webnovel

Dua Penguasa

Mengisahkan dua Pemuda dari Negara Maritim yang sangat menggilai barang antik dan kuno, keduanya mengikuti sebuah lelang di Negara Tirai Bambu. Hingga sampai dimana keinginan mereka terwujud, yaitu untuk mencapai dunia lain. Namun sial, setelah sampai di dunia tersebut. Mereka tidak mendapatkan jalan pulang. Kini keduanya terjebak di dunia dengan Manusia yang bisa mengendalikan panasnya api, membekukan air, kerasnya tanah dan hampanya angin. Mereka menyebut diri mereka adalah Kultivator Mereka mendapat identitas baru dari dua Harimau yang mereka temui untuk memulai petualangan mereka di dunia tersebut, mereka berdua dengan sangat tekun menaikan kekuatan mereka dalam tujuan untuk menguasai dunia ini! *Original bukan terjemahan.

Han_disini · Fantasi Timur
Peringkat tidak cukup
525 Chs

Bab18. Kabar Buruk

Han Xiao sedang berpikir keras untuk memilihkan bentuk apa yang cocok untuk Perubahan Bentuk Ren Yanyu.

"Burung?"

"Kucing?"

"Ah tidak mereka terlalu lemah." Han Xiao terus berpikir untuk membuat Inti Perubahan Ren Yanyu.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Han Xiao.

"Siapa?! Bisakah tidak mengganggu?!" geram Han Xiao kesal.

"Abang Han. Ini Yu'er," suara lembut dan indah terdengar diluar.

Han Xiao melunak saat mendengar suara itu, dia mengijinkan Ren Yanyu masuk setelah itu.

"Yu'er, maaf ya sudah berteriak," ucap Han Xiao lembut.

Gadis kecil itu mengangguk pelan.

"Abang, dua pengawal sudah siap untuk perjalanan dan juga kereta sudah siap," kata Ren Yanyu.

Han Xiao mengerutkan kening, bukankah dia akan melakukan perjalanan besok? Kenapa sudah siap semuanya?

"Biarkan saja," ujar Han Xiao. "Ah iya kemana Bi Jiao dan Bing Ruomei?"

Ren Yanyu tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Aku lupa. Jiao'jiejie dengan teman-temannya pulang ke Sekte Tiga Pedang, dia tidak bisa mengikuti perjalanan menuju Kota Kekaisaran bersama Abang Han."

Bi Jiao ingin berpamitan pada Han Xiao namun waktu sangat mendesak, dia sudah keluar dari sekte lebih dari satu bulan. Itu melewati aturan sekte karena Bi Jiao hanya meminta satu bulan untuk keluar mencari pengalaman.

"Yu'er," panggil Han Xiao.

Ren Yanyu adalah anak yang cerdas jadi dia paham arti dari panggilan Han Xiao, dia duduk di samping Han Xiao.

"Binatang apa kesukaanmu?" tanya Han Xiao.

Gadis itu merenung sebentar sebelum menjawab, "tikus."

"Tikus?" Han Xiao tercengang mendengar binatang kesukaan Ren Yanyu.

Dia berniat memberikan Inti Perubahan yang sesuai dengan kesukaan Ren Yanyu, namun gadis ini menyukai tikus? Tidak mungkin untuk Han Xiao memberi Inti Perubahan bentuk tikus untuk Ren Yanyu.

"Selain tikus, apakah ada yang kau sukai?" tanya Han Xiao lagi.

Ren Yanyu kembali merenung.

"Aku suka Rubah," jawab Ren Yanyu dengan polos.

Sekali lagi Han Xiao tercengang, biasanya anak gadis seperti Ren Yanyu di dunia sebelumnya akan menyukai kucing, kelinci atau binatang yang imut. Tapi Ren Yanyu ini sangat aneh.

Tapi setidaknya Han Xiao lega karena bisa membuat Inti Perubahan Rubah, jika dibandingkan dengan tikus itu sangat tidak enak dipandang menurut Han Xiao.

"Baiklah Yu'er istirahat, besok kita akan melakukan perjalanan," ucap Han Xiao dengan lembut.

"Selamat malam Abang Han," kata Ren Yanyu seraya turun dari ranjang, gadis kecil itu melambaikan tangannya sambil berjalan keluar kamar.

Han Xiao tersenyum lembut untuk Ren Yanyu.

***

Jauh dari Provinsi Han Kekaisaran Yang.

Di dalam aula istana megah di sebuah kekaisaran tepatnya adalah aula istana Kekaisaran Ming.

