Fajar pun segera bergegas kembali kemeja bilyard.
"Ayo mulai," seru Fajar.
"Ayo ... Siapa takut," sahut Roni.
Mulai lah mereka berdua bermain bilyard.
Fajar memang jago kalau urusan bermain adu sodok itu, terbukti tiap kali ia bermain hampir bisa dipastikan lawan-lawannya kalah, tak terkecuali dengan si Roni.
Sudah tiga kali permainan Roni kalah terus, hingga akhirnya dia pun menyerah.
"Udah Jar, aku ngaku kalah, aku nyerah," ucapnya.
"Ayo satu permainan lagi, kalau gak mau aku suruh bayarin semua minuman dan rokoknya," ancam Fajar.
Tapi sebenarnya dia cuma menggoda, karena semua pesanannya itu sudah dibayar.
Sementara itu Novi yang sejak tadi duduk di bangku sesekali mengambilkan minum buat Fajar tiap kali diminta.
Sambil duduk pandangan Novi pun terus memperhatikan Fajar yang sangat jago bermain bilyard itu.
Entah apa yang merasuki pikiran Novi, tiba-tiba saja dia berkata dalam hatinya.
'Andai saja yang menghamili ku itu adalah Fajar tentu aku malah suka, lantaran secara keseluruhan Fajar memang lebih menarik jika dibandingkan dengan Andi', ucapnya dalam hati.
Seolah telah menemukan ide, tiba-tiba Novi ingin merencanakan sesuatu, dia ingin membuat sandiwara baru, dia ingin menjebak Fajar.
Dia ingin bahwa seolah-olah Fajar lah yang telah membuat dirinya hamil, mumpung kehamilannya belum genap satu bulan.
Novi pun mulai berfikir bagaimana caranya agar rencananya itu bisa terwujud.
Disaat Novi berfikir tiba-tiba Fajar istirahat main bilyard nya, karena Roni telah menyerah.
"Hei, Ngelamun aja," sapa Fajar sambil duduk di samping Novi.
"Tadi Andi kenapa kok tumben udah pergi? biasanya dia paling betah kalau ada kamu?" Tanya Fajar.
"Tau," jawab Novi singkat sambil ngangkat kedua pundaknya.
"Eh, kamu tadi bawa mobil ya?" tanya Novi sambil mendekati Fajar.
"Kok tau?" ucap Fajar balik tanya.
"Tau lah ... Cowok yang bawa mobil keren kan cuma kamu," jawab Novi bernada memuji.
"Ah ya enggak lah, kerenan juga mobil pickup," jawab Fajar bernada menyinggung pemilik pickup yaitu si Andi.
"Ah, udahlah jangan bawa-bawa nama Andi," balas Novi bernada tidak suka mendengar nama Andi.
"Kamu kok keliatan sewot gitu, kalian lagi marahan ya?" tanya Fajar.
Novi tidak jawab malah berubah jadi cemberut. "Lho kok malah manyun gitu," imbuhnya.
"Please deh ... Gak usah bawa-bawa nama dia kenapa sih," ucap Novi yang terlihat tidak suka menyebut nama Andi.
'O ... Berarti benar Novi lagi marahan sama Andi, pantesan tadi Andi udah pulang cepat,' ucapnya dalam hati.
Tidak ingin menambah sedih kepada Novi Fajar pun segera mengalihkan pembicaraan.
"Kamu itu aslinya mana sih Nov?" Tanya Fajar mengalihkan pembicaraan.
"Malang," jawab Novi.
"Sejak datang kamu belum pernah pulang?"
"Belum," jawab Novi.
"Kamu udah berapa bulan sih kerja disini?" Tanya Fajar.
"Hampir lima bulan," jawab Novi.
"Kamu tidak pingin pulang?" Lanjut Fajar bertanya.
"Ya pingin lah, emang kamu mau anterin aku?" ucap Novi balik bertanya.
"Boleh, mumpung Ayahku belum pulang,"
"Bener kamu mau anterin aku?" tanya Novi seakan tidak yakin dengan jawaban Fajar.
"Ya bener lah, emang aku pernah bohongin kamu?" Sahut Fajar.
"Ya udah aku percaya, gimana kalau ntar sore kita berangkat?" Tanya Novi.
"Boleh, jam berapa?" Fajar balik tanya.
"Gimana kalau jam tiga sore?" Sahut Novi.
