webnovel

Chapter 1

Sejak aku masih kecil, aku ini hanyalah gadis jalanan yang hanya berdiam diri mengemis di jalanan yang sama, menunggu orang lewat dan melihat berapa yang mereka berikan padaku. Tidak akan banyak yang mereka berikan, yang paling banyak terkadang, tadahan tanganku hanya dibuat untuk membuang bekas permen karet yang telah mereka kunyah dan tak sedikit yang memberiku koin sisa dari kantung baju mereka.

Semuanya tentu saja aku terima dengan sangat pasrah, aku sadar dimana kasta ku berada, dan ini semua hanyalah dunia penyesalan untuk ku, bahkan aku yang tak punya harapan seperti gadis kecil lain di luar sana hanya bisa kedinginan di malam hari, kepanasan di siang hari dan di setiap detik menjadi pelampiasa tendangan orang-orang yang lewat dengan tidak jelas.

Selama berada di tempat yang sama, aku pernah mengalami hal yang begitu menegangkan untuk pertama kalinya, saat itu adalah hal yang sangat buruk, ketika aku duduk di pinggir jalan dengan tubuh yang bahkan masih lusuh dan menyaksikan orang berlalu lalang dengan mobil bagusnya. Hanya duduk menatap dan berharap sesuatu.

"Kapan aku bisa punya mobil bagus, baju mewah dan berjalan tanpa banyak pikiran di umurku yang segini..." terus saja merenung hingga sesuatu terjadi.

Dua mobil hampir bertabrakan di perempatan jalan yang saat itu kebetulan sangat sepi, untung nya mereka benar-benar tidak melakukan nya jadi tak ada korban jiwa karena mereka sama-sama menginjak rem mobil masing-masing.

Seharusnya itu tak akan jadi masalah, tapi satu orang dari mobil tadi keluar dari mobilnya membawa tongkat pemukul sambil mengatakan sesuatu yang kesal.

"Kau bajingan!! Sialan, apa yang kau lakukan!! Kau tidak lihat jalan atau apa!!" langsung memukul beberapa kali kaca mobil satunya, namun, tak berakhir di sana.

Pemilik mobil itu keluar dan langsung menembak mati kepala orang tersebut, membuat setengah kepala nya hancur dengan banyaknya darah kental maupun cair keluar menciprat di bagian depan mobil mereka berdua, tak hanya itu, satu mata miliknya keluar bergelantungan dengan tali saraf yang masih bisa menahan bola mata tersebut, menjijikan, tapi juga mengerikan, keadaan jalanan memang sepi dan saksi wajah orang penembak hanyalah aku saja.

Aku bahkan menyaksikan semuanya dan yang paling penting, aku yang ingat wajah orang yang membawa pistol tersebut. Tatapan kosong ku terus menyaksikan hal itu membuat ku ingat dengan setiap detik dan ingatan ku, ku pastikan tak akan hilang dengan mudah.

Sampai sana, mayat tersebut langsung di masukan ke dalam mobil pria tersebut, beberapa orang suruhan juga menyingkirkan TKP dengan membersihkan darah, juga mencuri mobil korban tadi, jadi tidak meninggalkan bekas apapun termasuk mobil dan mayat itu, di bawa pergi.

Dari sanalah, aku menyadari bahwa orang bahaya tersebut yang berani beraninya dan dengan seenak jidatnya membunuh di tempat publik, adalah seorang Bos Geng. Hal seperti itu sudah biasa terjadi, seseorang yang menganggap dirinya berkuasa dalam hal kotor apapun itu yang membuatnya bisa di sebut sangat tinggi, maka pembunuhan yang dilakukannya pun tentu tidak akan bisa mengancam apapun yang dia miliki.

Hal itu tentunya bukan urusan ku disini, tetapi mau bagaimana lagi, hari-hari yang tak berselang lama terjadi, ada beberapa anggota Polisi maupun Detektif yang berjalan di sekitar tempat itu dan saling berbicara agak jauh dari tempat milik ku.

Yang aku dengar, mereka membicarakan kejadian yang baru saja terjadi itu, pembunuhan yang sangat bersih di tempat umum yang kebetulan sekali sepi, tak ada saksi satupun.

"Apakah benar pembunuhan terjadi di sini?"

