webnovel

Prolog  

Meet Aurora Resollia Ester

" ya ampun anak mama sangat cantik" ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja masuk ke kamar Aurora. Tersenyum hangat sambil mendekat untuk memeluk Aurora.

" Tentu saja aku kan anak mama" ucap Aurora segera menyambut pelukan ibuya.

Malam ini mereka akan bertemu keluarga William, keluarga dari calon tunangan pilihan keluarganya. Sejujurnya Aurora ingin sekali menolak pertunangan itu, Ia ingin memilih sendiri calon suaminya kelak saat ia sudah merasa siap untuk berkeluaraga. Ia juga ingin menjalin kisah cinta seperti kisa-kisah di novel yang sering Ia baca. tapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Ini semua demi keluarganya demi kelagsungan bisnis ayahnya.

Lagipula tidak ada salahnya menikah dengan pria dari keluarga William itu, kelas sosial mereka tidak perlu dipertanyakan dan yang pasti mereka adalah keluarga baik-baik karena ayah mempercayainya. toh nanti mereka bisa saling mengenal secara perlahan sebelum menikah. Benar mereka bisa saling mengenal lalu jatuh cinta. Seperti di novel yang ia baca. benar kan? Aurora berusaha untuk menghibur dirinya sendiri dengan semua hal positif yang sekarang tengah ia pikirkan.

Akhirnya mereka sampai di Restoran yang mereka tuju. Disanalah keluarga William tengah menunggu mereka.

"maaf kami sedikit terlambat " Gilbert Ester melirik jam tangannya lalu berjabat tangan dengan Haris Willian. Ibu Aurora pun melakukan hal yang sama sehingga Aurora juga mengikutinya.

" kau pasti Aurora, ya ampun kau benar-benar tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik" wanita yang ditahu Aurora Nyonya William itu tersenyum sambil memujinya. Namun entah mengapa Aurora tidak merasakan ketulusan dalam kalimatnya. Aurora hanya tersenyum canggung untuk membalas basa basi wanita itu.

Aurora melirik sekilas pada pria yang ada di depannya, pria itu tidak menunjukakan ekspresi apapun selain bosan dan benerapa kali tersenyum hanya untuk pormalitas atau ini mungkin hanya perasaan Aurora saja bahwa pria itu sama sekali tidak minat meliriknya lebih dari lima detik.

Mereka melanjutkan dengan basa-basi lalu memesan makanan.

" sesuai kesepakatan kita, mereka akan bertunangan dulu lalu biarkan mereka saling mengenal satu sama lain barulah kita langsungkan pernikahan" ucap haris memulai topic utama mereka.

"ya tentu. Aku yakin mereka akan sangat cocok dan kita tidak perlu menunggu terlalu lama. Benar kan sayang? " Gilbert menatap kearah Aurora untuk menanyakan pendapatnya. Aurora hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Kurasa kita juga harus mendengarkan pendapat dari Chris, bagaimana pendapatmu nak" ucap ibu Aurora

Semua mata tertuju pada Christofer William, pria itu memasang senyum yang lagi lagi terlihat seperti pura-pura di mata Aurora. "aku percaya pada pilihan keluargaku, dan aku berjanji akan memperlakukan putri anda dengan baik, aku kan melindunginya dengan hidupku jika perlu" pria itu mengalihkan tatapannya kearah Aurora, masih dengan senyum yang tidak memudar dibibirnya. Seandainya saja Aurora tidak melihat kepalsuan dalam senyum itu dia pasti sudah hanyut dalam kalimat romantis yang dilontarkan pria itu barusan.

" sudah ku duga dia memang anak yang sangat baik" ucap ibu Aurora memujinya

" benar kita memang tidak salah menjodohkan mereka, lihat mereka sangat serasi" ucap ayah Aurora dengan kegembiraan yang tidak di tutup-tutupi. Ayahnya sama sekali tidak menyadari apapun atau sekali lagi ini hanyalah perasaan Aurora saja.

"aku berani menjamin bahwa anakku adalah yang tebaik untuk putrimu" ana tersenyum dengan anggun.

"kalau dia sampai berani menyakiti putrimu akulah yang akan menghukumnya pertama kali" ucap Haris dengan tegas sambil melirik putranya.

Aurora sama sekali tidak berbicara sedikitpun bukan karena ia tak punya pendapat tentang perjodohan ini tapi lebih kepada takut merusak kebahagian ayahnya dengan apa yang akan ia ucapkan, jadi Aurora memilih bungkan dan sesekali menjawab iya untuk semua hal yang membutuhkan persetujuannya.

