webnovel

Nasi goreng Neraka

Janji adalah sebuah ucapan pada orang lain yang harus ditepati juga dibuktikan. Beberapa orang mungkin telah mengatakan janji akan tetapi tidak semuanya janji itu ditepati.  Seperti halnya ucapan atau janji yang diikrarkan Sora pada Daniel. Haruskah dia berpura-pura hilang ingatan agar bisa melanggar janjinya yang sangat bertolak belakang dengan keinginan.

Sora cemberut setelah  menghabiskan satu mangkuk Bibimbap porsi kecil. Biasanya dia selalu memesan ukuran jumbo atau memilih Japchae dan Tteokbokki sebagai tambahan.

Tetapi sekarang terbalik, justru Daniel yang memesan banyak menu untuk dirinya sendiri. Sora harus menelan ludahnya sendiri atas janji yang sudah diucapkannya.

"Akh! Semua ini membuatku gila. Lebih baik aku mati daripada melihatnya," gumam Sora memalingkan wajah, tak kuasa melihat Daniel menyantap makanan khas Korea kesukaannya.

"Dia makan seperti kerasukan," sambung Sora berdecak sebal.

Fatir yang duduk di sebelah Daniel menenggor siku Daniel. Karena tidak tega melihat Sora terus menatap.

"Hei, pacarmu sepertinya masih kelaparan. Kau mau membiarkan dia seperti itu?" Fatir berbisik di dekat pendengaran rekannya.

"Kenapa? Apa kau sekarang mengasihaninya? Kau tidak keberatan jika kartu kreditmu tagihannya membengkak?" balas Daniel sekaligus membungkam Fatir saat itu juga.

"Baiklah anggap saja aku tidak pernah mengatakan apapun." Fatir kembali ke posisi semula sebelum Daniel benar-benar menghabiskan uangnya.

"Ck, padahal aku ingin sekali makan masakan Korea. Aku sangat menyedihkan, harganya tidak mahal tetapi dia sangat kejam, membuat cacing di perutku kelaparan," gumam Sora entah keberapa kalinya mengeluh.

"Bukannya aku tega, kau sendiri yang berjanji mau makan sedikit, dan memberi peluang makan banyak padaku?  Kau harus tahu kedua orang tuaku di Korea Selatan tidak menyukai gadis yang tidak bisa memegang ucapannya," jelas Daniel mengingatkan Sora tentang janjinya. Bahkan Daniel melibatkan kedua orang tuanya.

Fatir melirik dengan tatapan sulit diartikan. Dia tidak bisa protes tetapi bisa bicara dalam hati atas kebohongan rekannya itu.

"Sejak kapan orang tuanya seperti itu. Bukannya mereka sudah lama meninggal?" Fatir jadi geli sendiri, kebohongan rekannya kentara sekali

Daniel berdehem, sudah bisa menebak ekspresi rekannya. Semoga saja Sora tidak curiga ataupun bertanya tentang kedua orang tuanya pada Fatir.

Kekuatiran Daniel rupanya tidak sampai jadi kenyataan sebab, Sora percaya apapun yang dikatakannya. Sora bahkan meminta maaf atas ucapan yang tidak pernah ia ungkapan itu.

"Jangan cemas, aku janji akan menjadi pacar yang baik, santun, dan selalu memegang ucapan. Kau bisa lega sekarang, ibu mertua pasti bangga padaku karena memiliki calon menantu yang bisa menepati janjinya," ucap Sora panjang lebar. Apa sih yang tidak bisa ia lalukan demi disukai calon mertua.

