webnovel

Kehilangan gambar tato

Mobil berwarna silver berhenti tepat di depan gang kecil. Rupanya itu jalan yang menuju rumah kontrakan Sora. Sebagai lelaki sejati keselamatan perempuan diutamakan maka dari itu Daniel mengantar Sora, sedangkan Fatir memilih tinggal di mobil.

"Terima kasih atas tumpangannya," ucap Sora membungkuk di depan pintu mobil.

Fatir hanya membalas dengan anggukan ramah.

"Daniel, aku akan menunggu di sini. Jadi jangan lama-lama," pinta Fatir, memang sebelumnya mencari Daniel karena ada sesuatu yang harus mereka bahas.

Daniel melambaikan tangan kanannya sebagai jawaban atas permintaan rekannya itu. Lantas dia berlalu dari pandangan Fatir dan menghilang di ujung gang tersebut.

Rupanya kepulangan Sora telah dinantikan oleh Zaskia. Ya wanita manis itu tengah bergerak gelisah sebab sahabat satu-satu tidak pulang semalam. Kini mereka bertemu dengan suasana yang kaku disebabkan adanya lelaki tampan di samping Sora.

"Loh zas! Tumben pagi-pagi?" sora cukup terkejut karena tidak biasanya sahabatnya itu ada di depan rumah kontrakan dipagi hari.

"Sora! Kenapa baru pulang? Aku cemas tahu!" pekik Zaskia lantas berlari memeluk Sora, "Kamu baik-baik saja kan, Sora?" sambungnya.

"Astaga, ada apa dengan kamu Zas? Emangnya aku kenapa?" Nampaknya Sora belum mengerti kecemasan sahabatnya.

"Tidur di mana kamu, Sora? Kenapa datang bersama pria tampan ini lagi? Mungkinkah kalian sudah melakukan malam pertama?" bisik Zaskia langsung menerima hadiah pukulan dari Sora.

Plak!

"Jaga ucapan kamu, Zas. Malu tahu," balas Sora gemas.

Zaskia terkekeh kecil puas menggoda sahabatnya itu. Mereka tertawa bersama tidak mengetahui di belakangnya--Daniel nampak gugup.

Sora berbalik menatap Daniel. "Terimakasih, oh iya mau sarapan dulu sebelum pergi?"

Agar tidak gugup menawarkan sarapan pagi adalah alternatif terbaik bagi Sora.

"Tidak, terimakasih. Lain kali saja. Kalau begitu aku pergi ya," ucap Daniel terlihat gugup dan kaku, bahkan mengangguk kulit kepalanya yang mendadak gatal.

"Baiklah. Kalau begitu hati-hati di jalan. Sampai jumpa lagi. Babay." Sora melambaikan tangan kaku, bukanlah reaksinya terlalu berlebihan? Mengapa ada ucapan sampai jumpa lagi.

Daniel mengangguk, lalu menggaruk kepala kaku. Dia tersenyum kecil, senyum yang menunjukan lesung pipinya yang dalam. Bergerak mundur, membungkuk berulang kali kemudian menarik napas untuk meninggalkan tempat itu.

Zaskia menyaksikan dari awal kekakuan tersebut, sampai akhirnya perpisahan gugup dan kaku berakhir.

"Woah. Kenapa aku merasa sesuatu yang tidak biasa? Apa yang terjadi pada kalian berdua? Kenapa ada perpisahan, 'sampai jumpa lagi' dan lambaian kaku seperti itu?" Zaskia mengungkapkan apa yang dilihat sebelumnya.

Sora menunjukan deretan gigi putihnya. "Jangan dibahas lagi. Aku juga bingung kenapa aku seperti tadi?"

Untuk menghindari pertanyaan sahabatnya yang tidak-tidak, Sora memilih masuk ke rumah kontrakannya.

"Sora. Jangan masuk dulu! Aku belum selesai wawancara! Hei Sora!" Pekik Zaskia, berusaha mengejar Sora, namun terlambat pintu rumah itu sudah tertutup rapat. Zaskia hanya dapat menghembuskan napas berulang-ulang.

