webnovel

Hamster & Marmut

Remaja
Sedang berlangsung · 41.1K Dilihat
  • 22 Bab
    Konten
  • 5.0
    31 peringkat
  • NO.200+
    DUKUNG
Ringkasan

"Senang bisa bertemu dengan cowok yang tidak terlalu hiperaktif." Galang mulai melirik ke arah Dena yang menurutnya begitu manis dan menggemaskan. Layaknya boneka panda, dia ingin sekali meremas pipi Dena. Sayangnya, dunia mereka seperti dua mata koin yang berbeda. Galang dikenal sebagai si kuper berkacamata, tampilannya yang culun membuatnya terlihat seperti pecundang. Sedangkan Dena dikenal sebagai gadis periang yang memiliki banyak teman, serta aktif dalam kegiatan sekolah. Bisa dibilang dia seperti beauty di dongeng, "beauty and the beast." Dena berpikir untuk menarik Galang keluar dari zona nyamannya. Dia ingin mengubah beast menjadi pangeran tampan. Lalu, saat Dena masih berjuang untuk mengubah Galang, mereka harus terjebak dalam permainan yang harus membuat mereka memilih antara cinta dan persahabatan. Ditambah lagi dengan adanya pihak ketiga di antara mereka. Apa bisa mereka menggabungkan dua dunia mereka dalam satu ikatan? Saksikan kisah Galang & Dena di Hamster & Marmut. ------------------------------------------------------------------------ -Di ilhami dari kisah nyata zaman SMA- Cover editing by Muhammad Titanto Photo by Pexel-media 1288245 Editing cover by Canva Ikuti Author di Instagram : M_titanto

Chapter 1Menoleh Ke Arahnya

"Tolong nasi uduknya campur, tapi tidak pakai semur jengkol." Galang memesan satu bungkus untuk sarapan sebelum pergi ke sekolah.

"Ini, terima kasih, yah." Ibu penjual memberikan bungkus nasi uduk pesanan Galang dengan menambahkan ekstra kerupuk di dalamnya.

Galang menganggukkan kepala sebagai tanda berterima kasih kepada si ibu penjual. Lalu, dia pergi menuju ke spot favoritnya yang berada di seberang jalan raya. Dia sudah menggunakan seragam putih abu-abu dengan baju yang dimasukkan ke dalam. Gaya rambutnya terlihat modis dengan tambahan kacamata menggantung untuk membantunya melihat. Kuper, itulah Galang.

Dia duduk di bawah pohon besar di tepi Kanal Banjir Timur. Dengan ditemani satu botol air mineral dan airpod murah yang dibelinya dari online shop, Galang mulai membuka bungkusan nasi uduk itu.

Dreet! Dreet!

[Jangan lupa datang pagi, kita rebutan kursi! Gue tidak mau dapat tempat duduk yang paling depan!] Pesan masuk dari Ajo.

"Bawel! Ini masih jam 6 pagi," ungkap Galang setelah melihat pesan itu.

Dia melanjutkan sarapan paginya. Sambil menatap lurus ke depan, dia memandang pohon-pohon di sisi seberang kanal. Beberapa kali dia menyuap nasi uduk langganannya itu sambil memikirkan sesuatu.

"Kenapa kita tidak bisa langsung kerja saja, kenapa harus masih menunggu dua tahun lagi di SMA, ini menyebalkan!" keluh Galang dalam hati.

Dreet! Dreet!

Dreet! Dreet!

Alarm pada handphone miliknya berbunyi. Waktu makan untuknya sudah habis. Dia melihat jam di layar handphonenya, tidak terasa bila dia sudah menghabiskan waktu selama 15 menit.

"Saatnya untuk ke medan perang," ungkap Galang.

Dia bangun dan membuang bungkusan itu ke tong sampah. Galang segera menuju ke tanda bus stop yang berada tidak jauh dari tempat dia duduk di taman Kanal Banjir Timur.

Butuh waktu lama untuk bus Transjakarta tiba, tapi Galang sudah memiliki jadwal tetap layaknya jadwal pelajaran, Galang tahu kapan dia datang dan pergi.

Akhirnya bus datang dan berhenti di depan Galang. Pintu terbuka ke kedua sisi. Galang langsung naik dan duduk tepat di samping pintu masuk. Dia segera membesarkan volume musiknya dan memandangi pemandangan membosankan yang selalu dia lihat setiap harinya.