Sora kembali ceria, bahkan memilih menu baru untuk Daniel juga Fatir.  Sepertinya Daniel sudah tahu kelemahan Sora, selain makanan ada juga kedua orang tuanya, tapi sayang mereka sudah tidak ada lagi dunia ini.

~~~

Keesokan paginya Daniel kedatangan tamu. Seperti janjinya pagi ini Sora mengantar hasil masakannya pada Daniel. Sejak subuh tadi dia mulai berkutat di dapur, membuatkan sarapan aneh untuk pacarnya.

Sora membuka penutup rantang susun, lalu meletakan empat rantang yang isinya nasi goreng ala Indonesia, sosis goreng, telur goreng, sayuran hijau sebagai lalapan dan juga aneka buah segar. Semua hidangan itu dibuat olehnya dengan penuh kasih, dan juga keterampilan yang tidak memadai sebagai koki.

"Apa kau yang membuat semua sarapan ini?" tanya Daniel terkesan ragu atau ingin memastikan saja sarapan itu dibeli dari rumah makan bukan buatan pacarnya. Tahu sendiri Sora tidak terampil memasak. Masih ingat kejadian memasak terakhir kali.

"Tentu saja pacar baikmu yang membuatkan. Mertua pasti bangga menikahkan putranya denganku." Sora terkekeh kecil. Berbangga diri  karena bisa menyuguhkan sarapan untuk pacarnya itu.

"Ya aku ingat. Kau memang wanita baik sudah menjaga janji. Baiklah aku akan menikmatinya."

Daniel bersiap duduk. Di depannya beberapa hidangan yang tidak memiliki seni. Nasi goreng ala Sora lumayan bagus kalau dilihat. Sosis dan telor gorengnya agak hitam. "Apa ini rasa cokelat"?

"Oh, maaf sosis dan telornya sedikit gosong, karena ada ledakan yang mendadak, kau tahu sendiri bagaimana aku?" balas Sora terdengar enteng. Hanya gosong sedikit?

Daniel tidak bisa berkata-kata, sosis dan telor goreng hampir hitam seperti cokelat tapi Sora hanya mengatakan gosong sedikit. Dimana hati nuraninya? Apa dia tidak merasa bersalah pada sosis dan telor goreng?

"Baiklah aku mulai dengan nasi goreng. Sepertinya enak dan wangi aku sangat penasaran dengan rasanya." Daniel bersiap mengambil sendok dan garpu, kemudian menyendok nasi goreng tersebut.

Pelan-pelan dan sangat dihayati. Lelaki tampan yang memiliki dimples menawan itu tiba-tiba saja matanya terbuka lebar, setelah menikmati nasi goreng buatan wanitanya.

"Gila ini nasi goreng apa garam digoreng? Asinnya membuat aku tidak tahan," protes Daniel dalam hati. Andai saja bisa mengungkapkannya, apa Sora tidak akan kecewa?

Hah!

Daniel menarik napas dalam. Kenapa juga Sora  yang tidak pintar masak harus berjanji seperti itu. Jujur saja Daniel lebih bahagia jika Sora tidak memasak. Beginilah jadinya bila wanita itu menyentuh bahan makanan.

"Bagaimana apa nasi goreng sesuai harapan? Enakkan?" Sora begitu antusias ingin mendengar penilaian kekasihnya tentang masakannya.

Daniel mengangguk saja tanpa mengatakan apapun, karena mulutnya masih dipenuhi nasi rasa garam. Dia bahkan memberikan ibu jari walau berat menelan nasih asin tersebut.

"Kau bohong! Kalau enak kenapa ekspresimu seperti itu? Jangan-jangan kau hanya memakan bagian pinggirnya saja. Coba makan bagian tengahnya, aku sangat yakin bagian tengahnya sangat enak."

Permintaan Sora seperti hukuman bagi Daniel. Bagaimana bisa wanita ini tega memintanya makan nasi goreng rasa garam. Apa dia tidak memiliki indra pengecap mengapa bisa masakannya begitu mengerikan.

Bersusah payah nasi goreng asin itu ia telan. Dia berharap bagian tengahnya enak, tetapi semua itu hanya harapan Daniel, kenyataannya bagian tengahnya lebih parah. Bahkan garamnya ada yang menggumpal.

Daniel terdiam tanpa kedip ketika garam seperti kerikil dikunyah. Dua kakinya dibalik meja menahan rasa mengerikan itu.

Prang!

Sendok dan garpu jatuh di atas piring hingga menimbulkan bunyi nyaring.

"Astaga, masakanmu benar-benar ...?" ucap Daniel mengambang di udara sebab melihat ekspresi Sora yang  begitu berharap padanya.

Daniel jadi geli sendiri karena tidak mampu mengatakan kejujuran. Daniel memukul-mukul jidat paripurnanya sendiri. Hampir saja keceplosan. Ketika Daniel ingin membuka bibirnya tiba-tiba saja Fatir datang.

"Wah kebetulan sekali kau datang. Bagus kau sangat beruntung teman." Daniel memeluk bahu rekannya yang terlihat bingung itu.

"Kau sedang melakukan apa? Tumben senang aku datang, biasanya kau langsung mengusirku," ucap Fatir menghantam perasaan Daniel.

"Hei lupakan soal itu kawan. Lebih baik kau ikut sarapan bersamaku." Daniel membawa Fatir tanpa memberi kesempatan Fatir membalasnya.

Fatir duduk nyaman setelah Daniel mendudukkannya.  Daniel menyendok nasi goreng bagian tengahnya lantas menyuapi Fatir sesendok nasi goreng neraka.

Dalam hitungan detik mata Fatir membulat sempurna karena lidahnya seperti kena serangan garam dari neraka.

Fatir tidak bisa menahan itu, karena bukan Daniel yang rela berbohong demi wanitanya. Hampir saja nasi goreng rasa asin itu ia keluarkan dari mulut, tapi sayang Daniel membekap mulut Fatir dengan sebelah tangannya dan tangan satunya berada di bahu Fatir.

Kedua mata Fatir memerah menahan sesuatu yang menyiksanya. Hampir saja Fatir menumpahkan air mata karena tenggorokannya tidak mau menerima nasi goreng keasinan itu. Alhasil Fatir memilih lari dari rumah Daniel sebelum mati akibat memaksakan makan nasi asin.

Sora penyebab kehebohan itu benar-benar tidak peka. Semua kejadian aneh di matanya bukan apa-apa. Mungkin ada beberapa orang yang menunjukan ekspresi seperti saat menikmati makanan enak. Ya mungkin Fatir terharu karena nasi gorengnya terlalu enak sehingga dia pergi tanpa pamrih.

Daniel berdiri di depan pintu luar terkekeh geli melihat Fatir muntah.

"Hah. Kau muntah mirip perempuan hamil. Maafkan aku kawan." Akhirnya Daniel mengucapkan itu setelah membuat Fatir menderita.

"Gila kenapa nasi gorengnya rasanya seperti racun?" Fatir berterus terang saat mereka hanya berdua saja tanpa Sora.

"Apa kau sudah pernah minum racun? Kalau belum jangan berasumsi seperti itu." Walau bagaimanapun Daniel tidak bisa membiarkan Fatir menjelekan masakan pacarnya.

"Baiklah, tapi rasanya keterlaluan. Seolah nasi goreng itu sengaja dicampur adukan dengan garam stoples. Apa kau tahu sebelumnya kalau nasi gorengnya asin?" tanya Fatir baru menyadari.

Daniel mengangguk dengan bibir terbungkam rapat. Tentu saja Fatir meledak karena sudah menduganya.