webnovel

DADY

Rafael suka sekali dengan anak kecil, tapi dia paling benci pernikahan dan wanita, hampir semua wanita hanya mengincar uangnya saja. Satu ketika Rafael terpikirkan untuk punya seorang anak, keturuan, untuk meneruskan perusahaannya, tapi tanpa menikah? bagaimanakah kisahnya?

KILLY · Sejarah
Peringkat tidak cukup
394 Chs

RUMAH SAKIT part 2

Rafael takut setengah mati kalau ketahuan oleh mamanya. Tapi hanny tau, hanny diam seribu bahasa. Tapi tetap saja, ikatan hati antara nenek dan calon cucu sepertinya tak terbantah.

"Emm.." hanny kembali merasa mual.

Mama rafael tak tega melihatnya. Dia membantu mengusap punggung hanny. Sementara hanny sibuk menghirup minyak wangi bayinya.

"Sayang, dimana suami kamu? Apa dia tidak khawatir kamu yang sedang hamil, sakit, ditinggal di rumah sakit sendiri hanya dengan asisten rumah tangga?" tanya mama rafael masih membantu mengusap punggung hanny.

Rafael yang terbelalak mendengar pertanyaan mamanya. Suami? Tega meninggalkan hanny yang sedang hamil dan sakit, sendiri di rumah sakit. Rafael memberi kode pada hanny untuk tidak memberitahu apapun. Rafael menggeleng,

Jangan beritahu apapun pada mama.

Dia seperti mengatakan itu. Hanny tau hanya dengan menatap ayah dari bayi yang dia kandung, yang ditangakan neneknya sendiri.

"Ada, tante. Suami saya.." hanny melirik rafael. Didepannya, andai iya, ingin sekali hanny dengan lantang mengatakan itu. "Sedang mengurus mamanya yang sakit, jadi saya memintanya pergi."

Hanny tak berbohongkan. Harusnya mama rafael pulang tapi rasanya dia tak mau meninggalkan hanny. Sampai suami hanny datang dan menemaninya. Mama rafael malah meminta izin pada hanny untuk menemani hanny di rumah sakit.

"Emm, saya tidak ada kerjaan di rumah. Apa saya boleh menemani kamu disini?" tanya mama rafael pada hanny. Hanny melirik rafael. Rafael menggeleng, tak mengizinkannya.

Tapi hanny sangat ingin. Hanny sangat ingin disayang oleh mamanya rafael. Hanny menentang perintah rafael.

"Tante, saya sangat senang. Saya rindu mama saya, jadi saya bisa sedikit merasakan ada mama saya, karena tante juga seorang mama kan." kata hanny, hanny melirik rafael, rafael terlihat sangat kesal.

"Mau cari udara segar? Atau ingin makan sesuatu lagi?" tanya mama rafael.

"Saya sudah meminta anak saya untuk cepat menikah dan memberikan saya cucu. Tapi dia belum juga memenuhi permintaan saya. Padahal kamu tau?"

Ahh..

Hanny mau. Hanny mau mengatkannya. Bayi yang dia kandung itu cucunya. Anaknya itu, yang membuatnya hamil. Walau karena program tanpa berhubungan. Hanny malah menunduk menahan air matanya. Hanny ingin menjadi menantu dari mertua yang baik seperti mama rafael. Hanny ingin rumah yang sesungguhnya.

Hanny menerima tawaran mama rafael. Tapi hanny masih sakit, rafael yang panik. Hanny mau jalan-jalan dengan kondisi sakit.

"Ma, dia sedang sakit. Kenapa diajak jalan-jalan. Mama juga kan baru sembuh. Ayo kita pulang." rafael menyela pembicaraan keduanya.

"Kamu khawatir sama mama karena mama baru keluar rumah sakit, atau kamu khawatir sama hanny yang juga masih sakit. Kenapa beralasan dengan keduanya, seperti kamu mengenal hanny." kata mama rafael yang langsung membuatnya diam. Rafael pergi.

Mama rafael kira dia akan pergi kemana. Tak lama dia membawa kursi roda.

"Ini buat apa, joon? Buat mama atau hanny?" tanya mama rafasl. Dia tak merasa membutuhkan kursi roda itu.

"Mama pulang, mama harus istirahat dan biar dia jalan-jalan dengan pembantunya." kata rafael dengan beraninya menarik sang mama untuk ikut dengannya. Menariknya kasar.

Tuan.

Rasanya pengen narik tangan rafael dan mengatakan kalau jangan ke mamanya, jangan kasar ke mamanya. Tapi nanti ketahuan. Mama rafael tak percaya dengan sikap kasar rafael, dia tak pernah seperti itu. Mama rafael tak kalah berwenang untuk dirinya sendiri.

"Kalau kamu mau pulang, silakan pulang tuan rafael. Apa pekerjaan mu banyak. Saya bisa disini sendiri, saya punya anak saya yang lain yang bisa menjemput dan memperhatikan saya."

