webnovel

Aidan Dan Adira

Di sebuah rumah yang terlihat begitu cukup mewah dan terlihat seorang satpam sedang duduk menikmati kopi hitam di dalam rumah yang di khususkan untuk jaga malam. Bapak tersebut tampak menatap seorang pemuda yang sedang berdiri layaknya seperti ingin menantang diri nya berkelahi namun, pak satpam langsung mengabaikan tatapan tersebut karena ia sudah mulai terbiasa dengan pemuda itu. Pak satpam pun melanjutkan kembali untuk menikmati kopinya, sedangkan pemuda yang tadinya terus menatap dirinya sudah melangkahkan kedua kakinya menuju ke depan pintu rumah majikannya.

Pemuda yang penuh dengan tatoan serta penampilan seperti preman langsung mengetuk pintu selama 3 kali. Namun, masih belum ada sahutan sama sekali dari luar tapi ketika pemuda itu mencoba untuk sedikit mengintip ke dalam, ia melihat dua orang yang sedang duduk di sofa tamu, sambil masing-masing memainkan ponselnya dan tentunya kedua orang itu sendiri pemilik rumah tersebut.

"Sebaiknya aku masuk saja," ucap pemuda tersebut, ia sudah berulangkali pergi ke rumah itu tapi dirinya tetap saja di acuhkan oleh pemilik rumah hingga sekarang pemuda itupun sudah mulai terbiasa walaupun sebenarnya ia merasa sedikit tidak enak hati karena tidak di hargai sama sekali.

"Om ... Tante ... apa Adira nya sudah bangun?" tanya pemuda itu yang tidak lain Aidan kekasih anak kedua orang tua yang sedang duduk menatap sinis ke arah dirinya.

"Hem," jawab bapak Daren yang sudah berusia 55 tahun itu.

Setiap Aidan datang ke rumah, bapak Daren tidak pernah suka dengan kehadiran kekasih anaknya. Rasanya bapak Daren ingin mengusir dan menyingkirkan Aidan dari rumahnya, terutama bapak Daren benar-benar sangat jijik melihat penampilan Aidan layaknya preman kampung yang tidak terlihat seperti orang yang memiliki pendidikan tinggi, ataupun memiliki sebuah pekerjaan yang memiliki jabatan tinggi seperti dirinya.

"Aidan, kau sudah disini?"

Terdengar suara seorang gadis dari lantai atas dengan cukup nyaring dan tentunya itu adalah kekasih Aidan sendiri bernama Adira berusia 23 tahun. Gadis cantik, ceria dan memiliki hati yang begitu tulus mencintai Aidan selama ini.

"Hem, aku baru saja datang," ucap Aidan sambil tersenyum manis menatap ke arah Adira.

Melihat wajah cantik Adira, membuat Aidan benar-benar tidak bisa berpaling sedikitpun dengan gadis lain di luar sana. Hubungan kedua orang itu memang terjalin tidaklah begitu lama namun, kedua orang itu tampak saling mencintai satu sama lain selama ini. Tapi sayangnya, hubungan Aidan dan Adira dari awal tidak pernah di restui oleh kedua orang tua Adira.

"Papi, Mami. Aku dan Aidan akan pergi keluar sebentar untuk jalan-jalan," ucap Adira dengan begitu sopan kepada kedua orangtuanya.

"Adira, apa kau serius mengajak preman ini jalan-jalan bersama mu? Apa kau tidak malu, Nak?!" tanya ibu Adira secara terang-terangan di hadapan Aidan hingga membuat laki-laki itu merasa tidak enak hati mendengar nya namun, Aidan tetap bersabar dan mencoba untuk tetap bertahan berharap kedua orang tua Adira suatu saat nanti bisa menerima dirinya apa adanya.

"Aidan, ayo jalan!" ajak Adira mengabaikan ucapan ibunya, ia tidak ingin mendengarkan omongan ibunya yang menurutnya akan semakin membuat Aidan terluka.

Adira sebenarnya sangat tidak menyukai ucapan yang dilontarkan oleh kedua orangtuanya kepada kekasihnya itu selama ini. Namun, Adira mencoba untuk bersabar karena ia rasa jika kedua orangtua nya tidak menyetujui hubungan nya dengan Aidan, ia tentunya tidak akan pernah mempermasalahkan hal itu semua karena Adira merasa yang menjalani hubungan tersebut adalah dirinya dan apapun yang terjadi nantinya, ia akan menghadapi semuanya dengan berani.

