"Angkasa!" teriakan dengan suara nyaring itu membuat pria bersergam putih abu itu berhenti seketika, tak perlu membalikan tubuhnya untuk tau siapa yang memanggilnya
gadis bertubuh mungil itu memegang bahu Angkasa sebagai tumpuan, ia mengatu
r deru nafasnya terlebih dahulu
"Angkasa kenapa ga bales pesan Airin?" tanya gadis itu terengah engah
Angkasa menatap Airin sekilas saja "Maaf rin" Airin ingin bertanya lagi tapi, tunggu dulu.
"Angkasa kenapa?" tanyanya memegang pipi Angkasa yang sedikit memar dan ada beberapa luka lagi di wajahnya
Airin nampak masih khawatir " itu luka" lirihnya memegang kening Angkasa dan kali ini Angkasa membiarkannya
"sakit?" tanya Airin mengelus pipi Angkasa lembut, Ais! sepertinya mereka lupa ini dimana
"Ekhem!" suara deheman buk Helen membuat Airin buru buru melepaskan tangannya dari pipi Angkasa, ia gelagapan.
"Masih pagi kalian sudah menebar keuwuan, Airin! Angkasa! ini itu sekolah, bukan taman kanak kanak!" Sentah buk Helen seraya bersedekap dada
"emang di taman kanak kanak boleh menebar keuwuan buk?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibir mungil Airin membuat Angkasa mengeleng pelan
"Sudah sudah! ini sudah masuk jam pelajaran, sana masuk!" Airin langsung merunduk dan mengangguk pelan
"Aku anter" bisik Angkasa pelan namun masih terdengar di telinga buk Helen
"He! kamu fikir Airin barang online apa pake di anter segala, udah sana! masuk ke kelas masing masing!" titah buk helen galak
Airin langsung berlari kecil menuju kelasnya
"Kamu kenapa masih disini?" tanya buk Helen membuat Angkasa buru buru mengambil langkah
Airin mengetuk pintu kelasnya pelan "Permisi" ujarnya takut takut
pak Berto mengeleng geleng kepalanya pelan "Airin Airin" ujarnya berdecak
"Eh bapak" ujarnya gugup
"jam berapa ini Airin?" tanya pak Berto berjalan mendekat
"Lewat 10 menit kok pak" senggah Airin membela diri
"Sudah sudah, untung ulangan belum di mulai kalau sudah di mulai kamu tidak boleh masuk." seulas senyum itu tercetak jelas di wajah cantik Airin
"Makasih bapak!" tuturnya dengan semangat
kaki mungilnya dengan lincah melangkah dengan gesitnya ia langsung mendaratkan bokongnya dengan sempurna
"Lo lama banget" bisik Vanya pelan
"Pacaran dulu dong" pamernya pada Vanya
"Sok banget lo najis" bisik Vanya menjentik dahi Airin pelan
"Setan lo Nya!" pekiknya
"Oke, ulangannya akan segera di mulai"
________________________
____________
Angkasa melangkahkan kakinya dengan santai mengabaikan guru yang tengah menulis di papan tulis
buk Aya menggeleng pelan, Anak ini benar benar ck!
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk?" ujar Buk Aya berkacak pinggang
Angkasa membalikan tubuhnya "Saya kan mau belajar buk" alasan Angkasa
Buk aya menggeleng pelan " kamu terlambat 15 menit, silahkan keluar" perintah buk Aya, Angkasa membalikan tubuhnya
"Makasih ibu" ucapnya tersenyum lalu melongos begitu saja
buk Aya menggeleng geleng kan kepalanya seraya berkacak pinggang
"Ada yang mau bernasib sama seperti Angkasa?" Buk Aya di buat terpelongo ketika melihat 3 orang murid baru itu mengangkat tangan mereka tinggi tinggi
"Mau di hukum seperti Angkasa?" Tanyanya bersedekap dada
ketiga siswa itu mengangguk dengan semangat membuat buk Aya kesal setengah mati!