"Ma, Kak Galang tidak ikut sarapan?" tanya Katy.

"Nggak, lagi buru-buru dia, biasa hari pertama kelas dua SMA. Katanya lebih liar dari bertahan hidup di game survival," ungkap Mama.

"Ya ampun, berlebihan banget," sindir Katy, si adik kurang ajar.

"Weekend katanya ada acara keluarga? Acara apa, Ma?" tanya Katy.

"Oh, cuma arisan. Nanti diberitahu tempatnya di grup," jawab Mama.

"Haduh, malas banget datangnya," ungkap Katy.

"Woy! Bengong saja," sapa Ajo yang tiba-tiba muncul layaknya debt collector di belakang Galang.

"Cuy, tolong jangan begitu, jantung gue lemah seperti harapan hidup gue," sindir Galang.

"Harapan hidup lo menipis? Lebih baik di charger ulang biar full," sindir Ajo balik.

Setelah berbasa-basi ria di dalam bus Transjakarta, Galang tidak menyangka harus bertemu dengan teman semunafik dirinya, yaitu Ajo. Sahabat terbaik yang selalu mentraktir dirinya dan selalu mencoba memberikan doktrin bila hidup harus penuh dengan semangat untuk sukses, walaupun yang sukses hanyalah mereka yang memiliki kekuatan orang dalam.

"Menurut lo hari ini akan membosankan atau banyak drama? Sumpah, gue berharap pulang cepat," ungkap Ajo.

"Mungkin banyak drama dari para pencari muka." Galang dan Ajo menuju ke kelas barunya di kelas 2 IPA 1. Mereka segera memilih tempat duduk nomor dua paling belakang.

Kelas sudah lumayan ramai, banyak yang sudah mengelompokkan diri mereka satu sama lain. Layaknya medan perang di game battle royal, mereka sudah membuat squad khusus untuk bisa survive selama dua semester ke depan. Tapi, karena Galang tipe solo player, jadi dia lebih memilih mengasingkan diri dari kehidupan mereka yang terlihat sangat bersinar itu.

"Sudah dapat teman?" tanya Ajo.

"Belum, kenapa?" Galang menatap Ajo.

"Gue baru kenalan sama empat cowok di sana, lumayan buat tim nyontek," sindir Ajo.

Galang merebahkan kepalanya di atas meja dengan ditopang oleh lengan tangan kanannya. Dia masih asyik mendengarkan musik lewat airpod murah miliknya, tapi volumenya diperkecil agar dia bisa memantau pembicaraan siswa lainnya. Sebut saja Galang si pengamat.

"Hai guys! Apa kabar? Ajo! Come to Papa!" Nabil lari menghampiri Ajo, lalu dia memeluknya erat bagaikan pelukan Teletubbies.

"Lang? Lo sakit?" tanya Nabil.

"Nggak, cuma lelah dengan hidup ini," ungkap Galang.

"Ih, sekali-kali semangat dong! Hidup segan mati saja sana!" sindir Nabil.

"Terdengar seperti pribahasa?" pikir Galang dalam hati.

Dia duduk di depan Ajo dan Galang. Si badan gembul nan besar dengan tinggi 180 cm ini mulai mengambil beberapa barang di ransel miliknya.

"Itu apa?" tanya Ajo.

"Masker muka, biar terlihat glowing." Nabil memasang satu lembar masker ke wajahnya. Dia berharap kulit coklat gelap miliknya bisa berubah menjadi putih bersinar layaknya bulan purnama.

"Sebentar lagi bel masuk, masih sempat pakai masker?" tanya Ajo.

"Tenang, gue sudah mengaktifkan tabir pelindung biar tidak terlihat," tawa Nabil.

"Ha! Ha! Ha! saya tertawa mendengar Anda melucu," sahut Galang.

"Garing dan renyah lawakan Anda," sindir Ajo.

Bel berbunyi. Seluruh siswa yang masih berada di luar langsung masuk dan duduk di kursi mereka masing-masing.

"Sumpah! Hampir gue telat!" Napas terengah-engah dari Diki yang duduk di sebelah, membuat Nabil penasaran.

"Lo habis apa? Kenapa napasnya kembang kempis, begitu?," tanya Nabil.

"Lari gendut! Habis lari dari jembatan kanal sampai kemari!" jawab Diki yang begitu kesal. Dia seperti agak menyesal duduk di samping Nabil.

