"Astaga! Vin, Vin!" Rico segera menarik kursi untuk Davina duduk. "Dah, duduk!"
Davina tersenyum, lantas duduk di kursi yang disiapkan oleh Rico. Meskipun tersenyum, Rico tahu benar itu adalah senyuman palsu. Bibirnya tak membentuk garis yang dalam. Seolah hanya sebagai klaim bahwa ia baik-baik saja.
"Rumah kamu besar banget, Mas," ucap Davina sambil menoleh ke sana kemari.
"Bukan rumah aku. Ini rumah Omku, Om Doni," jawab Rico. "Aku mana punya rumah?"
"Orangtua Mas Rico ... Eh, enggak jadi." Davina hendak bertanya tapi ia mengurungkan niatnya karena takut menyinggung Rico.
"Orangtuaku di Jakarta," sahut Rico.
"Jakarta?"
"Ya, aku aslinya dari Jakarta. Aku di sini ikut Omku sejak SMP," jawab Rico.
"Oh, begitu," sahut Davina.
Rasanya ada ia sedikit bisa bernapas lega, setelah kejadian tadi bersama Alma dan Ali. Ia masih bisa berbicara. Namun, sesekali terdengar helaan napas menandakan ia sedang dirundung masalah.
"Kamu yakin engga ada apa-apa?" tanya Rico.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com