BRUKK
"Keluar sekarang!" marahnya, ia melihat ketiga siswanya itu langsung terdiam sepertinya ia berha-
"Kantin!" teriak ketiga cowok itu seraya berlari keluar kelas
ah, buk Aya ternyata salah, ia tak berhasil sama sekali
"Bos! tungguin atuh" rengek Deo
Angkasa menoleh"Kantin apa rooftop?" Tanya Angkasa sedikit berteriak
"Kantin!" seru ketiga sahabat Angkasa itu berbarengan
Angkasa tersenyum kecil, ia merasa moodnya cukup baik hari ini tiba tiba saja dua lengan sudah melingkar di bahunya, dengan Elang di sisi kanan dan Deo di sisi kirinya sedangkan Aksara ia berada tepat di sebelah Deo
mereka berjalan beriringan bersedandung ria dan tertawa bersama "eh neng Anya" goda Deo saat melihat Vanya melintas bersama Airin
"Hai Deo!" sapa Vanya melambaikan tangannya seraya tersenyum
"Aduh neng, senyumnya melu-"
"Ekhem" Deo melirik Elang lalu tercengir
"maaf ya lang suka lupa kalau Vanya ada pawangnya" ucapnya di iringi senyuman yang membuat Elang ingin sekali menonjok temannya ini
"Rin, kok di kantin?" Tanya Angkasa
"eum, itu di suru sama guru" Bohongnya
Vanya merasa geli sendiri melihat senyum Airin ia benar benar berubah 180% jika berhadapan dengan Angkasa
"Kita di keluarin dari kelas" ujar Vanya seraya memilih makanan di daftar menu
"Kok bisa Nya?" Tanya Elang
"Airin nih! ga bisa diem nyerocos mulu, bukannya ngerjain ulangan malah nyoret nyoret buku nulis nam-" Airin menutup mulut Vanya dengan satu biskuit yang ia masukan secara paksa, jika tidak seperti itu mau di letak dimana wajah Airin? Vanya bego!
"kita duduk di sana ya" ujarnya cepat mengeret tangan Vanya menjauh
Keempat cowo itu saling tatap tak mengerti mereka memilih duduk di bangku pojok kantin, sedangkan Airin ia sudah siap menyembur Vanya dengan seribu sumpah sarapahnya
"Sialan lo Nya!" pekiknya ketika mendaratkan bokongnya ke kursi pelastik berwarna hijau itu
Vanya tertawa terpingkal pingkal melihat wajah merah Airin benar benar sangat lucu baginya "sok malu malu lo kampret!" Airin melemparkan kotak tisu itu tepat mengenai wajah Vanya
"Ngeselin lo!" kesalnya lagi membuang wajah ke sembarang arah
"Ya lo nya sih Rin, kenapa harus sok manis kalau depan Angkasa?" ujarnya
"Mang seblak 2!" teriak Airin
"Buat Anya yang super pedes mang!" tambahnya lagi
Vanya menepuk punggung tangan Airin seraya melotot sedangkan Airin, ia menjulurkan lidahnya lalu tertawa
"Kalau gue kayak gini ga ada feminim feminimnya apa Angkasa mau sama gue?" Tanya Airin pada Vanya
"Emang dengan lo kayak gini Angkasa mau sama lo?" ledek Vanya
"Au ah Nya! kesel gue"
________________________
_____________
"Luka lo udah di obatin sa?" tanya Aksara seraya memasukan sebiji bakso kecil ke mulutnya
Angkasa menggeleng pelan "Belum" jawabnya singkat
"Kalau lo?" tanya Aksara pada Elang
Elang tersenyum bangga, di sisirnya rambutnya kebelakang dengan jari jarinya "Udah dong!" ucapnya sombong
"Bunda?" tanya mereka bertiga berbarengan
Elang menggeleng lalu ia mendekatkan wajahnya "Vanya!" pekiknya pelan
"Apa itu miskah?!" respon Deo sok kaget
"itu adalah ketidakmungkinan dalam hidul lo lang!" Aksara membelalakan matanya sempurna
"oh" ya, kita tau siapa yang memberi respon seperti ini, yap! Angkasa pramudya
Angkasa cukup menikmanti sarapan pagi dengan baksonya itu hingga tiba tiba ia merasa, jantungnya bergerak dengan cepat.
Angkasa menelan salivanya pelan, mencoba merasakan detak jantungnya sendiri dan jantungnya memang berdetak tak beraturan
Angkasa meneguk segelas air putih yang ada atas meja dengan satu tegukan saja, deru nafasnya mulai tak beraturan. ck! ada apa dengan dirinya?
Elang yang berada tepat di sebelah Angkasa langsung menepuk pundak Angkasa pelan "Lo aman kan sa?" ujarnya pelan
Angkasa menoleh, ia berusaha tersenyum lalu mengangguk "Gue harus ke toilet" Aksara dan Deo yang tadinya tengah bertengkar dan saling lempar lemparan kulit kacang langsung menoleh ke sumber suara
"Aman kan bos?" Ujar Aksara dan di angguki Angkasa pelan
Angkasa berjalan tertatih perlahan ia merasa kepalanya juga ikut berdenyut, di bukanya pintu toilet itu lalu ia basuh wajahnya dengan air di wastafel. Angkasa menatap wajahnya di pantulan kaca itu
"Lo kenapa Asa?" tanyanya menampar dirinya sendiri
sakit.
bahkan sangat
"Arghhh" erangnya memegang dadanya kuat, Angkasa berusaha mengatur deru nafasnya perlahan lahan
kenapa? apa ia sakit?