Hati Ghirel berdenyut mendengarnya. Aura kemarahan sekarang meliputi Ghirel, membuatnya tak sadar sudah mematahkan pensil yang baru saja ia pungut dari kolong meja. Dia marah, entah kepada siapa. Menyadari gadisnya yang mulai menahan amarahnya, Afka segera menarik Ghirel ke dalam dekapannya. Dia meminta maaf berkali-kali sambil mengecup pucuk kepala Ghirel.
"Afka..." akhirnya Ghirel buka suara setelah beberapa saat terdiam dengan pikiran yang berkecamuk. Dia sudah memutuskan, keputusan sulit yang akhirnya berhasil ia ambil.
"Dalem sayang?" Balas Afka dengan suaranya yang ringan dan halus. Siapapun bisa terlena hanya dengan mendengarnya.
"Kamu bilang, kamu akan lebih sakit saat melihatku menangis?" Tanya Ghirel.
Afka mengangguk lalu mencuri satu kecupan pada rambut Ghirel yang berbau khas vanila. Kesukaan Afka sejak lama.
"Pastikan Tante Rehna mendapat hukuman mati." Kata Ghirel.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com