"Oh, gue kira habis mengeluarkan sesuatu," sindir Nabil.

"Otak lo mesum terus! Lain kali gue ruqyah! Gue mau tahu makhluk apa yang menempel di otak lo!" ucap Diki.

"Aing maung!" Nabil tertawa geli.

Wali kelas masuk dan duduk di kursi miliknya. Dia mulai membuka daftar absensi seperti biasa. Galang melepaskan airpod miliknya dan mulai menegakkan tubuhnya lagi.

Saat dia menoleh ke arah kanan, tidak di sengaja Galang memperhatikan senyuman seorang gadis berambut hitam sedikit bergelombang. Matanya seperti otomatis mengikuti gadis itu. Dalam hati, Galang merasa penasaran siapa dia.

"Manis …."

Galang hanya bisa tersenyum kecil dan menyembunyikan rasa kagumnya.

"Oh, shit! Yang jadi wali kelas kita si gurita takoyaki," sindir Nabil.

"Hussst!!! Kalau dia dengar, kita bisa digantung, Bil!" bentak Diki.

"Takut? Gue sih, nggak!" bisik Nabil dengan begitu percaya diri.

Wali kelas mulai mengabsen satu per satu siswa yang hadir, Galang menoleh lagi ke arah gadis itu saat dia mengangkat tangannya dan berkata "hadir."

"Namanya Dena," ungkap Galang dalam hati.

Setelah absensi selesai, Galang yang sedari tadi menahan buang air kecil, langsung bergegas maju ke depan dan meminta izin ke toilet.

Sedikit tapi pasti, Galang melirik ke arah Dena yang sedang asyik tersenyum dengan teman di sebelahnya.

Dia segera lari menuju ke toilet bawah.

"Sial! Sudah di ujung!" ungkap Galang.

Dreet! Dreet!

[Belikan camilan makaroni pedas level 5 di koperasi. Nanti gue ganti uangnya.] Pesan masuk dari Nabil.

"Cih, dasar badak! Masih bisa dia memanfaatkan orang!" Galang kesal.

Setelah selesai dari toilet, dia segera menuju ke arah koperasi yang berada di samping tangga turun.

"Hai, lo mau beli camilan?" sapa Dena yang tiba-tiba hadir tanpa aura keberadaan layaknya setan.

"Hah!? Oh, iya. Si Nabil tadi menitip camilan," ungkap Galang.

"Tolong satu makaroni pedas level 5-nya." Galang memberikan uang miliknya.

"Namaku Dena, lo?" ucap Dena. Dia mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Gue sudah tahu, Neng!" ungkap Galang dalam hati.

"Oh, gue, Galang." Galang menjabat tangan Dena.

"Senang bisa bertemu dengan cowok yang tidak terlalu hiperaktif," pikir Dena. Dia pamit pergi meninggalkan Galang yang sedang diam kaku layaknya patung Pancoran.

"Hah? Dia senang sama gue?" tanya Galang tersipu malu manja layaknya seekor kucing.

Anda Mungkin Juga Menyukai

Jodoh! Masa Gitu?

Heningtyas Permata Hati (17) seorang gadis desa yang polos tapi bar bar, dalam hidupnya hanya ada satu tujuan, menikah dengan anak juragan tanah yang gantengnya mirip aktor Bolywood kesayangannya. Di sela menjalani hari dengan tujuan hidup yang tak tergoyahkan, nasib buruk menghampirinya, seorang pemuda tampan dari kota (Anggara Yuda Pradipta, 18) datang dan tinggal di rumahnya dengan alasan yang tidak jelas. Orangtuanya pun tak bisa memberi jawaban yang memuaskan. Pemuda itu memiliki kepribadian ganda menurut Hening, kadang dingin kaya kulkas khusus es batu, kadang panas kaya api neraka. Dan jangan tanyakan tingkat ketajaman lidahnya, kalo udah ngomong nyakitin sampe ubun-ubun bayi baru lahir. Nasib buruk Hening tak sampai di situ, setiap hari pemuda itu menjadi sumber masalahnya, dimana dia tak bisa lagi khusyuk berdo'a untuk meminta pada Tuhan agar anak juragan tanah itu menjadi jodohnya. Sial! "EHHH ... MONYET! ANGKAT KAKI DARI RUMAHKU!!!" Dengan angkuh Dipta berkata, "ngusir gue? Nggak sadar diri! Gubuk reot lo ini berdiri di atas tanah kakek gue! Kalo ada yang harus angkat kaki, itu lo!" Mulut Hening menganga sampe hampir jatuh ke lantai, baru tekatup saat mendengar pintu kamar di banting dengan kuat. "Ya Tuhan! Apa salah dan dosaku!!" Jerit Hening yang di sambut tendangan maut dari dalam pintu kamar. Jantungnya hampir copot di buat cowok gila itu. Keselnya bukan main si Hening. Bagaimana nasib Hening selanjutnya? Bisakah dia mempertahankan tujuan hidupnya? Sementara Anggara Yuda Pradipta terus mengusik jiwa dan raganya. Dan apakah penyebab Anggara Yuda Pradipta berakhir di rumahnya? Ikuti kisah mereka dalam novel 'Jodoh! Masa Gitu?' Yakin bakal di buat ngakak dan baper parah. Dan yang paling penting, kalian bakal menemukan banyak rahasia dalam kisah mereka. Baca juga novelku yang lain ya. 1. Annaya dan Takdirnya. (700 views dan 900 colection) 2. Pernikahan Sementara. (2M views dan 8,6k colection)

