webnovel

Bab 134

di jalan kota yg begitu ramai terlihat seorang wanita sedang menguntit sepasang kekasih yg berjalan bergandengan tangan.

saat sepasang kekasih itu berbelok ke gang yg sepi, wanita itu dengan cepat berlari mengikuti mereka.

tapi saat sampai ke gang tersebut, wanita itu tidak melihat siapapun dan hanya gang buntu yg kosong.

saat hendak berbalik, wanita itu membentur tubuh seseorang dan orang itu langsung memeluk nya dengan erat.

"ne Nero, kenapa kami disini" kata phoena dengan panik

"bukan kah kamu mencari ku, kenapa tiba tiba kamu begitu panik" balas ku dengan santai

"anu anu itu aku hanya khawatir tentang mu, jadi aku mengikuti mu" kata phoena sambil memalingkan wajah nya

"benarkah hanya itu" saat itu saya memegang dagunya dan mengarahkannya agar kami bertatapan muka

"ne Nero apa yg ingin kamu mmmm" saat itu aku langsung mencium bibirnya.

setelah beberapa saat kami melepaskan ciuman kami dan mulai saling menatap.

"Nero kamu tidak boleh mencium ku mmm" dan aku menciumnya lagi.

saat itu aku mulai memainkan lidah ku dengan lidah nya secara bertahap.

setelah beberapa saat phoena mulai memeluk pinggangku dan menekan bibirnya lebih erat dan mulai mengimbangi permainan lidah ku.

setelah lebih dari 10 menit kami akhirnya melepaskan ciuman kami.

phoena yg terengah-engah dengan wajah memerah langsung menundukkan kepalanya.

"anu aku akan menemui Yuri dulu, kamu jaga diri, jangan melakukan hal hal aneh di depan umum" kata phoena dengan terburu buru lalu dia berlari menjauh dari ku dengan panik sambil menoleh beberapa kali ke arahku.

"sepertinya saudari ini sangat pemalu, kapan kamu akan menjadikannya wanita mu" tanya Marie dengan nada menggoda sambil memeluk lenganku

"jangan terburu buru, mari kita tumbuhkan perasaan dulu, setidaknya biarkan dia tidak bisa tidur untuk beberapa hari" jawab ku dengan santai

"kamu sangat kejam, tapi phoena sangat lucu saat dia menjadi pemalu, aku tidak tahu bagaimana expresinya saat dia di ranjang nanti, he he he"

"jangan bayangkan hal yg aneh aneh, ayo kita cari tempat menginap dulu"

"mm"

___________________________

beberapa hari berikutnya, anggota militan yg sedang mempersiapkan ke berangkatnya melihat phoena yg berjalan mondar mandir dengan wajah cemas.

"apa yg kamu pikirkan phoena" tanya Yuri

"eehh anu bukan apa apa, aku hanya memikirkan sesuatu, jangan di pedulikan"

"apa kamu memikirkan Nero" tanya kain yg tiba tiba mengagetkan phoena

"siapa yg akan memikirkan pria mesum itu, lebih baik dia tidak datang, pria ini hanya mengganggu suasana tim saja" kata phoena dengan kesal.

"benarkah, kalo begitu kami berdua tidak akan ikut jika itu menggangu mu" kataku dengan santai yg sudah ada di belakang phoena.

"nerooo jangan mengagetkanku tiba tiba, kemana saja kamu beberapa hari ini, aku tidak bisa menemukanmu" kata phoena dengan marah

"kenapa kamu ingin menemukanku, bukankah kamu bilang kamu tidak ingin aku ikut dengan mu" jawab ku dengan nada main main

"huh itu hanya kata kata emosiku saja" kata phoena dengan acuh tak acuh

"baiklah" balasku dengan santai

"hanya itu" saat itu phoena mulai menatapku lagi dengan wajah kesal

"apa lagi yg kamu inginkan" tanyaku dengan nada penasaran

"setidaknya jelaskan kemana kamu pergi beberapa hari ini" teriak phoena yg sudah benar benar menahan amarahnya

"kenapa aku harus menjelaskannya pada mu, jangan bilang kalo kamu merindukan ku" tanya ku dengan wajah main main

"tentu saja aku merin.., siapa yg akan merindukan pria mesum seperti mu" kata phoena dengan panik dan wajahnya sudah mulai memerah

saat itu semua anggota mulai tertawa.

"neroooo, kamu bajingan" saat itu amarah phoena benar benar meledak.

"well well ada apa ribut ribut" kata seorang wanita seksi dengan dada besar

"nona aludra kamu disini, ini hanya pertengkaran anak anak, jangan di anggap serius" kata Yuri dengan santai

"kamu tunggu saja pembalasan ku" kata phoena dengan nada mengancam dan saya hanya membalas dengan senyum lembut yg membuatnya lebih kesal lagi.