"Apaa!!! Weisheng mati?!" teriak seorang pria paruh baya dengan keras, ada amarah dan kesedihan pada nada itu.

"Kaisar Ming, kami menemukan kabar dari seorang pemburu, dia menemukan segerombolan besar Hyena Darah dan Token milik Weisheng," kata pria tua di hadapan pria paruh baya tersebut.

Pria paruh baya itu adalah Kaisar dari Kekaisaran Ming. Ming Shao.

Kematian Ming Weisheng sudah masuk ke telinganya, walaupun Ming Weisheng hanyalah anak dari istri kedelapan nya dia juga masih menyayanginya bagaimanapun itu darah dagingnya dan juga Ming Weisheng berbakat dalam Kultivator Binatang.

Kultivator Binatang cukup langka di Benua Angin Selatan.

"Siapa yang membunuhnya?" setelah menenangkan sedikit amarah yang bergejolak Kaisar Ming Shao bertanya.

Pria tua itu sedikit ragu sebelum menceritakan yang dia tahu.

"Dari hasil pengamatan hamba, Pangeran Weisheng terbunuh oleh kekuatan dahsyat yang mengandung aura kehancuran," kata pria tua itu.

"Kekuatan dahsyat dan aura kehancuran?" Kaisar Ming Shao bergumam.

"Benar Yang Mulia, Hamba menemukan pada tameng yang dipakai oleh Pangeran Weisheng memiliki sisa-sisa aura kehancuran!"

Kaisar Ming Shao kembali merenung, setaunya Kultivator yang memiliki Teknik Sihir kehancuran adalah Petapa Gila.

Tapi setelah berpikir kenapa Petapa Gila membunuh anaknya? Ini membuatnya sangat bingung, sebagai salah satu dari Enam Kaisar. Kaisar Ilusi, Ming Shao mengenal Petapa Gila, dia adalah orang gila dengan caranya tetapi dia tidak akan gila sampai membunuh seseorang sembarangan.

"Aku haru melakukan perjalanan untuk memverifikasinya."

Ming Shao juga sedikit terganggu saat mengingat karakter buruk anaknya terhadap wanita, dari yang dia tahu Petapa Gila sangat tidak suka melihat pria yang semena-mena terhadap wanita.

"Berikan penguburan layak untuk Weisheng! Aku akan melakukan perjalanan," titah Kaisar Ming Shao pada pria tua itu.

"Baik Yang Mulia." Pria tua itu membungkuk dengan hormat lalu pergi.

Saat pria tua itu sampai dimana mayat Ming Weisheng tergeletak hancur ekspresinya sangat dingin, Weisheng adalah muridnya yang berbakat, dia memiliki keyakinan bahwa Weisheng akan memasuki Akademi Naga dan Phoenix. Tetapi sekarang harapannya hancur dengan mayat muridnya.

"Aku akan membalaskan dendam untukmu Sheng'er, istirahatlah dengan tenang di alam sana," gumam pria tua itu pelan, bahkan tidak ada yang mendengarnya selain dia.

***

Belum sempat masalah Ming Weisheng selesai, Kaisar Ming Shao mendapat kabar buruk lainnya.

Keponakan yang sangat disayanginya pulang dengan keadaan menyedihkan, luka disekujur tubuhnya dia sangat compang-camping aura bangsawan dan kesombongannya hilang saat dia melaporkan apa yang terjadi pada Ming Shao.

"Liye, apa yang terjadi? Mengapa kau bisa seperti ini?" Kaisar Ming Shao mencoba menekan amarahnya saat melihat keponakan yang paling dia sayangi sangat berantakan.

Pemuda itu dengan ragu menceritakan apa yang terjadi, tapi apa yang dia ceritakan tidak seluruhmya benar. Bahkan dia menambahkan bahwa penyerang membunuh pengawal di sisinya. Jika bukan karena dia cukup kuat dia tidak akan keluar dari kritis itu.

"Paman agung, aku ingin dia mati!" geram pemuda itu.

"Liye, jika kita tidak tahu siapa dia bagaimana pamanmu ini membunuhnya?"

Seolah mengharapkan jawaban dari Kaisar Ming Shao, pemuda itu memberi ciri-ciri seseorang yang memukulinya.

"Dia terlihat berumur lebih muda dariku, memiliki rambut pendek dengan paduan berwarna biru ekspresinya selalu riang, dan yang paling menyeramkan dia memiliki aura kehancuran saat dia meluncurkan tinjunya," tutur pemuda itu.