"Ya, menurut keluarga korban, korban berpamitan pergi dan menemukan petunjuk bahwa pembunuhan pasti di sini, tapi pertanyaan nya, siapa pelaku nya? Kenapa harus sekali kebetulan tempat ini sepi dan tak ada akses CCTV yang bahkan tak ada yang berfungsi disini, tempat yang menjengkelkan, kita juga tidak dapat petunjuk kecuali bertanya pada saksi yang bahkan hantu pun tak akan melihat."

"Ya, memang, kita tak akan tahu jika di sini tak ada keamanan, tak ada perekaman publik sama sekali, jelas tempat ini sepi karena tidak aman. Dan bicara soal saksi, benar, di sini tempat sepi, ketika pembunuhan terjadi, tak ada saksi mata seorang pun."

Mereka sempat terdiam di antara aku melihat dan mengawasi mereka dari jauh, tetapi mereka mendadak menoleh bersamaan ke arah ku. Benar-benar aneh, aku tak mau menjadi apapun di sini apalagi terlibat dalam hal itu. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka malah mendekat padaku membuat ku terdiam waspada.

"Hei, kau... Gembel seperti mu kenapa bisa punya wajah yang manis?" mereka malah mengatakan hal aneh. Tapi, terima kasih pujian nya, aku memang gadis yang masih manis tapi kau lihat sendiri aku sedang di jalanan, tubuhku kotor dan yang membuat orang menilaiku manis, hanya mata besar dan rambut pirang turunan, turunan? Aku bahkan tak tahu orang tua ku seperti apa.

"Kau benar, dia tampak sangat manis mungkin jika ketika dewasa, dia akan cantik."

"Tapi disini, yang mengherankan adalah, dia adalah pengemis di sini."

Mereka berbicara semakin aneh sekali, entah itu basa basi atau bukan menjadikan ku sebagai bahan bicara mereka dan malah mengabaikanku, tidakkah kalian berpikir sekali saja bahwa kalian menghalangi uang masuk ke dalam kaleng di depan ku hingga aku berani bicara.

"Hei, Tuan, menyingkirlah dari sini, kalian menjadi mengganggu."

"Oh, nak, kita disini sedang ingin bertanya sesuatu padamu dengan sangat serius, pastikan bahwa kau tidak mengatakan nya dengan orang lain," tatap salah satu di antara mereka.

"Memang nya aku ini punya siapa, aku saja tidak dilahirkan dari manusia..."

"Woh, mulut miliknya tajam sekali... Langsung saja bicara padanya."

"Baiklah nak, kami hanya ingin bertanya apakah kau menyaksikan pembunuhan yang baru-baru ini terjadi di sini yakni antara dua orang dan salah satu dari mereka menembak dengan pistol lalu membersihkan tempat kejadian perkara dengan cepat sehingga tak seorang pun tahu kecuali saksi mata di sini, yakni kau sendiri, kami berpikir tak ada saksi mata, tapi semakin banyak informasi yang kami tanyakan pada orang-orang di sekitar sini, semuanya hanya menunjukmu dan juga mengarahkan pertanyaan kepadamu karena kau yang setiap hari selalu mencari uang di sini."

Oh, cukup tahu, jadi selama ini mereka semua selalu mengingatku, orang-orang yang di sini, mereka semua mengenal ku dan menebak kalau aku selalu ada di sini setiap hari mencari uang demi sesuap nasi masuk ke dalam perutku, tapi kenyataannya, mereka yang sudah mengenal ku disini, kenapa tak memberikan aku sembako? Atau uang? Kalian pikir aku di sini sedang bermain, duduk dengan permainan aneh yakni, mengemis? Dasar orang-orang tolol.

"Ah, jadi soal itu yah, aku bisa memberitahu kalian bagaimana kejadian nya kecuali, kalian harus melakukan sesuatu yang membuat ku buka mulut."

"Dia cerdik sekali..."

"Pantas saja bukan dilahirkan dari manusia."

"Ck, sudahlah, baiklah kami akan memberikan mu apapun kecuali kau memberitahu kami siapa orang itu, jika tidak kenal, hanya katakan saja ciri-cirinya dan bentuk wajahnya," kata salah satu dari mereka.

