanzie menghentikan niatnya untuk keluar dari mobil, dan memilih memperhatikan Virna yang bertarung sengit dengan pria yang menyerangnya itu.

"Badannya kecil, tapi ternyata dia bisa beladiri?"

Pak Hanzie komat-kamit sendiri. Matanya sampai tidak berkedip menatap jalannya perkelahian antara Virna dan pria yang menyerangnya tadi.

Sementara itu, Virna yang kaget tiba-tiba diserang seperti itu, tetap berusaha untuk melindungi diri dari serangan mematikan pria asing tersebut.

Keringat memercik di wajah gadis itu. Menandakan, lawannya bukan lawan yang main-main.

"Hei! Kamu itu siapa? Kenapa kamu tiba-tiba menyerangku? Kamu mau merampokku? Kamu salah sasaran! Aku, orang miskin! Percuma kamu mau merampokku! Belanjaan ini juga hasil dari berhutang! Aku bukan orang kaya!!"

Ucapan itu dilontarkan oleh Virna dengan nada suara yang meninggi.

"Aku menyerangmu, karena tubuhmu, seperti menyimpan bau Pangeran Jeelian!"

Note: Menyelidiki sebelum menyimpulkan adalah ciri manusia yang berpikir panjang dalam membuat keputusan.

(Siapakah pria yang menyerang Virna? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)