"Kenapa lo nyerahin semua tugas ini sama kita berdua? Gue pikir jadi ketua itu enak. Tinggal ongkang-ongkang kaki dan ngasih perintah. Ternyata ngehandel semua kerjaan."
Samudera melirik Fayez diam-diam dan berdeham. "Gue juga nggak tega sebenernya, Dan. Tapi mau gimana lagi? Pak Bani juga nyerahin semuanya sama kalian, kan?"
"Iya. Dan gue nggak ngerti sama cara berpikir kalian" jawab Dania masih berada dalam mode kesal.
"Udah lah, Sayang... kita terima nasib aja. Lagian kan sekarang udah ada Samudera. Kamu jangan marah-marah lagi, ya."
Dania mengangguk. Fayez berhasil membujuk dan meluluhkan hati gadisnya. Kini mereka bertiga duduk lesehan di atas lantai sembari membungkus snack tersebut.
"Sam, lo kenapa bisa ke sini? Bukannya lo lagi belajar?" tanya Fayez menatap Samudera lekat.
"Hm... gue kasihan sama kalian. Makanya gue ke sini. Kan udah gue bilang, kalau gue nggak tega ngeliat kalian ngerjain semuanya sendiri. Apalagi Dania, dia kan kemarin habis sakit perut."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com