Begitulah malam penuh kebahagian kedua keluarga itu berakhir dengan gelak tawa kecuali Aurora.

*****

Meet David Arsel Berrnath

David yang tengah berjalan terburu-buru tidak memperhatikan langkahnya karena sesekali melihat arloji ditaganya menabrak seorang wanita yang tiba-tiba berbalik didepannya.

"maaf saya tdak lihat, kau tidak apa-apa?" ia membantu wantita itu berdiri

"Aku baik-baik saja. Tapi lain kali tolong perhatikan langkah anda" gerutu gadis itu sambil membersihkan pakaiannya yang sedikit terkena tanah.

"aku benar-benar minta maaf, aku sedang terburu-buru jadi sedikit tidak fokus. Maaf" David sekali lagi meminta maaf dengan sungguh-sungguh

Wanita itu hanya menatapnya sebentar lalu mengangguk sebagai jawaban. Namun mata gadis itu mampu mencuri perhatian david selama beberapa saat.

" kalau begitu saya permisi dulu" ucapnya sambil berlalu. Ia melirik jam tangannya dan ia bener-benar sudah terlambat dari janjinya pada ayahnya. Ayahnya pasti marah besar sekarang, ia sangat mengenal bagaimana ayahnya tidak menyukai ketidak disiplinan.

"Aku harus memikirkan alasan yang tepat untuk keterlambatanku" ia berusaha berfikir alasan apa yang kira-kira dapat diterima ayahnya. Ditengah pikirannya ia merasa ada yang mengikutinya. Ia berbalik dan mendapatkan wanita yang tadi ditabraknya tengah mengekor dibelakangnya.

"kenapa kau mengikutiku?" Tanya David berbalik menghadap gadis itu.

" aku tidak mengikutimu, aku punya urusan yang kebetulan searah denganmu" gadis itu membela diri.

David tidak menjawab ia berbalik dan meninggalkan gadis itu. Tapi gadis itu mengejarnya dan mesejajarkan langkah mereka. David tidak menghiraukannya.

"apa mungkin tujuan kita ketempat yang sama?" celetuk gadis itu sambil melihat David. "aku akan ke ruangan Mr.Elliot, kau?" gadis itu bertanya pada David

"aku juga kebetulan ingin kesana, kau ada urusan apa kesana"Tanya David heran karena jarang ada mahasiswa yang berkunjung ke ruangan ayahnya.

"ah aku hanya ingin berkunjung, karena sudah lama tidak berkunjung. Bagaimana dengan mu. Kau ada urusan apa?" Tanya gadis itu tampak penasaran yang tidak di tutup-tutupinya.

"aku hanya sedang ada janji" jawabnya asal, ya tapi memang ada benarnya juga ia memang berjanji mengunjungi ayahnya hari ini.

"wow orang tuamu pasti cukup penting sampai kau bisa punya janji dengan beliau. Yang aku tau beliau tidak bisa ditemui sembarang orang" ucap gadis itu.

"berarti orang tuamu juga orang penting?" Tanya David memastikan ucapan wanita itu.

" ah tidak juga, aku hanya kebetulan mahasiswa yang beruntung pernah diajarkan beliau dulu. Tapi sekarang beliau sudah tidak lagi mengajar. Dan beliau sangat baik padaku. Oh iya aku ingin memberimu satu rahasia, jarang ada mahasiwa yang tau soal ini karena kebanyakan menganggap beliau hanya seorang direktur, tapi yang sebenarnya beliau adalah pemilik kampus ini" tutur gadis itu penuh antusias.

"Oh begitukah, aku bahkan baru dengar" jawab david pura-pura bodoh, ia ingin tau rahasia apalagi yang akan gadis ia ceritakan pada David.

" aku sudah menduga kau pasti tidak tahu, tapi aku memakluminya karena memang jarang ada yang tau. dan kau tau kabarnya anaknya juga kuliah di kampus ini. Tapi tidak ada yang tau siapa anaknya karena beliau tidak pernah secara khusus memperkenalkan anaknya. Tapi aku yankin anaknya itu pasti orang playboy" gadis itu mengemukakan pendapatnya dengan penuh keyakinan.

"Kenapa kau bisa sangat yakin kalau anaknya playboy, tadi kau jelas mengatakan kau tidak mengenalnya" david semakin penasaran dengan apa yang akan gadis ini katakana tentang dirinya.

