Duar,
Bagai tersambar petir di siang bolong, Dinda langsung balik kanan meremas dadanya yang terasa amat sakit. Apa yang dilihat oleh netra matanya membuat Dinda memilih mundur dan kembali menutup pintu ruangan.
Mutim dan Andi hanya berdua dimana Mutim mengulurkan gelas ke bibir Andi. Pemandangan biasa bagi orang lain tapi begitu terasa menyakitkan untuk Dinda.
April yang kehilangan jejak Dinda dan baru menemukan pintu ruang rawat Andi langsung mengetuk pintu ruangan. Setelah dipersilakan masuk April membukanya. Matanya melebar melihat Andi hanya berdua dengan seorang wanita yang tidak April kenal. April celingukan, matanya menjelajahi setiap ruangan mencari keberadaan Dinda, membuat Andi dan Mutim menatapnya heran.
"Dinda mana?" cetus April yang justru membuat Andi mengernyitkan dahi karena bingung.
"Dinda?"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com