Ardhaharyani_9027 · Remaja
Peringkat tidak cukup
347 Chs

Was My Sweet Badboy

WARNING !! [cerita ini hanyalah fiktif belaka, semua setting tempat adalah fiktif! kesamaan nama tokoh, tempat, sekolah maupun scene dalam novel ini adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan!] ------------------------------------------------- Bimo namanya, anak baru pindahan dari Bandung yang tiba-tiba memberiku surat, isinya dia minta izin untuk menyukaiku. hah?! 'kenapa suka aku?' kuputuskan untuk tanya hal ini. lalu dia jawab begini ; 'aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi, aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu, aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis, aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke pluto, aku mau pegang tanganmu dan bilang pada cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.' ku baca tulisannya yang panjang itu. aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya. Dia orang yang unik, dan punya pendekatan berbeda padaku, orang yang percaya diri dengan bagaimana kepribadiannya, tidak kasar, berusaha dengar perkataanku, tapi sebenarnya dia juga adalah orang yang keras pada idealisnya, suka naik gunung bahkan bikin jantungku sering ingin lompat karena khawatir setiap kali dia melakukan hobinya itu. Bimoku... Elangku yang selalu terbang bebas tanpa peduli apapun.. Elangku yang selalu terbang menerjang badai... ini, adalah kisahku saat itu, saat dia bersamaku.. -------------------------------------------- VOLUME 2 : Menggapai kembali Ketika masa lalu menyesak masuk saat kau telah mulai lari darinya. Seseorang yang tetap berdiri di persimpangan hidup mereka. Yang tetap tegak di persimpangan waktumu dengannya. Kini persimpangan itu mempertemukan mereka kembali. Dengan segala keajaiban-keajaiban yang kau kira telah tiada. Dia berusaha menggapaimu sekali lagi. Berlari dari masa lalu, mengejarmu yang telah lama tertatih untuk bisa berdiri di titik ini. Mencoba meraihmu dengan senyumnya lagi. "Kamu masih punya hutang jawaban sama aku." "Apa?" "Yang mau kamu jawab 10 tahun lagi sejak waktu itu." "Hahah, kamu pikir itu masih akan berlaku?" "Tentu! Ray, marry me please ..." POV 3 ---------------------------------- Volume 3 : Langit dan Rindu Kisah si kembar buah hati Bimo dan Raya, akankan kisah mereka semanis kisah remaja kedua orang tuanya? Bagaimana jika Langit Khatulistiwa punya kecenderungan sister complex dan juga tsundere akut terhadap adik kembarnya? Intip yuk ... ---------------------------------------------- [karya ini bergenre romance-komedi, harap bijak dalam membaca, jika sekiranya tidak sesuai selera, silahkan close, gak usah masukin koleksi] [mengandung kata kasar, dan diksi tidak serius dalam penceritaan!] Credit cover : Pinterst cover bukan milik pribadi

MORAN94 · Remaja
4.9
425 Chs

peringkat

  • Rata-rata Keseluruhan
  • Kualitas penulisan
  • Memperbarui stabilitas
  • Pengembangan Cerita
  • Desain Karakter
  • latar belakang dunia
Ulasan-ulasan
Disukai
Terbaru

DUKUNG