" ini hanya pendapatku saja tapi tentu saja bukan asal pendapat. Kau lihat saja Mr. Elliot sangat tampan dan itu pasti diwariskan pada anaknya. jaman sekarang pria tampan cenderung playboy itu sudah hukum alam, tapi aku berharap anaknya bisa mewarisi sifat baik ayahnya" lanjut Gadis itu.

"Aku yakin anaknya pasti bukan playboy" celetuk david. sebenarnya ia ingin tertawa tapi ia sekuat tenaga menahannya. Entah kenpa mendengar gadis ini bicara sok tau tentang dirinya membuatnya geli dan sedikit ….senang. entahlah. Padahal gadis ini dari tadi jelas mengatakan hal buruk tentangntya, tapi ia merasa senang dan gemas.

"kau mengatakan itu karena kau tidak mengenalnya" ucap gadis itu.

"Mungkin" jawab David. kali ini mereka sudah berdiri di depan ruangan Ayahnya. "kau masuklah duluan" david mempersilahkan gadis itu masuk terlebih dahulu. Gadis itupun langsung mengetuk pintu, dan begitu ada suara mempersilahkannya masuk gadistu langsung masuk.

"oh Lya, ya ampun aku tidak menduga kau datang" ucap Mr. Elliot menyambutnya dengan hangat seperti biasa.

Mr.elliot berdiri dari kursinya dan menghampiri gadis itu untuk memeluknya."sudah lama sekali kau tidak menemui orang tua ini, apa sekarang kau sudah mulai melupakan orang tua ini?." Menguraikan pelukannya.Mr. Elliot sengaja menggoda gadis itu

" maafkan aku kerena tidak bisa sering berkunjung. Akhir-akhir ini aku ada sedikit urusan, bagaimana kabar anda. Anda terlihat semakin muda dari terakhir kali aku berkunjung.

"anak ini, kau sengaja mengatakan itu untuk menyinggungku karena semakin tua kan?" ucap Mr. Elliot dengan wajah tersinggung. Hal itu membuat gadis itu tertawa. Ya seperti ini lah kedekatanya dengan Mr. Elliot, seorang pemilik kampus yang sudah ia anggap sebagai oramg tua keduanya. Kalau ditanya bagaimana hal itu terjadi ia akan menjawabnya tidak tau. ia sudah lupa bagaimana awalnya ia bisa sedekat itu dengan Mr.Eliiot tapi satu hal yang pasti ia tahu benar bahwa Mr. Elliot menyayanginya seperti anak sendiri begitu juga dengannya.

Ketukan pintu mengintrupsi pembicaran mereka, dari balik pintu muncul seorang pria yang tadi bersamanya dalam perjalanan keruangan Mr. Elliot.

Mr. Elliot langsug melihat jam tangannya. "kau terlambat 1 jam, ini rekor barumu. Tapi hari ini kau termaafkan karena tidak mungkin memarahimu didepan gadiscantik ini" ucap Mr. Elliot merujuk pada gadis di depannya.

Pria itu hanya tersenyum cengengesan di depan Mr.Elliot dan langsung duduk di sofa sebelah Mr. Elliot.

Gadis itu yang menyadari dirinya mungkin mengganggu pamit undur diri, namun dicegah oleh Mr. Elliot. " Lya perkenalkan ini David, David ini Aurora resollia" benar juga sejak tadi Aurora memang tidak mengetahui nama pria itu. Aurora menjabat tangan pria itu dan entah kenapa pria itu tersenyum geli padanya.

"Lya ini adalah putraku, semoga kalian bisa saling mengenal" ucap Mr. Elliot memperkenalkan pria itu lagi.

"oh jadi inilah putra anda" Aurora tersenyum namun detik berikut Aurora menyadarinya " APA.. put..puta anda" Aurora melihat kearah pria itu yang menatapnya dengan senyum mengejek.

"dia pasti playboy"

"itu sudah hukum alam" kalimat demi kalimat yang terlontar dali mulutnya beberapa waktu lalu terngiang-ngiang dikepalanya. Tuhan bunuh saja aku!

"iya aku lah anaknya yang playboy itu" ucapnya sambil tersenyum mengejek kearah Aurora yang terliat kaget sengaja menekankan pada kata playboy.

Begitulah pertemuan Aurora dan David untuk pertama kalinya.

-TBC-

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

monk_1502creators' thoughts
Bab berikutnya