webnovel

Javanese Freislor

"Sadarlah, Breckson! Kau tidak akan bisa hidup bersamaku! Sekalipun aku mencintaimu, tapi aku tahu kedudukan kita berbeda!" pekik Freislor. "Aku tidak peduli itu, Freis!" Breckson menjawabnya dengan nada tinggi. Freislor, sosok perempuan yang memiliki tugas tersendiri untuk menemukan sosok Grendolfin, seorang dewi yang diutus ke bumi untuk mengadili suatu perkara. Ia bertemu dengan sosok Breckson, salah satu pemimpin Negara Zavrainz yang digadang-gadang menjadi pusat peradaban dunia. Pertemuan mereka diawali dengan kejadian tragis. Di mana Freislor merupakan salah satu kaum buangan dari beberapa negeri. Ia memperjuangkan para penduduknya untuk diberikan tempat tinggal di Negara Zavrainz sekalipun dia mendapat hinaan dan pembulian dari para warga. Beberapa tahun setelahnya, dia melanjutkan misi untuk mengalahkan Tuan Reos. Pada akhirnya, Breckson, Freislor dan Tuan Krapolis berkelana ke masa lalu, masa depan dan kematian untuk menemukan Grendolfin. Di sana, mereka mendapatkan beberapa pengetahuan baru mengenai Hasta Brata yang berasal dari kaum Jawa. Tak hanya itu, dia mendapatkan teka-teki baru yakni dengan permainan angka dan waktu yang terdiri dari satu, tiga dan juga lima. Hal itu diperjelas dengan sebuah puisi yang dibuat oleh ayahnya. Satu kali satu, aku berlari Dua kali satu, aku berputar Tiga kali dua, aku berhenti Tunggu dulu, sepertinya aku salah langkah Ku putar langkahku sebesar tiga puluh derajat ke kiri Ku dapati sebuah garis panjang yang mengarah ke suatu tempat Dihiasi cahaya bermandikan gemerlap bintang Aku dan kamu menjadi kita Selama perjalan, mereka juga mendapatkan kunci untuk mengalahkan Tuan Reos dari adanya petunjuk Serat Joyoboyo. Tak hanya itu, dia juga menemukan jati dirinya sebagai pemimpin di sebuah negeri. Breckson akhirnya sempat menyatakan cinta kepada Freislor. Namun, kisah cinta itu berubah setelah bertemu dengan Poresa. Ditambah lagi, beberapa kitab kuno menyebutkan bahwa hidup Freislor hanya sebatas hitungan angka dan waktu. Lantas, bagaimanakah dengan misi mereka? Akankah mereka berhasil membunuh Tuan Reos? Bagaimana dengan kisah cinta Freislor? Siapa yang akan dia pilih?

Rainzanov_words · Fantasi
Peringkat tidak cukup
351 Chs

Perseteruan antara Reos dan Krapolis

"Tentu saja belum cukup, dasar kaum lemah! Hahaha, aku tidak menyangka sekarang kaummu akan mengasingkan diri! Hanya Raja bodoh yang mau menerima kaum lemah sepertimu! Apa kau tidak ingat? Semua serpihan Yertris telah ku sambungkan! Hahaha.. dan kau sekarang lemah! Tidak ada yang bisa menandingiku dan saudara-saudaraku yang lain!" bentak Reos sembari tersenyum licik.

"Kurang ajar! Tutup mulutmu Reos! Kau mungkin bisa mendapatkan kepingan yang paling berharga dariku! Tapi, sepertinya ada yang terlewatkan, dan aku telah mendapatkan bagian penting itu. Kau tahu maksudku, kan?" tanya Freislor sembari tersenyum licik. Ia memicingkan kedua matanya ke arah sang elang.

"Sudahlah, kamu terlalu banyak bicara! Matilah sekarang, Krapolis!" bentaknya dengan raut wajah marah. Reos dan yang lainnya menyatukan kekuatan mereka. Kini, sang alam nampak seperti neraka. Semua cahaya padam, dan petir menyambar di angkasa. Untuk sekilas, Freislor melirik ke arah Breckson. Gadis itu menjentikkan jemarinya. Dalam hitungan detik, tubuh Breckson terlempar jauh. Remaja itu pingsan.

