Rafida merasa bosan. Karena Mr.Wil tak pulang juga semenjak pergi tadi malam. Ia terus saja mondar-mandir menunggu kedatangan Mr.Wil. Namun, tak ada tanda-tanda Mr.Wil yang akan pulang. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul satu malam. Rafida mulai mengantuk.
"Ahh besok kita jalan-jalan ke mana ya?" ucap Rafida mencoba mengalihkan pikiran nya.
"Coba kita browsing ada tempat apa aja ya yang bagus?"
Rafida pun mulai berselancar dalam ponsel pintarnya. Ia mulai asyik dan mengambil posisi rebahan di atas sofa.
"Ah apa mereka sedang berbincang sampai malam begini?" tiba-tiba saja Rafida kembali kepikiran tentang Mr.Wil yang pergi menemui Min Young pikirnya. Bahkan bayangan-bayangan aneh mulai menghampiri lamunannya.
"Aish enggak. Aku besok harus ke ... tempat ski. Ya kita coba lihat tempat yang seru dan tidak terlalu jauh."
Rafida kembali memalingkan pikirannya dan menyibukkan dirinya. Hingga akhirnya ia pun ketiduran.
Rafida terbangun tiba-tiba dan merasa haus. Ia pun mengendap-endap ke dapur dan membuka kulkas saat tiba-tiba saja Mr.Wil muncul dari belakangnya dan menepuk bahunya.
"Akh!" pekik Rafida aget, ia pun tak sengaja menjatuhkan apelnya sampai mengenai kakinya.
"Mr.Wil kau mengejutkanku!" teriak Rafida lagi saat menyadari bahwa yang mengejutkannya adalah Mr.Wil.
"Kau sendiri sedang apa tengah malam begini?" tanya Mr.Wil dan menatap Rafida yang sedang memegang kakinya yang kesakitan.
"Aku haus dan sedikit lapar. Aku lihat ada buah apel, jadi aku berniat memakannya. Tapi, malah apel itu menyakiti kakiku," keluh Rafida seperti anak kecil.
"Kemarilah," ajak Mr.Wil menarik Rafida untuk duduk di kursi meja makan. Ia mendesah dan mulai memijat kaki Rafida yang sedikit memar.
"Kenapa kau begitu ceroboh huh?" omel Mr.Wil.
"Aku tidak ceroboh," lak Rafida tidak terima.
"Kau satu-satunya orang di dunia ini yang bisa merepotkanku setiap saat. Aku sampai lupa bahwa kau pernah menjadi sekeretarisku," keluh Mr.Wil.
"Aku juga heran. Bagaimana bisa aku dulu begitu tahan dengan omelan mu itu," keluh Rafida balik. Mr.Wil menatapnya tajam.
"Kenapa kau tidak tidur di kamarmu. Kenapa tidur di sofa seperti itu?" tanya Mr.Wil yang menyadari kalau Rafida tertidur di sofa.
"Ah ... aku hanya ketiduran. Mister kapan pulang?" tanya Rafida penasaran.
Mr.Wil menatap Rafida tajam. Ia mendekatkan tubuhnya dan berbisik.
"Jangan panggil aku mister," ucap Mr.Wil dan tak sengaja memijit kaki Rafida terlalu keras.
"Aww!" pekik Rafida meringis kesakitan.
"Eh- maaf. Kekencangan ya?" tanya Mr.Wil merasa bersalah. Ia pun mengusap-usap kaki Rafida.
Wajahnya yang panik terlihat lebih lembut. Rafida sampai terpesona hingga membuat pipinya memerah.
"Sudahlah, udah gak terlalu sakit," ucap Rafida jadi canggung dan buru-buru menjauhkan kakinya. Tapi Mr.Wil dengan manisnya membopong Rafida kembali ke kamarnya.
"Bagaimana kau bisa ke kamar dengan kaki seperti ini," ucap Mr.Wil tanpa menatap Rafida. Rafida hanya bisa pasrah dan menuruti Mr.Wil.