Jika ada Han Xiao di sini, Han Xiao akan mengenali pemuda itu tak lain adalah Ming Liye yang dipukulinya lalu ditendang hingga terbang jauh.

Dia mengadu pada pamannya. Kaisar Ming Shao tetapi dia tidak menceritakan kisah nyatanya, dia tidak ingin berita kejadian hari itu menyebar itu akan sangat memalukan baginya. Tetapi saat dia mengingat kekuatan Han Xiao dia bergetar ketakutan.

Masih hangat dalam ingatannya saat dia ditendang oleh Han Xiao dia mendarat tepat di sebuah kota yang terletak di dalam provinsi Bulan Ilusi yang terletak sangat jauh dari Provinsi Han, bahkan itu sudah keluar dari Kekaisaran Yang itu adalah provinsi dibawah kekuasaan Kekaisaran Ming, dia sangat terkejut karena itu. Jika bukan karena dia Kultivator yang memiliki tubuh kuat mungkin dia akan menjadi tumpukan daging.

"Aura kehancuran lagi?" gumam Kaisar Ming Shao.

Dia segera bertanya pada Ming Liye. "Liye bukankah kau beberapa hari kemarin berada di Kekaisaran Yang?"

Ini sangat tidak masuk akal karena hanya beberapa hari dia sudah berada di kota Huanjue.

Perjalanan normal itu akan membutuhkan setidaknya tiga bulan paling cepat untuk menuju Kota Kekaisaran Ming dari Provinsi Han.

Tapi apa yang tidak diketahui oleh Kaisar Ming Shao adalah Ming Liye menempuhnya hanya beberapa hari dalam keadaan tidak sadarkan diri saat ditendang terbang oleh Han Xiao.

Ming Liye segera menjelaskan bahwa setelah dia ditendang oleh pemuda riang itu dia tidak sadarkan diri.

"Kekuatan macam apa itu?" batin Kaisar Ming Shao terkejut.

Sekarang dia tambah frustasi, hanya satu orang yang bisa menjawab semua masalahnya menurutnya, itu adalah Petapa Gila!

Di Benua Angin Selatan tokoh yang sudah bertemu dengan Petapa Gila sangatlah banyak tapi hanya sedikit yang tahu bahwa itu adalah Petapa Gila.

Itu karena tampilan Petapa Gila yang sangat muda, tidak akan ada yang percaya bahwa pemuda yang telihat berumur 16 hingga 17 tahun adalah Petapa Gila. Salah satu tokoh besar di Benua Angin Selatan.

Maka dari itu saat dia mendapatkan kabar bahwa keponakannya yang ditendang hingga sejauh itu dan pelakunya adalah pemuda yang riang dia hanya memikirkan satu. Petapa Gila!

"Aku harus secepatnya melakukan perjalanan untuk bertanya apakah ini benar dia atau bukan," batin Kaisar Ming Shao.

Tentu dia hanya ingin bertanya, jika itu benar pelakunya adalah Petapa Gila dia hanya bisa menelan amarahnya karena Kaisar Ming Shao tahu batasannya. Dia akan mati dibawah jentikan jari Petapa Gila, dia tidak ingin mati konyol.

Jika pelakunya bukan Petapa Gila dia akan menunggu hingga Pertarungan Keajaiban dimulai, dia percaya bahwa jenius kuat seperti itu akan hadir di Pertarungan Kejaiban.

Pada saat itu juga dia akan memikirkan cara untuk membalaskan dendam untuk kematian putranya serta keponakan yang dia sayangi.

***

Han Xiao tidak tahu secara alami bahwa tindakannya membawa harimau yang siap menerkamnya, tetapi walaupun dia tahu Han Xiao tetap akan tidak peduli.

Saat ini Han Xiao sedang di sebuah bangunan besar di tengah Kota Woaven.

Bangunan ini besar dengan tiga tingkatan, berbagai wanita cantik berkeliaran menemani lelaki di setiap sudutnya.

Han Xiao menatap plakat besar di atas pintu bangunan tersebut bertuliskan.

'Paviliun Bunga Malan'

"Sialan kau kucing besar! Manual kultivasi dari kau ini sangat mengesalkan, kebiasaanku di bumi semakin parah saat di dunia aneh ini," gerutu Han Xiao.

Dia melangkahkan kakinya memasuki bangunan besar tersebut, saat dia masuk banyak wanita cantik berebut menarik-nariknya, beberapa menggoda dengan menempelkan dada mereka pada tubuh Han Xiao.