"Mencurigakan sekali sikapnya?" lirihnya menatap daun pintu tersebut.

~~~

Jerry kebingungan setelah kejadian semalam, pasalnya kehilangan headphone saat ingin melihat gambar tato tersebut. Sebelum terlambat dia bergerak cepat menghubungi pihak hotel. Beruntungnya benda pipih tersebut diamankan pihak sana.

Jerry berlalu cepat menuju hotel yang semalam. Ya memang dia berhasil mendapatkan benda pipih tersebut tetapi tidak tahu isinya sudah di copy oleh orang lain.

Benda pipih itu jatuh tepat di lorong saat Jerry kabur menghindari Daniel. Sangat kebetulan orang suruhan Mr. Aland yang ditugaskan mengintai Sora menemukan benda tersebut.

Sudah pasti penemuannya langsung di laporkan pada Mr. Aland, karena di dalamnya terdapat gambar tato King Cobra Twists The House. Setelah mendapatkan gambar itu orang tersebut menitipkan benda pipih pada pihak hotel. Namun sangat disayangkan tato King Cobra Twists The House yang sangat penting sudah dihapus. Tentunya kejadian tersebut bencana bagi Jerry.

Merasa dunianya runtuh, Jerry meraung sedih. Gagal sudah impiannya setelah mengorbankan diri menjadi lelaki paling brengsek dimuka bumi. Bagaimana menghadapi ayahnya? Membayangkan saja membuat Jerry meringis.

Sesaat kemudian.

Kesalahan kecil ataupun, kesalahan besar sekalipun harus dipertanggungjawabkan sebagai putra yang berbakti pada kedua orang tua. Apapun bentuk hukuman harus ia terima.

Jerry bersimpuh di depan Tuan Hada yang berkacak pinggang dengan sorotan mata tajam.

"Sulit dipercaya, kamu sudah kehilangan tato King Cobra Twists The House, karena keteledoran sendiri? Kamu bodoh atau apa hah!" bentak Tuan Hada cukup membuat dua bahu Jerry mengerjat kaget.

"Maafkan aku, Ayah. Aku janji akan mendapatkannya kembali, dengan cara apapun." Jerry tegas dan bertekad kuat di depan ayahnya.

"Buktikan! Ayah tidak mau tahu, lakukan dengan cara apapun! Miliki wanita itu seutuhnya. Hanya itu caramu sekarang!" tegas Tuan Hada. Kemudian berlalu pergi, meninggalkan Jerry yang masih dalam posisi bersimpuh.

Jerry diam tanpa membalas atau merubah posisinya. Namun, pasti hatinya bertekad menebus kegagalannya.

~~~

Pertolongan Fatir rupanya ada maksud tertentu. Kini dia tengah membujuk Daniel untuk melempar misi tato tersebut. Dengan penuh percaya diri lelaki itu mengatakan niatnya.

"Hanya cara ini satu-satunya agar kamu tidak terlibat. Kamu tidak perlu merasa bersalah pada perempuan itu. Serahkan misinya padaku. Aku janji tidak akan menyebut namamu. Bagaimana, kamu oke?"

Menyilangkan kakinya, dua tangan dilipat di dada dengan santai. Lantas mencondongkan wajahnya ke depan.

"Siapa yang menyuruhmu melakukan ini?" celetus Daniel.

Jawaban yang tidak diharapkan. Sepertinya Fatir terlalu berharap banyak pada Daniel.

"Kek-kenapa kamu bertanya seperti itu? Aku hanya mencemaskan kamu!" Fatir berusaha bersikap sentral mungkin agar tidak menimbulkan kecurigaan.

Daniel menegakan tubuhnya, kembali ke posisi semula. "Jangan beralasan. Akting kamu payah kawan. Sebaiknya berterus terang sebelum aku menelanmu hidup-hidup."

Glk!

Fatir menelan ludah. Sangat mengetahui emosi rekan tampannya itu.

"Ah sudahlah! Baik-baik, aku mau jujur!" ucap Fatir pada akhirnya menyerah juga. Melawan Daniel bukan alternatif terbaik sebaliknya bila dilanjutkan akan berdampak buruk padanya.

"Bagus. Silahkan bicara." Daniel bersiap memasang pendengarannya setajam mungkin.

Fatir menghela napasnya sebelum menjelaskan.

"Ketua menjanjikan jabatan tinggi untukku. Kamu tahu aku sangat lemah bila menyangkut soal itu. Jadi aku menerima pekerjaan kecilnya," tutur Fatir.

"Woah ... Pekerjaan kecil? Ini menyangkut nyawa manusia. Kamu pikir ini mudah hah!"

Brak!

Daniel terlalu emosi tanpa sadar memukul meja. Tentu saja perhatian pengunjung kafe tertuju padanya.

"Hei, kenapa kamu marah-marah? Lihat mereka menonton kita," bisik Fatir, tatapannya menelusuri sudut kafe tersebut. Beberapa pelanggan kafe memang tengah menontonnya.

Daniel memijit keningnya yang mendadak sakit. "Oke, maafkan aku. Baiklah aku tidak marah lagi. Aku hanya tidak bisa mentoler perbuatan ketua. Apalagi orang yang bernama Mr. Aland. Kamu tidak tahu orang itu hanya memanfaatkan agen kita."

"Apa manfaatkan? Maksudmu seperti apa?" tanya Fatir balik.

"Orang itu. Mr. Aland. Aku sudah menyelidiki profilnya. Dia hanya menginginkan keberhasilannya setelah menguasai tujuannya, dia akan melenyapkan kita. Semua orang yang pernah bekerjasama dengannya akan dimusnahkan sekalipun itu Petrick. Sekarang terserah padamu, pilih dilenyapkan karena sudah membantu keinginannya, atau berdiam diri untuk sementara waktu bersamaku? Jika kamu berada di posisiku maka kita bisa mencari jalan lain agar orang itu tidak bisa mencapai tujuannya."

Penjelasan Daniel cukup panjang dan jelas. Baru kali ini melihat keseriusan padanya. Fatir bukan rekan yang sebentar, mereka berdua sudah sering berkerjasama melakukan misi dan pekerjaan yang berbahaya. Berbagai klien dan target yang pernah mereka selesaikan dalam bentuk misi rahasia. Namun baru kali ini memilih target sebagai prioritas utama bukan klien.

Semua itu demi Sora. Karena wanita suka makan itu telah merubah cara pandang Daniel Kim. Dia rela tidak bisa kembali demi melindungi Sora agar tidak sampai ke tangan Mr. Aland.