Mama rafael menepis tangan rafael. Entah kenapa, hati mama rafael juga sangat ingin bersama dengan hanny. Mama rafael menuntun hanny masuk dan disana mama rafael mulai curiga setelah melihat bibik yang bekerja di rumah rafael. Dia sedang merapikan tempat tidur hanny.

"Bibik disini?" tanya mama rafael kaget dan bingung.

"Emm.. Iya nyonya." mama mina juga bingung menjawabnya. Dia gugup, takut kalau semuanya ketahuan.

"Tante, bibik ini teman mendiang mama saya. Sahabat mama saya." kata hanny menepis semua kecurigaan.

Rafael ada diambang pintu, memperhatikan dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Rafael mengirim sebuah pesan. Ponsel hanny ada pada mina. Mina memberikannya pada hanny.

Buat mama saya pulang.

Singkatnya. Ahh, dia benar-benar menyebalkan. Hanny menggeleng. Rafael kembali mengirim sms.

Buat mama saya pulang.

Jangan sampai mama saya tau semuanya.

Saya gak akan buat mama tuan pulang, saya suka bersama mama tuan. Saya tidak akan membocorkan semuanya.

Hanny mengetik smsnya dengan sangat kesal. Karena terlalu kesal sampai perut hanny terasa kencang dan sedikit sakit. Hanny memegangi perutnya dan mencari tempat duduk. Mina, mama mina dan mama rafael khawatir melihatnya, mereka langsung membantu hanny duduk. Rafael apalagi, ingin sekali dia mendekat dan menanyakan kenapa?

Tapi nanti ketahuan. Rafael berusaha sebisa mungkin untuk tidak mendekat. Tapi sungguh dia khawatir.

"Duduk sayang, istirahat saja. Jangan banyak bergerak dulu. Usia 2 bulan itu masih rentan." kata mama rafael yang sangat perhatian sekali pada hanny. Dia membantu hanny duduk kembali diranjang daa mengusap perut hanny.

Andai bisa setiap hati, hanny ingin setiap hari diperlalukan manis oleh mama rafael. Ingin sekali.

Mama rafael membiarkan hanny beristirahat. Hanny juga khawatir mama rafael kan baru sembuh dari sakit.

"Tante." panggil hanny menepuk pundak mama rafael yang ngobrol dengan mina dan mamanya. Mama rafael duduk dikursi samping ranjang hanny.

"Iya sayang," mama rafael berbalik menatap hanny. "Kamu butuh sesuatu? Mau minum atau mau makan sesuatu?"

Andai itu bisa setiap hari. Hanny sangat ingin. Sementara rafael sendiri hanya berada diambang pintu sejak tadi, dengan berdiri bersandar dan melipat kedua tangannya, memperhatikan dua wanita?

Yang dia khawatir kan?

Rafael sendiri tak tau, baru kali ini dia mengkhawatirkan dua wanita? Apakah benar hati rafael sudah menyukai hanny? Yang mengandung anaknya?

Tidak. Tidak menepis pikirannya. Rafael hanya khawatir karena hanny membawa anaknya, didalam perut hanny.

"Tidak tante." jawab hanny, yang tak lagi memanggilnya mama. Cukup sekali itu sudah sanga cukup. Walau hanny ingin setiap hari dengan mamanya rafael.

"Mama, katanya mau panggil mama?" mama rafael membenarkan.

"Kalau hanny Panggil mama. Menganggap mama seperti mama hanny, mama mau memenuhi permintaan hanny?" tanya hany balik. Mama rafael mengangguk.

"Mama pulang ya. Istirahat. Hampir seharian mama disini. Besok mama datang lagi, ya?"

Mama rafael pun menyerah. Dia pulang dengan diantar rafael. Bisma kebetulan datang setelah selesai kuliah. Rafael meminta bisma untuk mengantar mama pulang sementara dia sendiri beralasana ada kerjaan mendadak. Tapi rafael malah kembali ke ruang rawat hanny.

"Berhenti memanggil mama saya mama, besok kita pindah rumah sakit, kalau perlu pindah rumah yang cukup jauh. Saya gak mau mama saya tau semuanya." rafael datang dan marah-marah.

"Kenapa tuan? Saya suka diperhatikan mama tuan."

"Jangan cari perhatian sama mama saya. Kamu tau kan posisi kamu."

Hanny diam terduduk. Dia tak akan membocorkan semuanya. Tapi kenapa rafael sekasar itu. Hanny sedang hamil dan wanita hamil itu hatinya sangat sensitif. Hanny langsung menarik selimut dan pura-pura tidur.

Mina dan juga mamanya kasihan melihat hanny diperlalukan seperti oleh rafael. Tapi mereka tak berani menasehati tuannya yang kelihatan sangat marah itu.