___________________________________

saat ini kami melakukan perjalanan ke ibu kota sihir untuk menemukan 3 Petapa agung untuk menanyakan lokasi pirika, peri kecil yg merupakan tekad dunia ini.

dan saya sedang menunggangi kereta kuda yg saya siap kan sendiri, di sebelah kanan ku Marie yg terus menerus bersenandung riang dan di sebelah kiri ku phoena yg duduk dengan wajah kesal.

"jika kamu tidak menyukai duduk di sebelahku, lebih baik kamu masuk ke dalam kereta, toh tidak ada orang di sana" kataku dengan santai

"aku harus mengawasi mu agar tidak melakukan hal hal mesum" jawab phoena dengan tegas

"phoena, tidak ada yg akan marah jika kamu jujur dengan perasaanmu, apa kamu menyukaiku"

"kamu kamu jangan terlalu percaya diri" kata phoena dengan kesal

"jawab dengan jujur, apa kamu tidak menyukaiku, jika kamu tidak menyukaiku aku akan segera pergi dari mu"

"aku" setelah itu phoena mulai menundukkan kepalanya, tapi setelah beberapa saat dia mulai membuka mulutnya

"aku hanya tidak bisa berhenti memikirkan mu, tapi setiap aku melihat mu ada rasa kesal yg muncul di hati ku, ini semua salah mu, kamu merebut ciumanku, kamu selalu mengejek ku" saat itu air mata mulai menetes dan jatuh di pahanya

"apa kamu hanya mempermainkan ku, apa aku ini hanya mainan bagi mu, setelah kamu bosan kamu akan membuang ku" saat itu phoena benar benar mulai menangis

"aku benar benar membenci mu, kamu memainkan perasaanku seenaknya, kamu pria bajingan, pria mesum, tak tahu malu"

"aku benar benar ingin kamu menghilang dari dunia ini, tapi aku tidak bisa berhenti berpikir tentang mu, wajah mu selalu menghantuiku setiap malam, aku merasa jika aku tidak bisa melihatmu lagi aku akan mati, aku merasa tidak bisa kehilangan mu"

"apa kamu tahu selama beberapa hari ini aku benar benar menderita tidak bisa bertemu dengan mu, kamu menghilang begitu saja, aku sudah mencari mu kemana mana, apa kamu benar benar menganggap ku seperti mainan untuk mu"

"kamu bajingan, bajingan mesum, kenapa aku bisa mencintai pria seperti mu, kenapa Nero, kenapa kamu selalu muncul di pikiranku, sihir apa yg kamu gunakan pada ku" saat itu phoena mulai memeluk lengan ku dan menangis dengan tersedu sedu.

"aku tidak pernah menganggap mu seperti mainan, menurutmu kenapa aku mengikuti rombongan ini, apa kamu masih tidak paham"

"itu karena aku selalu mencemaskan mu"

"saat pertama kali aku menemukanmu, aku benar benar ingin menjadikanmu istriku, tapi aku tahu bahwa kamu menanggung beban yg berat di pundak mu, jadi aku hanya bisa menjauh dari mu"

"aku selalu mengawasi mu diam diam dari kejauhan sejak saat itu"

"sampai aku benar benar yakin semua temanmu bisa menjaga mu, saat itu aku baru bisa melepas mu"

"tapi saat aku mendengar bahwa kalian kalah dari raja kegelapan aku benar benar cemas dengan keselamatanmu, saat itu aku langsung pergi untuk menemui mu"

"apa menurutmu pertemuan kita di desa waktu itu adalah kebetulan, itu bukan kebetulan, aku memang sedang mencari mu saat itu" kataku dengan santai

"tapi tapi kenapa kamu tidak langsung saja menemui ku, kenapa bukan kamu yg menyelamatkanku, kenapa harus menyerahkan ku pada mereka" tanya phoena yg sudah memelukku dengan lebih kencang

"karena tujuan mereka dan tujuan mu sama, mereka punya banyak kenalan untuk membantu mu, sedangkan aku hanya orang tanpa nama yg tidak tahu tentang dunia ini"

"phoena, aku tidak pernah menganggap mu seperti mainan, aku hanya berharap beban yg kamu tanggung segera bisa di lepas, aku selalu menggoda mu agar kamu tidak terlalu memikirkan beban mu itu, aku hanya ingin kamu melepasnya walau hanya sesaat, aku tidak bisa melihatmu selalu tertekan oleh beban mu itu"

"Nero.." saat itu phoena langsung memeluk ku dengan erat dan mulai menangis lebih keras untuk melampiaskan emosinya.

setelah beberapa saat phoena akhirnya berhenti menangis dan mulai tertidur di pangkuanku.

dan Marie hanya tersenyum gembira sambil memberi tepuk tangan kecil dan mengacungkan jempolnya pada ku.