Senyum di wajah Han Xiao melebar saat melihat banyaknya wanita cantik, tapi dia tidak tertarik. Han Xiao melanjutkan jalan menuju meja besar yang seperti resepsionis.

"Aku ingin bunga terbagus atau masih baru," ucap Han Xiao pada wanita di belakang meja besar itu.

Sejenak wanita itu tertegun melihat wajah tampan Han Xiao sebelum mengangguk.

"A...apakah anda Pangeran Han?" Bisik wanita itu pelan.

Dia pernah melihat wajah di depannya ini tapi hanya dari jarak jauh, namun dia yakin bahwa pemuda di hadapannya ini adalah Pangeran Han Xiao!

Han Xiao hanya tersenyum tidak mengiyakan atau menyangkalnya.

Wanita itu membawa Han Xiao ke lantai tiga, di sana adalah tempat terbaik dari yang terbaik di Paviliun Bunga Malam

Saat mereka sampai di lantai tiga, wanita itu pergi setelah mengantarkan Han Xiao ke sebuah ruangan yang sangat nyaman.

Han Xiao mengambil kendi anggur dan menuangkan anggur pada gelas yang tersedia di meja hadapannya itu. Semerbak wangi anggur memasuki indra penciuman Han Xiao.

"Sungguh anggur yang baik," gumam Han Xiao, setelah itu dia meneguk pelan anggur tesebut.

Sementara Han Xiao sedang menikmati anggurnya, wanita yang membawanya tadi sedang mengumpulkan gadis untuk dipilih.

"Qiong Ne, Roi Di dan Jie Ni. Kalian ikuti aku," ucap wanita itu pada tiga gadis cantik yang sedang duduk di kursi tak jauh darinya.

Ketiga gadis itu sangat tegang saat dipanggil oleh wanita itu, mereka mengambil nafas lalu menghembuskan pelan sebelum mengikuti wanita itu.

Mereka gugup, ini adalah pekerjaan pertama mereka!

"Jangan gugup seperti itu, jika kalian berhasil kalian akan resmi menjadi anggota Paviliun Bunga Malam dan bisa mengolah manual kami," kata wanita itu pada tiga gadis yang dibawanya.

Ketiga gadis itu mengangguk pelan dan mengikuti wanita itu masuk ke dalam sebuah ruangan.

Ketika mereka memasuki ruangan mereka melihat seorang pemuda tampan dengan ekspresi riang menempel di wajahnya.

"Tuan muda, mereka bunga segar dari Paviliun Bunga Malam kami. Semoga anda nyaman," kata wanita itu sebelum pamit pergi meninggalkan ruangan.

"Jangan terlalu canggung," kata Han Xiao seraya menepuk kursi di sebelahnya. "Sini duduk bersamaku."

Ketiga gadis itu menghampiri Han Xiao, dua diantaranya duduk di kiri dan kanan Han Xiao sedangkan satunya duduk di kursi lain untuk menuangkan anggur.

Setelah mabuk oleh banyaknya anggur yang mereka minum. Han Xiao melancarkan aksinya segera.

Dia sudah menahan hasratnya selama dua hari terakhir karena tidak ada tempat pelampiasan setelah Bi Jiao pergi.

Han Xiao mencium penuh nafsu salah satu gadis cantik itu, tangannya terus menulusuri tiap inci tubuh indah gadi tersebut. Gadis lainnya juga menggerayami tubuh Han Xiao karena mereka berada dibawah pengaruh alkholol yang menyebabkan mereka terbawa nafsu binatang.

Bugh...

Han Xiao melemparkan gadis itu ke ranjang lalu melucuti satu persatu baju yang di pakai gadis tersebut, dia bermain dengan dada sintal dan sehat milik gadis itu, sesekali Han Xiao menghisapnya membuat gadis itu mengerang pelan.

"Kita mulai permainan ini," ucap Han Xiao dengan nada yang penuh dengan nafsu.

Kasur yang berspreikan putih itu ternodai oleh bunga darah saat Han Xiao melakukan aksinya, bunyi ranjang yang bergoyang bergeser di lantai sangat jelas karena Han Xiao yang bermain kasar.

Gadis itu mengumpat beberapa kali dalam hatinya karena Han Xiao mengejutkannya, tapi sesaat kemudian dia tenggelam dalam permainan Han Xiao.

Malam itu sangat menyenangkan untuk Han Xiao karena dia bisa melepaskan hasrat yang minta dilepaskan, ini adalah efek samping saat dia menyerap Qi dan Esensi Darah dari anak buah Ming Liye.