Hans Purnomo Wijaya dan Cynthia Irena Luwina ke luar dari ruangan Dokter Chang. Mereka menyetujui, agar operasi dilaksanakan pada malam ini, sebelum sel-sel kanker menyebar lebih cepat.
Kedua mata wanita yang telah memiliki tiga orang anak yang beranjak dewasa itu, terlihat sembap, karena banyak menangis. Hatinya terasa gelisah, mengingat keadaan sang putri yang masih tetap dalam kondisi koma.
Bagaimana nanti, kalau semua terlambat? Ngai tak ingin berpikiran buruk, tapi memang tak tahan lagi, bila keadaannya seperti ini. Sungguh, tak tahu harus seperti apa dan bagaimana, hanya doa saja yang bisa diberikan, agar Buddha dan para Boddisatva mengabulkan doa ngai, batin Cynthia cemas.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com