webnovel

Dunia Kita Berbeda

Perkenalkan.... Nama ku Rendy Wijawa Kusuma. Lahir pada tanggal, 29 Mei 2004. Usia ku baru saja 17 tahun, masih SMA, memiliki jiwa labil, dan sifat kekanak kanak kan. Semua orang mengatakan aku sama saja dengan anak berusia 10 tahun. Aku juara satu di sekolah mulai dari SD sampai SMP. Tapi semua guru menyadari bahwa aku berbeda, saat usia ku tiba tiba saja menginjak 13 tahun. Aku tampak sangat berbeda. Aku kira beda adalah suatu kelebihan. Tapi ini kekuarangan bagi ku. Namun.... Bisakah seseorang yang sangat berbeda seperti ku? Dapat mencintai? Apakah aku bisa melakukan pertemanan? Apa aku boleh menggapai sesuatu yang ku ingin kan? "Kenapa kau seperti itu hah?!" Bentak nya. "Ka--karena... Dunia Kita Berbeda." Ucap Rendy dengan meremas remas jemari nya hingga kulit nya mengelupas. Diam sejenak, udara di sekitar nya jadi dingin dan napas nya tidak terkendali. Dunia Kita Berbeda. Kata kata itu sungguh menyayat hati nya.

Laurens_Fan7 · Fantasi
Peringkat tidak cukup
391 Chs

15. Nasi Pecel

Randy ada tugas kerja kelompok hari ini, dia harus pergi ke rumah teman nya dan mengerjakan suatu proyek sains. Yah... Guru nya itu selalu memberikan tugas dengan kerja kelompok BLA BLA BLA... Bahkan teman sebangku Randy terpaksa membawa Randy ke kelompok nya hanya karena dia adalah anak yang selalu menjadi peringkat pertama. Randy sebenarnya bisa mengerjakan prakarya itu sendiri, hanya saja guru nya menyuruh dia untuk kerja kelompok.

Seberapa pintar Randy dia adalah anak autis yang tidak pernah di hargai sama sekali. Orang orang melihat nya seperti kasihan, tapi dalam hati selalu menghina. Bahkan Randy pernah di beri uang hanya karena menatap kondisi Randy. Andai saja jika orang itu tahu bahwa Randy adalah anak dari pemilik perusahaan transportasi nomor 1 di Indonesia.

"Randy! Jangan sampai telat yah! Bawa alat alat nya juga. Kamu kan kaya!" Teriak ketua kelompok nya.

Randy hanya mengangguk saja. Astaga... Pria ini benar benar culun tidak pernah melawan karena rasa takut. Randy juga tidak bisa membentak, yang ada dia malahan di kira orang gila. Ibunya tidak pernah mengetahui jika dia selalu dalam kondisi seperti ini. Karena ibunya mengira uang adalah segalanya, dan karena latar belakang kehidupan nya Randy yang kaya. Ibunya pikir akan banyak pria yang mendekati nya.

Randy menundukkan kepala nya, dia baru saja selesai mengerjakan tugas matematika. Memasukkan buku nya ke dalam tas. Dan saat dia mendongak kan kepala nya, dia sudah berada di dalam imajinasi. Dia tersenyum lebar.

Berlompatan girang, ini adalah dunia imajinasi para pengidap penyakit autis. Dia bisa tertawa senang, menatap kelinci berwarna pink, burung burung berterbangan warna warni. Dan semua hewan hewan yang tertawa gembira dan Randy adalah pemilik sebuah perkebunan di Australia.

Dia memiliki teman baik dan itu adalah karakter yang menggambarkan Rio, dan gadis desa itu adalah Clara. Randy tertawa.

"Satu butir telur sama saja dengan satu ayam kecil. Jika kau membelinya kau harus membayar 2 dollar Amerika. Aku malas sekali menghitung setiap butir telur nya. Ada banyak sekali ayam kalkun di sana. Mereka terus menetas dan memadati perkebunan ku." Oceh Randy.

Semua temannya yang tidak paham dengan dirinya tertawa, meneriaki nya dengan panggilan orang gila.

Namun Randy tidak mendengarkan nya. Rasanya dia tidak bisa membedakan antara dimensi nya saat ini. Dia mengigit bibir nya karena begitu terpesona dengan gadis desa cantik dalam imajinasi nya.

"Randy? Ren? Randy?" Rio terus terusan memanggil nama Randy tapi dia tidak merespon nya. Mata nya terus menatap lurus ke depan dengan mata yang berbinar binar.

Rio sudah sering kali mengurusi Randy. Dan masalah imajinasi Randy dia sudah tau akan hal itu. Bahkan Randy pernah bilang jika dia pernah pergi ke Afrika dan melihat jerapah langsung. Terus Randy pernah berkeliling ke Tokyo Jepang, katanya suhu di sana bisa mencapai 2 derajat Celcius bahkan di saat siang hari pukul 12 siang.