"Oke, jadi, tapi nanti aku langsung pulang lo ya? Aku gak bisa lama-lama, karena besok sore ni mobil mau dibawa ke bandara, besok Ayahku pulang dari Makasar," terang Fajar.
"Iya deh ... Aku juga langsung ikut balik,"
ucap Novi dengan perasaan hati yang sangat gembira.
"Kalau gitu aku mau bilang dulu sama Mama mirna, mau minta izin," ucap Novi. Mama mirna adalah manager cafe yang juga sebagai ibunya para wanita penghibur yang ada disitu.
"Ya udah sana," balas Fajar.
Sebelum beranjak pergi tiba-tiba Novi memeluk Fajar sambil memberi kecupan mesra dan Fajar pun memejamkan mata sambil terlihat tersenyum seakan menikmati pelukan dan kecupan dari Novi.
Sedikit mengulang tentang tabiat Novi,
dia itu adalah tipe wanita yang sangat matre, dia itu tidak bisa hidup susah, dia juga bukan tipe wanita yang setia, itu terbukti dia tega meninggalkan, sekaligus menggugat cerai mantan suaminya, dan tega meninggalkan anaknya yang masih berumur dua tahun.
Tega, kejam, sadis, ya mungkin itulah ungkapan-ungkapan yang sangat pas buat Novi.
Dulu dia terbilang masih muda ketika menikah, baru berusia 18 tahun, tepatnya setelah dia lulus dari SMU.
Setelah minta izin dengan Mama Mirna Novi pun segera balik lagi menemui Fajar.
"Jar aku udah minta izin ke Mama Mirna," ucap Novi
"Ya udah kita berangkat sekarang aja," sahut Fajar.
"Beneran sekarang?" Sahut Novi kegirangan.
"Iya sekarang, nanti kita ambil jalan muter aja untuk menghindar dari Polisi, kamu tahu kan kalau aku belum punya SIM" terang Fajar ke Novi.
"Iya deh aku ngikut aja," sahut Novi sambil tersenyum manis.
Sementara itu melihat Fajar dan Novi akan pergi, Roni yang sejak tadi sibuk main HP langsung bertanya.
"Hei kalian mau kemana?"
"Ah, mau tau aja," jawab Fajar sambil berdiri.
"Anak kecil gak boleh ikut," imbuh Novi.
"Lha terus ini anggurnya siapa yang mau ngabisin?" Lanjut Roni bertanya.
"Udah buat kamu, abisin semua," sahut Fajar.
Kemudian mereka berdua pun berjalan bareng, dan tanpa canggung Novi pun memeluk pinggang Fajar.
Secara fisik bisa dibilang Fajar dan Novi itu memang serasi, Fajar yang secara umur lima tahun lebih muda itu memang memiliki postur bongsor, sedangkan Novi meskipun cewek dia tergolong wanita yang berpostur tinggi.
Mereka berdua pun berjalan menuju mobil pajero sport terbaru yang terparkir dihalaman cafe, ya emang betul kata Novi dari beberapa mobil pengunjung cafe yang ada mobil Fajar lah yang terlihat paling mentereng.
Twit,twit, bunyi alarm pintu mobil Fajar, dan secara otomatis pintunya pun terbuka.
Mereka pun langsung masuk,
"Pakai sabuk pengamanannya Nov," pinta Fajar.
"Oke ...." sahut Novi dengan senyum sumringah.
Merasakan pengalaman naik mobil mewah untuk pertama kalinya, Novi pun dibuat berdecak kagum dengan interior dalam mobil berharga milyaran rupiah tersebut, cuman dia gak mau keliatan norak, Novi pun terlihat santai menikmati.
Mereka pun ngobrol ke sana kemari sambil sesekali diselingi ketawa.
Sementara itu Novi yang cuma pakai celana pendek di atas lutut yang dibalut dengan kain bali khas pantai yang bercorak cerah itu tiba-tiba saja melepas kain tersebut.
Bukan tanpa maksud dia melakukan itu, itu semua sudah Novi rancang sedemikian rupa, mulai dari pemilihan celana, atasan yang cuma berupa singlet dan jaket jeans hingga kain pantai, tak ketinggalan juga adalah tiga botol minuman keras seharga dua ratus ribu perbotol nya.
Dengan Novi membuka kain pantainya itu, maka paha mulusnya pun terbuka, dengan maksud Fajar akan tergoda dan mau melakukan hubungan itu dengannya.
BERSAMBUNG.