webnovel

Untukmu

Carol memberi tahu Aksa kalau ibu Sofia di bawa ke ICU, Aksa segera pamit dan berjalan ke ICU yang berada di belakang ruang IGD. Aksa menatap Sofia yang baru saja keluar dari ruang ICU, dia tampak duduk di kursi yang ada di depan ICU, Aksa melihat bahu gadis itu terguncang, sepertinya dia menangis. Gadis itu terlihat rapuh sangat berbeda dengan saat berada di kantor yang terlihat seperti batu yang menjulang. Aksa juga melihat Sofia bersidekap dan tampak kedinginan, kemeja lengan panjang putih bermotif floral yang dipakaainya sepertinya tak cukup tebal untuk menahan udara dingin yang berhembus dari luar ruangan. Aksa mendekati gadis itu, duduk di sampingnya dan menghiburnya tapi meski dia merasa sebenarnya ragu Sofia mau menerimanya karena gadis itu sangat keras kepala dan selalu memandang rendah terhadapnya.

Aksa berjalan menuju mini market yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri karena berada di area rumah sakit, melihat namanya Aksa yakin minimarket ini milik rumah sakit. Dia segera mengambil minuman coklat dan kopi yang kemudian di seduhnya dengan air panas setelah dia membayarnya di kasir.

Aksa kembali ke tempatnya berdiri tadi dan dia melihat Sofia masih duduk di tempatnya hanya saja gerakan bahunya sudah tidak sekeras tadi. Aksa berjalan dengan ragu ke arah Sofia. Aksa duduk di depan Sofia dan menyerahkan coklat panas untuk gadis di depannya. Sofia menatap curiga.

"Maaf tadi pas lewat sini, aku melihatmu," tangan Aksa masih terulur.

Sofia masih diam.

"Siapa yang sakit?" tanya Aksa melihat gadis itu diam saja.

Sofia menatap Aksa tapi tak mengatakan apa-apa.

"Minumlah, mungkin bisa sedikit menghangatkanmu," Aksa menggoyangkan sedkit gelas kertas yang dipegangnya, "ini bisa membuatmu rileks,"

Sofia masih diam,

"Maaf kalau mengganggumu. Aku akan pergi masih ada urusan yang harus dilakukan, Ini aku letakkan disini, kamu bisa meminumnya setelah aku pergi," Aksa berdiri setelah gadis itu tak menanggapinya sama sekali kecuali tatapan mata yang menatapnya dengan curiga,

"Selamat malam," Aksa melepas jas yang dipakainya dan memasangnya di bahu Sofia, berharap gadis itu tetap memakainya dan tidak menghempaskannya.

Sofia kaget saat sesuatu yang hangat menyentuh bahunya dan aroma yang memabukkan yang ternyata itu jas milik milik Aksa yang disampirkan di bahunya. Sofia ingin segera melepas jas itu dan dikembalikan ke Aksa tapi tatapan mata Aksa terasa mengintimidasinya membuat Sofia merinding.

"Pakai supaya kamu tidak kedinginan!" titah Aksa, suaranya terdengar dingin.

"Terimakasih," katanya lirih dan kaku terdengar sangat terpaksa. Sofia seperti tak mengerti anak manja itu bisa mengintimidasinya.

Aksa tersenyum meninggalkan tempat itu, dia tahu tampaknya Sofia tidak bisa menerima kebaikan orang lain. setelah berjalan beberapa langkah, Aksa menoleh ke belakang melihat apa yang dilakukan gadis itu sepeninggalnya. Gadis itu tampak tengah menatap coklat panas pemberiannya, tatapan mata sofia tak terbaca.

Aksa meninggalkan rumah sakit dengan berat hati, dia ingin sekali tetap berada di sana menghibur dan mendekap gadis itu. Aksa tak tahu apa yang ada pikirannya yang jelas gadis itu selalu memenuhi otaknya sejak hari pertama mereka bertemu. gadis ini berbeda dengan gadis kebanyakan yang ditemuinya. Gadis itu sama sekali tak tertarik padanya dan yang menarik perhatiannya adalah gadis itu seperti membangun benteng di sekitar dirinya dan tak membiarkan orang lain memasukinya.

Sambil berjalan menuju mobilnya, Aksa menelpon Devan menanyakan acara peluncuran produk kosmetik yang sudah selesai dan juga meminta Devan untuk mencari informasi tentang Sofia secepatnya.

Keesokan paginya saat Aksa melintas di depan ruangan Sofia, dia tak melihat gadis itu di kursinya, Aksa menduga, tadi malam Sofia menunggui ibunya yang sakit, mungkin hari ini dia datang siang atau bahkan tidak datang sama sekali.

Aksa duduk di ruangannya dengan gelisah, ditatapnnya jam di tangannya, waktu menunjukkan jam sembilan tiga puluh menit tapi Devan belum datang. Aksa meminta sekeretarismya, Shinta untuk memanggil Sofia ke ruangannya. Tiga menit kemudian pintu ruangan Aksa diketuk, Aksa segera menegakkan tubuhnya mengira yang datang adalah Sofia tapi ternyata setelah pintu terbuka yang masuk adalah Shinta.

"Maaf, Pak. Hari ini Bu Sofia tidak hadir, ibunya masuk rumah sakit semalam jadi dia ijin selama tiga hari untuk menunggui ibunya di rumah sakit."

"Oh, ya? Ibunya sakit apa?"

"Sepertinya jantung, Pak,"

"Apa yang kamu tahu tentang Sofia, Shin?"

"Tak banyak. Kenapa? Kamu naksir dia ya?" goda shinta yang merupakan sepupu Aksa.

Aksa mendengus, Shinta tertawa.