"Maafkan aku, kau tidak boleh ikut campur untuk urusan ini," batinnya. Dalam hitungan detik, petir yang telah dibuat oleh Reos dan yang lainnya perlahan menyeret tubuh Freislor. Namun, pedang miliknya ia ayunkan ke depan. Gadis itu berusaha sekuat tenaga untuk menahan petir besar yang hendak menariknya. Namun, kekuatan dari pedang itu terlalu lemah. Pada akhirnya, pedang itu terpental jauh dan membuat tubuh Freislor ikut terpental.

"Hahaha! Bagaimana? Apa kamu masih mau menyangkal kekuatan kita?" tanya Reos dan Lipetrin. Sang ular dan sang elang yang menjadi manusia itu tersenyum licik. Krapolis yang menguasai tubuh Freislor seketika menggumamkan sesuatu.

"Grelsodik," ucapnya perlahan. Kedua mata Krapolis terpejam, langit semakin menjadi-jadi. Beberapa orang yang berada di sana, seakan tertarik dan terombang-ambing. Suasana kala itu menegangkan. Tubuh Freislor terangkat ke atas awan dengan sendirinya. Kedua matanya terpejam. Seluruh tubuhnya membeku dan berubah menjadi kristal. Pedang yang tadinya terpental, kembali tergenggam di tangan kanannya.

"Soraeinjanai," ucapnya lirih. Ada beberapa hal yang tampak mengerikan di sana. Karena dunia seakan mengerahkan ambisi untuk mengacaukan seluruh manusia. Adrenalin keberanian seketika teruji. Namun, Freislor tahu bahwa, hal ini adalah satu-satunya jalan untuk melakukan penyerangan beruntun.

"Freis! Apa rencanamu sebenarnya?" teriak Karoline, salah satu teman Freislor yang paling dipercaya olehnya. Gadis itu terbang ke angkasa dan berdiri di samping temannya.

"Graoelso," ucapnya lirih. Kedua tangannya bersiap dengan bilah pedang panjang yang ia genggam. Awalnya, ada beberapa hal yang tak bisa ia kontrol karena kekuatan dari semesta begitu besar, dan semuanya seakan menyatu untuk membela Guansin, Relopso dan juga Atreas. Sehingga, langit menyalahgunakan kekuatannya. Ada seberkas warna jingga dan oranye menyatu, beberapa burung gagak terus menyuarakan kegirangan. Mereka semua beradu pedang dengan brutal. Freislor sesekali merendahkan tubuhnya, mencari celah untuk menyerang. "Hahaha.. kamu tahu apa yang akan kamu hadapi, kan?" tanya Karoline sembari memutar kedua bola matanya dengan wajah lemas.

"Apa kau mau membantuku?" Freislor menoleh ke arah Karoline, gadis itu menganggukkan kepala. Keduanya tersenyum, saling bergandengan tangan. Detik selanjutnya, mereka memejamkan kedua mata, sang mentari yang tak seharusnya terbit di malam hari, tiba-tiba saja terbit dari arah utara. Di satus sisi, seekor kuda berwarna ungu datang dan berlari memutari mereka. Timbul beberapa cahaya pelangi yang berkobar di sana. Freislor dan Karoline berubah menjadi sosok perempuan dewasa dengan perisai dan baju perang. Muncul sebuah tanduk di kening mereka berdua.

"Sring… sring!"

Karoline menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya. Gadis itu sangat lihai untuk menyerang di bagian kepala. Freislor membantu gadis itu dengan jalan memberikan beberapa tinjuan sebelum akhirnya, menghujamkan pedangnya tepat ke arah jantung. Pertarungan itu semakin mencekam, Reos memberikan serangan ke pergelangan kaki Freislor. Dan ia berhasil menggoreskan luka di sana.

"Treusy," ucapnya lirih. Ia mengayunkan pedangnya ke depan, membuat semua orang yang ada di sana terpental. Kedua tangannya terbuka ke samping kanan dan kiri, membuat beberapa bilah pedang terbang ke arah Reos dan yang lainnya. Freislor yang melihatnya tersenyum licik.