***
Keesokan paginya, Rafida melihat Mr.Wil duduk di meja makan sambil baca berita di tabloid.
"Astaga, kenapa dia selalu membaca tabloid sih? Seperti jaman kuno saja," batin Rafida menatap sinis.
Seolah bisa membaca pikirannya, Mr.Wil mendadak menatapnya.
"Aku tidak bilang apa-apa kok!" ucap Rafida panik.
Tanpa banyak kata, Mr.Wil langsung saja memberinya sebuah tiket menonton opera.
"Datanglah ke tempat itu malam ini. Aku akan membawa seorang supir untuk menjemputmu malam ini. Pakai pakaian yang aku belikan untukmu kemarin dan jangan lupa juga perhiasannya," ucap Mr.Wil dan hendak pergi.
"Eh tunggu dulu. Gaunnya yang mana yang harus aku pakai? Yang hitam dan warna perak sudah aku pakai," tanya Rafida menahan kepergian Mr.Wil.
"Kalau begitu yang lainnya saja. Kenapa masih bertanya padaku," jawab Mr.Wil dingin.
"Itu berarti yang warna merah? Kau gila kenapa aku harus pakai yang begitu sangat mencolok? Terlebih modelnya terlalu terbuka," protes Rafida tak suka.
"Aku tidak perduli. Aku ada urusan. Selamat bersenang-senang," ucap Mr.Wil dan berlalu keluar apartemen.
"Huft ... Ke mana dia pergi apa menemui wanita itu lagi?" gumam Rafida dengan cemberut.
"Argh ... jangan pikirin itu lagi. Ayo kita bersenang-senang dan keliling Korea. Kajja!" teriak Rafida tiba-tiba.
Mr.Wil yang belum pergi dari depan pintu sampai menoleh bingung.
"Ah maaf. Saya akan ke sana sekarang," ucap Mr.Wil yang sempat terhenti karena teriakan Rafida. Ia pun menutup teleponnya dan bergegas menuju mobilnya.
***
Mr.Wil menemui seorang klien bernama Shin Yoo Jung. Di mana Said sedang presentasi tentang project yang akan mereka lakukan.
Selesai presentasi, Shin Yoo Jung merasa sangat puas dan sangat antusias tak sabar menantikan kerja sama mereka. Mr.Wil dan Shin Yoo Jung pun saling jabat tangan tanda kesepakatan mereka selesai.
(B.Korea)
"Apa kau berniat untuk melihat resort yang sudah aku bangun selama lima tahun ini? Kami mempunyai banyak fasilitas yang akan kau sukai. Tentu saja ini gratis," ucap Shin Yoo Jung dengan sangat berharap.
"Ah maaf, tapi kami banyak jadwal yang harus kami lakukan," ucap Said mencoba menolak dengan lembut.
"Sayang sekali. Padahal kalian bisa bermain sebentar. Mungkin lima belas menit?" bujuk Shin Yoo Jung dengan melirik ke arah Mr.Wil dan Said.
"Sepuluh menit?" bujuk Shin Yoo Jung lagi.
"Maaf-"
"Baiklah. Sepuluh menit saja. Saya akan lihat-lihat," ucap Mr.Wil menerima tawaran Shin Yoo Jung yang langsung sangat bahagia dan mengajak keduanya untuk melihat arena bermain mereka yang sedang diminati banyak orang.
"Karena saat ini sedang musim gugur. Udara semakin dingin, tapi kami membuat salju buatan dan arena ski yang cukup luas. Kalian bisa mencobanya sebentar," jelas Shin Yoo Jung.
"Tapi-" ucapan Said terhenti saat tiba-tiba Shin Yoo Jung berteriak.
"Tuan Kim tolong bawakan mereka peralatan ski!" perintah Shin Yoo Jung dengan semangat.
"Baik Direktur Shin," jawab petugas Kim pun memberikan keduanya alat ski yang memang sudah disiapkan.
Mr.Wil dan Said saling pandang bingung.
