Keesokan harinya, isu tentang tawuran antar dua sekolah itu benar-benar tidak tersebar sama sekali.
Dania semakin yakin, kalau Fayez dan teman-temannya memang pernah melakukan kegiatan gila ini sejak dulu.
"Yez, pihak sekolah beneran nggak akan tahu tentang kejadian kemarin?"
"Harusnya sih, nggak. Lihat aja sekarang, Pak Bani nggak nyuruh kita ke ruangannya, kan?"
Dania mengangguk membenarkan. "Mudah-mudahan aja emang nggak kesebar, ya. Aku takut kamu dihukum."
Fayez memegang kedua bahu Dania sembari menatapnya lekat.
"Kamu jangan khawatirin aku. Yang perlu dikhawatirin itu kamu. Kamu perempuan, kalau mama kamu tahu, gimana? Atau papa kamu tahu? Bisa-bisa aku nggak dikasih restu sama mereka" ucap Fayez membuat Dania tersenyum malu.
"Mana mungkin mama nggak kasih restu sama kamu. Orang mama bilang kalau kamu ganteng, baik. Pokoknya selalu muji-muji kami."
"Oh ya? Itu tandanya ketampanan aku memang nyata. Bukan cuma kamu aja yang kepincut, tapi mama kamu juga."
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com