"Sekarang ada apa dengan imajinasi mu. Apakah kucing Red sudah sembuh?" Tanya Rio.

Red adalah kucing di rumah Randy di Australia. Warna nya merah merona dan mata nya berwarna hijau gelap.

"Dia sudah membaik. Paru paru nya harus segera di periksa. Tapi... Dia sudah tidak bersin. Red? Kau baik baik saja kan?" Ucap Randy.

Dunia imajinasi nya begitu warna warni. Pohon pohon nya yang seperti kapas itu memiliki keunikan tersendiri. Tergantung warna daun dan batang pohon nya. Randy memegang kamera dan memotret pelangi yang muncul setelah hujan.

"Rio... Kau mau melihat dunia imajinasi ku?" Tanya Randy.

Rio mengangguk kan kepala nya.

"Ya. Perlihatkan pada ku... Aku ingin melihat nya." Kata Rio dengan tersenyum lebar.

"Really? Baiklah. Aku akan segera menggambar nya." Kata Randy.

Rio tertawa tidak percaya dengan perkataan Randy ini.

"Randy... Kau harus kerja kelompok. Pergilah..." Kata Rio.

Randy hanya mengangguk anggukan kepala nya. Dia tidak akan pernah lupa akan hal itu. Randy duduk di belakang jok sepeda pancal Rio dan mereka berhenti di salah satu warung kecil. Yang sedikit lusuh. Mereka menjual berbagai macam camilan. Warung ini baru saja di buka. Dan yang berjualan adalah Clara.

Rio, dia sudah berteman dengan Clara selama 3 Minggu. Dan ini akan menjadi satu bulan dia berkenalan dengan Clara.

"Clara... Mau ku bantu?" Tanya Rio.

Randy yang tadi ada di dunia imajinasi nya, seakan akan tersadar karena menatap Clara. Dia duduk di kursi kayu dan menyeduh teh yang di belikan oleh Rio.

"Wah... Kalian satu sekolah ya? Randy? Kau sudah makan? Mau ku bikin kan makanan?" Tanya Clara.

"Mau." Ucap pelan Randy.

"Clara. Cepat buatkan dia nasi pecel. Dia tidak pernah memakan nya. Hahahahaha...." Tawa Rio dengan memasangkan terpal untuk menutupi warung.

Randy yang tidak asing dengan nama itu mengangguk. Dia tidak pernah mencoba makanan Indonesia. Hanya pernah memakan mie instan, dan itupun sudah sekitar 3 tahun yang lalu.

Sehari harinya, dia sarapan dengan avocado toast, lalu siang nya dia akan makan ayam goreng ataupun makanan berat western, dan makan malam nya bergaya Amerika sesuai selera ayah nya, dan di lengkapi dengan dessert dari Prancis. Semua makanan dari berbagai negara dia sudah coba, tapi tidak pernah makanan Indonesia.

"Astaga.... Orang kaya memang berbeda." Kata Clara.

"Randy! Kau membawakan ku teh Oolong kan?" Tanya Clara.

Randy mengangguk dia memberikan teh Oolong itu dan Clara langsung senang bahkan melompat girang.

"Astaga... Bukankah rasanya sedikit aneh?" Tanya Rio.

"Bukan untuk di minum. Tapi untuk di buat masker." Kata Clara dengan senang nya.

Rio menggelengkan kepala nya seolah tidak percaya. Pecel pesanan Randy sudah siap, dengan topping telur setengah matang, dan tahu serta tempe. Dan lengkap dengan sayuran nya, kini Randy mencicipi bumbunya terlebih dulu.

"Cicipi!" Pinta Rio dan Clara. Mereka duduk di depan Randy dan menopang dagu mereka serta melihat dan menyaksikan detik detik Randy makan pecel.

"Mmmh... Enak. Wah... Ini... Ini... Enak sekali. Ada rasa kacang dan telur nya aku suka." Kata Randy.

Dia juga mencoba kubis yang dia campur dengan bumbu kacang nya pecel.

"Woah... Kau suka Randy? Astaga... Syukurlah. Itu resep dari ibuku." Kata Clara yang akhirnya mendapatkan apa yang dia inginkan sedari dulu.

"Gila. Kau beneran luar biasa Randy... Kau harus mengatakan hal ini pada Mama mu. Dan Dahlia juga! Dia suka sekali makanan kan? Hahahahaha... Konyol sekali, orang kaya makan nasi pecel." Kata Rio dengan tertawa lebar.

"Aku baru merasakan rasa ini... Luar biasa sekali rasanya." Ucap Randy dengan senyuman lebar nya itu.