Sedangkan Amira ibu dari Adira merasa geram karena sudah di abaikan oleh anaknya sendiri. Amira yang merasa umurnya sudah cukup tua itu, ia sangat berharap bisa mendapatkan menantu yang sesuai dengan kemauan nya, memiliki pekerjaan dengan gajih yang tinggi dan mampu membelikan barang-barang yang malah seperti berlian untuk anaknya. Namun, di usianya yang sudah 52 tahun ini dirinya malah dikecewakan oleh Adira karena sudah menjalani hubungan dengan seorang laki-laki yang menurutnya seperti preman kampung tidak memiliki apa-apa dan hanya sebagai parasit di kehidupan anaknya.

"Papi, apa kau berdiam diri saja melihat anak gadis mu itu berpacaran dengan preman itu?!" kesal Amira kepada suaminya.

"Mi, aku tidak perlu menjelaskan seperti apa aku tidak menyukai preman itu dan terutama aku bukan berati hanya diam saja melihat anak kita tersesat ke jalan yang salah! Hanya saja, Papi bingung harus melakukan apa supaya kedua orang ini putus hubungan?!" jelas bapak Daren dengan nada yang begitu dingin.

Pembantu yang bernama bibi Mina sedang asik menghidangkan makanan di atas meja saat ini, hanya diam saja. Ia tahu kedua majikan nya memang tidak pernah suka dengan kehadiran Aidan, apa lagi ketika mendengar kedua majikan yang ingin menyingkirkan kekasih dari anak majikan nya, membuat bibi Mina tidak dapat berbuat apa-apa dan terutama ia tidak ingin ikut campur dengan semua urusan orang-orang rumah itu.

Sekarang Aidan dan Adira telah tiba di sebuah mall, kedua orang itu tampak terlihat begitu romantis. Sejak berangkat dari rumah, mereka berdua saling berpelukan di atas motor hingga tiba mall mereka saling bergandengan tangan dengan sangat erat dan seolah-olah tempat tersebut tidak ada orang satupun. Adira tampak begitu manja saat bersama dengan Aidan dan untungnya kekasihnya itu tidak pernah sama sekali keberatan dengan sifat Adira. Justru Aidan merasa bersyukur kekasihnya tidak pernah sama sekali malu bergandengan dengan dirinya di yang memiliki penampilan tidak sebanding dengan penampilan Adira yang terlihat begitu mewah dan elegan itu.

"Aidan, kamu sudah makan tadi pagi?" tanya Adira dengan lembut dan Aidan mengelengkan kepalanya pelan. Ia memang tidak pernah sama sekali untuk serapan pagi selama ini karena ia hanya mampu makan satu sekali sehari saja di rumahnya yang sudah seperti gubuk tua itu.

Selama ini Adira mengenal Aidan memanglah laki-laki yang lebih dari kata sederhana. Ia sudah jelas tahu, seperti apa kehidupan yang di jalanin kekasihnya itu sendirian di rumah tersebut. Setahu Adira kedua orangtua Aidan sudah meninggal dunia, sedangkan semua keluarga nya, Adira tidak pernah tahu akan keberadaan nya karena Aidan sendiri juga tidak ingin menceritakan semua tentang keluarganya, tapi Adira juga tidak ingin memaksa kekasihnya itu untuk menceritakan semuanya yang penting Aidan sudah menceritakan kedua orangtuanya selama ini kepada nya.

"Adira ... aku ingin menceritakan sesuatu kepada mu ..." ucap Aidan dengan lemah, saat ini mereka berdua sedang duduk di kursi meja makan untuk menunggu makanan dan minuman yang barus saja Adira pesan.

"Katakan saja, Aidan," ucap Adira yang jelas bersedia mendengarkan apa yang ingin kekasihnya itu katakan saat ini kepadanya.

"Haruskah aku mengatakan nya kepada Adira sekarang? Tapi, bagaimana dengan keluarganya nanti? Aku rasa mereka tidak akan pernah mau menerima ku ..." gumam Aidan dalam hatinya, rasanya ia begitu berat untuk mengatakan itu semua kepada Adira. Tapi, Aidan sangat ingin Adira tahu supaya apa yang ia alami tidak membuat Adira bersedih ataupun kecewa, hanya karena dirinya tidak jujur mengatakan nya, itulah yang ada dipikiran Aidan saat ini.

Bab berikutnya