". . . Baiklah, untung nya aku punya ingatan tajam, aku bisa membantu kalian," ini salah satu cara aku bisa makan.

"Setuju," ada yang mengulur tangan hingga kontrak terikat.

Tampak aku duduk di dalam mobil dengan tenang dan sedikit terkesan dengan hal yang aku coba pertama seumur hidup ku ini.

"Ini bahkan pertama kalinya aku naik mobil yang meskipun sederhana."

Lalu ada salah satu dari mereka tadi yang masuk ke bangku supir dan menatap ku di bangku belakang. "Hei, gadis, aku pemilik mobil ini, nama ku Marito, salah satu Detektif atau Polisi Pelacak yang paling terpercaya dalam kasus pembunuh, aku lah yang paling banyak bicara dengan mu tadi, dan juga rekan ku tadi merupakan Polisi yang suka bercanda dan dia selalu menganggap kasus apapun itu enteng, aku salah mengajak nya tadi, dia naik mobil nya sendiri, jadi selama perjalanan, kau akan semobil dengan ku," kata lelaki itu yang mengaku bernama Marito.

Aku hanya mencoba pura-pura mengerti, memang benar sih, dia banyak bicara.

"Ah begitu, jadi, kalau begitu bisa beritahu aku kenapa aku sampai harus di bawa begini, apa aku semacam di culik? Bukankah yang harus aku lakukan hanyalah bilang wajah orangnya kemudian kalian akan memberikan aku imbalan, kan?" aku menatap, meskipun firasatku begitu tetapi wajah ku tetap tenang.

"Kau akan bertemu dengan atasan kami, pastinya harus bicara baik jadi ganti bajumu," Marito mengulurkan sebuah kotak baju kecil membuat ku bingung lalu aku mengambilnya, itu hanyalah gaun putih kecil untuk gadis kecil seumuran ku, yeah, mari buat perjanjian dan jangan lupa siapkan bahan-bahan perkataan.

Sesampainya di tempat tujuan, pertama kalinya aku melihat gedung besar di sana. "Wah, wah... Benar-benar tinggi," aku keluar dengan pakaian ku dan Polisi Pelacak tadi menjadi menoleh padaku, seketika wajahnya terkejut menatap ku sangat lama. Mungkin dia terkejut karena melihatku begitu manis di sini dengan pakaian yang dia berikan padaku tadi.

"Hei, apa yang kau lihat?" aku menatap tajam.

". . .Tidak ada, hanya saja kau kelihatan begitu manis dengan pakaian itu ... m-maksudku, Akh, sudahlah," dia malah menggeleng tak melanjutkan pujian untuk ku dan malah menyadarkan dirinya sendiri lalu berjalan duluan membuat ku terkejut dan mengejar nya.

Lalu kami masuk ke dalam ruangan seperti yang aku tahu, itu adalah kantor. Kemudian, aku mendengar dia sendiri berbicara dengan nada yang begitu formal sekali.

"Tuan besar, aku menemukan bantuan yang semoga bisa membantu kasus ini," tatap Marito, di sana ada Pria Paruh Baya menatap ku yang berjalan mengikuti Marito masuk.

". . . Manis sekali, dia putri mu?"

"Hah?! Bukan, aku saja belum menikah, dia hanyalah gadis saksi mata, mungkin dia bisa membantu Anda," tatapnya.

"Hm... Baiklah kalau begitu, pergilah," Bos besar itu menatap lalu Marito menundukkan badan dan berjalan pergi sementara aku terdiam bingung.

"Baiklah, selanjutnya, kamu akan membantu para Detektif itu memecahkan kasus pembunuhan kemarin yah, jika apa yang dikatakan kamu benar, aku akan memberikanmu imbalan, aku akan menanyaimu setiap detail ciri-cirinya, sebelum mulai, bisa aku tahu nama mu?" dia langsung bicara pada intinya, ya sudah, aku akan mengatakan nya di mulai dengan nama ku.

"Chandrea."

Kupikir, yeah, hari ini aku bukan gadis kecil lagi, itu hanyalah awal dimana aku tumbuh dan menjadi penting di antara kasus aksi yang begitu sangat menegangkan, ini aku, Chandrea, kekasih kematian mu.