Seminggu setelah peristiwa yang mendebarkan itu, Yoga dan Minul bertemu kembali. Melakukan perbuatan mesum lagi. Layaknya hubungan suami istri. Tanpa merasa berdosa. Tanpa merasa waswas. Tanpa merasa bersalah. Mereka terus melakukan silaturahmi kelamin setiap kali mereka berjumpa. Setiap ada kesempatan. Hingga sebulan kemudian, ada perubahan dalam tubuh Minul. Wanita cantik asal Jawa Timur itu berbadan dua. Dia hamil di luar nikah.
Mendengar berita kehamilan Minul, Yoga menjadi panik. Berbagai macam cara dia berusaha untuk menggugurkannya. Namun, janin di rahim Minul sangat kuat. Terlalu tangguh. Bermacam obat dan ramuan tak mempan menghempaskannya. Sehingga mau tak mau. Jabang bayi itu pun terpaksa dibesarkan. Dan tak ada cara lain, selain mereka harus menikah. Mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Yoga dan Minul pun menikah. Secara siri. Mereka hidup bersama hingga Minul melahirkan bayinya. Namun, pernikahan mereka hanya seumur jagung. Beberapa bulan setelah kelahiran si buah hati, mereka memutuskan berpisah. Mereka bercerai baik-baik. Pondasi pernikahan mereka terlalu rapuh. Mudah diguncangkan. Jalan terbaik hanyalah perpisahan.
Kini, Yoga menjadi duren. Duda keren. Karena masih muda dengan tampilan yang sangat menarik. Pesonanya mampu membius para wanita-wanita cantik. Aura kejantanannya bisa memperdaya kaum lelaki berjari lentik. Ya, tak hanya wanita yang menyukai Yoga, tetapi juga para lelaki yang doyan dengan hubungan kelamin yang sama. Lelaki penyuka sejenis alias gay bin homo.
Yoga sendiri juga tak menampik kalau dalam dirinya ada darah homo yang mengalir deras. Sejak usia remaja dia telah merasakan ada bibit-bbit homoseksualitas. Sadar atau tidak memorinya masih tetap membekas. Saat dia menyukai teman sekelas. Teman sepermainannya. Teman nongkrongnya. Teman yang bisa diajak berhaha-hihi bersama. Teman yang selalu membuatnya bergairah untuk melakukan onani berjamaah.
Dia masih ingat benar. Saat-saat dia dan teman-temannya mengadakan nonton bokep bersama. Setelah nonton film yang mampu membangkitkan gairah seksual itu, dia dan teman-temannya dilanda ke-horny-an. Mereka sange. Kontol mereka ngaceng semua. Tanpa ragu mereka membuka celananya. Mengeluarkan kontol mereka masing-masing. Kemudian dengan riang bergembira mereka melakukan senam lima jari bersama-sama. Mereka ngocok kontolnya dengan tempo dan gerakan yang sama. Mereka kompak. Serempak. Hingga mereka puas. Hingga mereka ngecroot. Hingga mereka bermandikan pejuh. Lalu mereka pun lemas.
Ada satu teman Yoga yang tak bisa lepas dari ingatannya. Namanya, Bahrun. Dia salah satu teman terdekat Yoga. Tampilannya biasa saja. Sama seperti laki-laki pada umumnya. Macho dan tegap. Namun, dia memiliki sikap yang aneh. Dia suka megang dan memainkan kontol Yoga. Pada saat Yoga tertidur, Bahrun melancarkan aksinya. Tanpa segan lelaki bertubuh gempal itu melorotkan celana Yoga. Mengeluarkan kontolnya, lalu dengan sigap dia mencaploknya. Menghisap dan mengulum kontol Yoga. Mengurut dan mengocoknya. Hingga tubuh Yoga menggelinjang. Keenakan. Bahrun terus menyepong kontol Yoga. Bertubi-tubi. Tiada henti sebelum kontol Yoga bucat. Memuncratkan cairan spermanya. Croot ... croot ... crooot ... dia baru mengeluarkan kontol Yoga dari dalam mulutnya setelah Yoga mencapai klimaks.
Dari kejadian itulah, Yoga mulai menikmati betapa nikmatnya kocokan tangan orang. Betapa enaknya kuluman dan isepan orang. Meskipun mereka sejenis. Sama-sama laki-laki. Sama-sama makhluk berbatang. Sama-sama mempunyai kontol. Dia tak sadar kalau apa yang dia lakukan bersama temannya itu hubungan terlarang. Persenggamaan kaum penyuka sejenis. Pelaku jeruk minum jeruk. Namun, rasa nikmat yang ditimbulkannya membuat dia kecanduan. Membuatnya merasa nyaman. Ingin mengulanginya lagi. Lagi. Dan lagi.
Dan di masa dia menjalani hidup sebagai duda, rasa itu datang kembali. Rasa ingin bercinta dengan sesama jenisnya. Rasa ingin menggapai kenikmatan bersama makhluk laki-laki yang lainnya. Jiwa Yoga bergejolak. Gairah seksualnya menggelora. Dia ingin melampiaskannya. Ingin memanjakan kontolnya. Ingin dikulum. Ingin disedot. Ingin disepong. Kemudian dia pun menemukan caranya. Mencari mangsa. Lewat aplikasi chating khusus kaum gay. Kitab biru, kitab udang dan kitab kuning. Dia berselancar di sana. Hingga dia mendapatkan satu laki-laki idamannya.
Laki-laki yang bisa diajak bersenang-senang. Bermanja-manja. Dan tentu saja mereka pun bercinta. Beradu pedang. Mempertemukan batang dengan batang. Saling menggesekan kontol tegang. Saling menggerangi tubuh telanjang. Saling memainkan kontol hingga tubuh mereka melayang. Menggeliat dan menggelijang. Dan akhirnya mereka mengejang. Kejang-kejang. Menumpahkan lahar dari lubang benda bulat panjang. Croot ... croot ... crooot ... Mereka senang.