"Asha!" panggil Dandelion.
"Iya, Bu." Asha segera menghampiri Dandelion. Ia tetap setia mengikuti atasannya itu meski sudah tidak bekerja di perusahaan. Kini, mereka hanya mengurusi rumah kelas akting.
"Trainee yang bernama Tamara masih belum masuk?"
"Belum, Bu. Dia tidak memberikan alamat jelas, juga tidak meninggalkan nomor telepon. Jadi, saya sedikit kesulitan untuk memeriksanya. Apakah dia bersungguh-sungguh ingin melanjutkan pelajaran aktingnya atau berhenti sampai disini."
"Sayang sekali, padahal saat audisi penerimaan siswa, dia mendapatkan nilai paling tinggi dari para juri. Kalau biodatanya, apa juga tidak diisi dengan alamat?"
"Tidak juga, Bu."
Dandelion menarik nafas panjang. Ia sangat tertarik dengan sosok Tamara, karena ia belum pernah bertemu sama sekali. Ia mengetahui wajahnya dari formulir pendaftaran.
Ia penasaran karena Tamara mendapatkan nilai paling tinggi dibanding yang lainnya. "Ya sudah. Lanjutkan pekerjaanmu!"
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com