"Ayo cepat pakai. Saya akan panggilkan instruktur untuk kalian. Mungkin ini pertama kalinya bagi kalian. Tapi, tenang saja arena ini sangat aman untuk para pemula," jelas Shin Yoo Jung mencoba meyakinkan.
Shin Yoo Jung menunjuk beberapa pengunjung yang sedang bermain ski. Beberapa dari mereka meluncur dengan sangat cepat hingga menabrak pembatas. Mr.Wil dan Said merasa bingung dan ragu untuk mencobanya. Hingga seseorang yang tampak tidak asing melewati keduanya.
"Oh Mr.Wil kenapa kau ada di sini? Ng kau juga Said?" ucap Rafida yang sudah memakai alat ski lengkap dan meluncur ke arah keduanya dengan sangat lancar.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mr.Wil heran.
"Ah itu salah pakainya. Mr.Wil kau harus duduk dulu baru pakai sepatunya. Dan helmnya harus kuat-kuat biar gak jatuh hehhe," ucap Rafida seolah menghindari pertanyaan Mr.Wil.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya," tanya Mr.Wil lagi.
"Hah ... emang kenapa sih aku kan ke sini untuk senang-senang. Semalaman cari tempat ski yang bagus dan deket jadinya ketemu yang ini. Mr.Wil sendiri sedang apa di sini? Bukan nya lagi kerja? Dan ..." Rafida berhenti bicara ia menatap sinis pada Shin Yoo Jung yang cukup cantik meski sudah berumur.
"Namanya Shin Yoo Jung, klien bos kita. Beri hormat," bisik Said yang seolah mengerti akan apa yang sedang dipikirin sama Rafida.
(B.Korea)
"Omo .. Sajang-nim maafkan saya. Saya tidak tau jika wanita cantik sepertimu ternyata adalah seorang wanita pekerja keras. Wajahmu sangat cantik dan tampak sangat muda. Saya hampir salah mengira. Saya pikir sajang-nim adalah seorang mahasiswi yang sedang mendekati suami saya hehehe," ucap Rafida dengan luwesnya dan bahkan membuat Shin Yoo Jung tersipu malu akan pujian yang dilontarkan Rafida.
"Hahaha ... Jangan salah faham. Usia saya bahkan tidak terlalu jauh dengan Mr.Wil. Dan tenang saja, saya sudah punya anak dan cucu jadi sudah tidak tertarik untuk mendekati pria," ucap Shin Yoo Jung dengan malu-malu.
"Omo ... Kau bahkan tidak terlihat seperti wanita yang seusia dengan ibuku. Maafkan kelancangan saya ini," ucap Rafida menunduk hormat.
"Baiklah ... Kalau begitu selamat bersenang-senang," ucap Shin Yoo Jung pun pamit undur.
Mr.Wil dan Said sampai terbengong dengan sikap ampuh yang selalu Rafida keluarkan untuk membujuk klien.
"Kupikir bakatmu itu sudah hilang ketelan bumi," ucap Mr.Wil menyindir.
"Astaga ... Memangnya aku baru sebulan menjadi sekretarismu. Hei Said, apa kau sangat tersiksa menjadi sekretaris dia? Kau pasti cukup kesulitan apalagi jika bertemu dengan klien yang sangat gigih pada keputusannya. Sangat sulit untuk bisa membujuk para klien itu. Mr.Wil pasti tidak tau," ucap Rafida menyindir Mr.Wil yang merasa tersinggung.
"Aku malas. Kalian berdua saja yang main," ucap Mr.Wil dan melemparkan peralatan skinya pada Said.
"Tunggu dulu- ups!"
Rafida yang hendak menghentikan langkah Mr.Wil dengan menarik tangannya. Namun, karena salju yang mereka injak cukup dalam membuat Mr.Wil kehilangan keseimbangannya dan terjatuh. Tangannya yang masih dipegang Rafida, memaksa Rafida ikut terjatuh hingga menindih tubuh Mr.Wil.
Bhuk!
Rafida terkejut. Terlebih saat mendengar degup jantung Mr.Wil yang cukup kencang.